Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menjaga Hati di Dunia Maya

Menjaga Hati di Dunia Maya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: unipd-centrodirittiumani.it)
Ilustrasi. (Foto: unipd-centrodirittiumani.it)

dakwatuna.com – Saya pernah mendapat inbox dari seorang laki-laki yang menjadi friend saya di Facebook
“Mbak, kenal sama si Bunga nggak?”, tanyanya. “Aku lihat di profilnya dia pernah sekantor sama mbak”, tambahnya.

“Mohon maaf saya nggak kenal tuh”, jawab saya di chat, “Ada apa ya?”

“Nggak apa-apa mbak”, jawabnya. “Saya lihat di profilnya, keterangannya dia udah married. Tapi saya yakin dia belum married

“Gubraaakkk”

Terpaksa saya ikutan kepo, saya telusuri profil si Bunga. Ehemm, profil picturenya cantik banget. Kelihatan jelas kalau laki-laki yang inbox saya barusan naksir si gadis bernama Bunga ini, pake acara ngotot kalau gadis ini pasti belum married.

Ya, akses tak terbatas di dunia maya memang membuat kita bebas bertemu siapa saja secara ‘maya’ setiap hari. Kalau dulu kita cukup menundukkan pandangan alias ghadhul bashar di dunia nyata, mungkin saat ini di dunia maya pun kita kudu bisa ghadhul bashar ya. Belum lagi kalo fotonya diedit pake kamera 360, pasti hasilnya jadi cantik and ganteng banget.

Terkhusus untuk masalah ghadhul bashar ini. Janganlah kita meng-upload foto diri kita setiap saat setiap waktu di Facebook. Apalagi kalo fotonya kelihatan keren banget. Kasihan saudara saudari kita yang kebetulan melihat di timeline. Kebayang kan gimana susahnya menjaga hati. Jangan juga terlalu sering mengupload foto foto pasangan kita di Facebook. Apalagi kalau niatnya pamer karena pasangan kita good looking. Relakah jika pesona pasangan kita juga dinikmati oleh orang lain. Cukup simpan foto foto pasangan Anda sebagai koleksi pribadi saja.

Untuk foto anak-anak. Lebih baik jika kita tidak terlalu sering mengekspos kegiatan anak. Khawatir jika ada orang jahat yang mengintai dan sengaja mencari tahu jadwal ananda, kapan ananda berangkat les, kapan ananda pergi ke luar kota dengan sekolahnya. Preventif saja, karena tidak menutup kemungkinan kejahatan penculikan bermula dari hal tersebut.

Saya masih sering mendapati orangtua yang meng-upload foto bayi atau balitanya saat mandi. Mungkin dikira karena masih anak anak, jadi tidak apa apa. Padahal bisa jadi ada orang dengan kelainan pedofili yang menikmati foto foto tersebut. Lagipula bayangkan perasaan ananda sewaktu dia besar nanti saat mengetahui orangtuanya telah mengedarkan fotonya yang tidak memakai baju ke dunia maya. Pasti ananda akan merasa malu.

Saya tidak sedang menasehati siapa siapa. Itu semua juga nasehat untuk diri saya pribadi. Betapa kadang kita tanpa sadar, masih sering melakukan hal tersebut.

Selain tentang foto, hal lain yang sering menjadi masalah adalah status Facebook kita yang terkadang terlalu memuji kebaikan pasangan. Bagaimana jika ada orang lain yang pasangannya tidak seperti pasangan anda. Kemudian ia menuntut pasangannya agar bisa seperti pasangan temannya itu. Lalu mulai membanding-bandingkan pasangannya dengan pasangan temannya. Atau bahkan pada akhirnya dia jadi mengagumi pasangan temannya, lebih dari perasaan kagum pada suaminya sendiri. Hal ini pernah terjadi, dan bahkan sampai menyebabkan perceraian.

Perlu kita ketahui jika ada seseorang yang mengungkapkan kebaikan pasangannya di Facebook. Bukan berarti dia memiliki pasangan yang sempurna. Tetap saja pasangannya juga memiliki kekurangan namun tidak mungkin dia mengungkapkan kekurangan pasangannya di Facebook. Jadi tidak perlu merasa iri. Setiap pasangan pasti punya kelebihan dan kekurangan. Tidak perlu merasa kagum pada pasangan orang lain. Dia juga punya kekurangan, sama seperti pasangan kita. Hanya saja kita tidak tahu.

Seringkali tanpa sadar, kita membandingkan pasangan kita dengan pasangan orang lain. Mengapa suami saya tidak seperti suami si A yang selalu membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mengapa istri saya tidak seperti istri si B yang pandai memasak dan telaten mengurus anak-anak.

Seringkali kita fokus pada kekurangan pasangan kita, dan melupakan kebaikan-kebaikannya. Mengapa sibuk memuji suami orang lain. Lupakah pada kebaikan suami yang bekerja mencari nafkah demi istri dan anak-anaknya, bahkan ketika ia mengeluh bosan dan lelah dengan pekerjaannya, ia tetap pergi bekerja demi menghidupi keluarganya. Bahkan ketika ia sakit, ia tetap pergi bekerja lantaran tak ingin gajinya dipotong. Lupakah ketika suami dengan cemasnya menggenggam tangan istrinya saat sakit atau saat berjuang melahirkan anak-anak mereka. Meskipun ia bukan suami romantis, setidaknya ia setia dan menjaga cintanya hanya untuk istrinya.

Mengapa sibuk memuji istri orang lain, di saat baju-baju dicuci oleh istrinya sendiri, makanan yang tersedia di rumah istrinya pula yang menyiapkan, rumah pun dibersihkan oleh istrinya, yang memandikan, menyuapi dan mengasuh anak-anak sepanjang hari pun juga istrinya.

Betapapun sempurnanya pasangan orang lain di mata kita, tetap saja pasangan kita sendiri yang paling banyak berjasa atas diri dan keluarga kita.

Betul. Hal itulah yang selalu saya ingat tentang pasangan saya. Tentang betap besar jasa-jasanya terhadap saya dan anak-anak. Telapak tangannya yang kasar karena sudah bekerja keras menghidupi keluarganya. Atau saat hujan sangat deras, namun dia tetap berangkat untuk bekerja. Mari kita perbanyak untuk selalu mengingat-ingat kebaikan pasangan kita sekecil apapun. Jangan hanya karena sedikit kesalahpahaman kita lantas menuduhnya egois dan tidak peduli pada keluarganya.

Mungkin ada kalanya ketika pasangan khilaf dan tanpa sadar membentak kita. Kita pasti tersinggung dan merasa sakit hati. Ingat-ingatlah bahwa dia sedang khilaf. Masalah tersebut bisa diselesaikan saat suasana hati sudah tenang. Sebaliknya kita pun juga pernah kan tanpa sadar ngomel-ngomel sepanjang hari. Terutama saat pre menstruasi. Mintalah pasangan untuk bisa memahami keadaan kita. Saling meminta maaf itu harus dibiasakan antar suami istri. Jangan terlalu lama memelihara kesalahpahaman. Karena kebahagiaan pasangan suami istri akan menentukan kebahagiaan anak-anak dan kebahagiaan kita di tempat kerja ataupun di tempat lain.

Kembali pada masalah Facebook. Sekali lagi ini adalah nasehat untuk diri saya pribadi. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari Facebook jika kita menggunakannya dengan benar. Sebaliknya keburukan-keburukan yang didapat itu karena kita terlalu memperturutkan hawa nafsu kita.

Wallahua’lam bisshawab. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization