Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Benarkah Hati ini Mencintainya?

Benarkah Hati ini Mencintainya?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (anggawakurnia.blogspot.com)
Ilustrasi. (anggawakurnia.blogspot.com)

dakwatuna.com – Tak terukur sudah berapa banyak keringat yang keluar. Tak terukur sudah berapa banyak airmata yang membasahi pipi. Keheningan malam menjadi saksi munajatnya kepada Allah tuk kebahagiaan kita. Terik panas matahari, menjadi saksi atas jerih payahnya demi kita buah hatinya. Bahkan tak jarang derasnya hujan diabaikan demi kita permata hatinya. Kesabaran, keikhlasan, dan perjuangannya bertahun-tahun dilakukan agar kita selalu tersenyum.

Sungguh suci nian cinta yang telah ia curahkan kepada kita. Dan kini, benarkah hati kita mencintainya dengan sebaik-baik cinta yang telah diberi? Jujurkah hati ini dalam membalas kasih sayang yang telah diberikan kepada kita? Atau justru semakin kita dewasa, semakin kita bebal kepadanya? Semakin besar kita, semakin besar pula ego kita mendebatnya? Semakin pintar wawasan kita, maka semakin pintar pula lisan membohonginya?

Padahal, Allah dan Rasul-Nya telah menghimbau kita tuk senantiasa berbuat baik kepada ayah dan ibu kita. Tak sekadar berbuat baik, namun perbuatan yang didasari rasa cinta mendalam bukan rasa terpaksa. Bukankah taman itu indah karena adanya bunga? Begitulah perbuatan, akan terasa hampa tanpa cinta. Dan akan terasa gersang nan tandus bila justru karena terpaksa.

Rasulullah SAW telah mengingatkan kita, bahwa langkah buah hati yang diarahkan kepada hal yang tak Allah ridhoi, maka itu akan mendekatkan ayah dan ibu kita kepada panasnya siksa Allah. Namun, langkah yang diarahkan kepada kebaikan itu akan mendekatkan ayah dan ibu kita kepada surga yang abadi. Maka, bila tega melihat ayah dan ibu merintih kesakitan maka lakukanlah keburukan. Namun bila ingin berkumpul dalam Firdaus yang penuh kebahagiaan, maka lakukanlah kebaikan.

Kini, mari kita tanyakan pada hati kita. Benarkah kita mencintai ayah dan ibu kita? Kita ingat kembali apa yang telah kita lakukan selama ini. Jangan-jangan cinta kita itu hanyalah cinta semu yang penuh dengan kedustaan. Jangan-jangan selama ini kita justru mencelakakan masa depan ayah dan ibu kita kelak di akhirat. Jangan-jangan kita tak adil membalas cinta ayah dan ibu kita selama ini.

Bila selama ini tanpa kita sadari telah melukai cinta ayah dan ibu kita. Maka sepatutnyalah kini kita tekadkan tuk merubah segalanya menjadi lebih baik. Menjadi sebaik-baik cinta yang tak hanya terucap, namun terbukti dengan perbuatan kita. Kita kuatkan semangat ibadah kita kepada Allah SWT, kita jauhkan diri kita dari hal yang Allah larang. Kita lakukan hal yang dapat menjadikan kita kebanggaan bagi ayah dan ibu kita. Sebab, ada kesuksesan luar biasa di balik senyumnya dan ada kemurkaan di balik airmata yang penuh dengan rasa kecewa. Semoga Allah senantiasa menjadikan kita anak yang berbakti bagi orangtua kita. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Ma'had Al An nuaimy. Ma'had Binaul Ummah Kuningan. Ma'had tahfidz Salim Awwad Al jandal

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization