Topic
Home / Pemuda / Pengetahuan / Tesla dan Kegilaan yang Pernah Kita Pikirkan

Tesla dan Kegilaan yang Pernah Kita Pikirkan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Tanggal 7 Januari seharusnya menjadi hari yang sangat istimewa bagi seluruh manusia di muka bumi. Setidaknya, ada berapa satuan waktu yang kita luangkan untuk merenung dan mengucapkan syukur pada Tuhan dan terima kasih pada seseorang yang berjasa memicu revolusi industri dan teknologi umat manusia di muka bumi. Seseorang yang menjadi legenda dalam bidang ilmu pengetahuan dan penemuan baru; dimana penemuan yang dia hasilkan -dipercaya oleh banyak ilmuwan- menjadi hulu dari modernisasi kehidupan umat manusia. Seseorang yang benar-benar berjasa bagi dunia. Orang itu bernama Nikola Tesla. Dan tanggal 7 Januari adalah hari kematiannya.

Ya. Kita memang pantas mengenang dan membuka kembali catatan tentang Tesla dengan segala hal yang pernah ia gagas dan temukan. Tesla dan penemuannya adalah keajaiban abad 19. Manusia di seluruh dunia hingga saat ini dibuat terkagum-kagum oleh penemuan-penemuannya. Begitu kagumnya para ilmuwan dan peneliti serta masyarakat dunia akan berbagai ide dan penemuan Tesla sehingga muncul berbagai apresiasi untuk menunjukkan betapa kita, seharusnya, mengenang Tesla dalam banyak sisi dari kehidupan kita.

Di luar nama Tesla yang pernah dinobatkan menjadi peraih hadiah Nobel Fisika pada tahun 1911 atau 1912, walaupun kemudian ia tolak; berbagai bentuk apresiasi dari banyak komunitas ilmuwan, kampus dan negara juga banyak disematkan kepada Tesla. Masyarakat ilmuwan dan peneliti dari berbagai negara sejak 1979 telah membuat semacam komunitas yang dinamakan “Tesla Memorial Society”; semacam rumah besar bagi para pengagum dan pengikut ide Tesla dalam ilmu pengetahuan dan kemungkinan penemuan baru yang berasal dari gagasan Tesla.

Sejak 2002, Tesla Society dari seluruh dunia juga menggagas hari perayaan internasional “Nikola Tesla International Day” pada setiap tanggal 10 Juli, untuk memperingati kelahiran Tesla dan merayakan hari itu dengan berbagai pameran penemuan, pembacaan dan curah gagasan membedah berbagai ide Tesla dalam forum ilmiah, serta mendeklarasikan diri pada hari itu sebagai parade persaudaraan dan perdamaian dunia; dua hal yang selalu Tesla ulang-ulang yang menjadi motivasinya menemukan berbagai alat bantu kebudayaan dan peradaban manusia.

Selain berdirinya perkumpulan para peneliti dan ilmuwan pengikut ide Tesla tersebut, Tesla juga diabadikan namanya dalam bidang elektromagnetik. Dimana namanya diabadikan dalam satu jenis kumparan yang dinamai kumparan Tesla, sejenis rangkaian komponen yang dapat digunakan untuk pemindah daya. Kumparan yang memang diciptakan sendiri oleh Nikola Tesla sekitar 1891. Kumparan Tesla ini bisa berfungsi sebagai penghasil tegangan tinggi sekaligus arus rendah listrik.

Selain Nobel, Hari Internasional “Nikola Tesla” dan kumparan Tesla, masyarakat dunia juga masih mengapresiasi Tesla dengan berbagai hal, termasuk penghargaan gelar kehormatan dan medali pengabdian dari berbagai negara; terutama dari berbagai negara yang pernah disinggahi Tesla di sepanjang hidupnya; seperti Kroasia, Serbia, Austria, Perancis dan terutama Amerika. Tesla juga mendapatkan lebih dari 10 gelar kehormatan Guru Besar dari berbagai kampus paling bergengsi dan maju dalam bidang pengetahuan dari seluruh dunia.

Tesla memang pantas dimasukkan dalam kenangan keseharian manusia. Penemuannya memang merubah wajah masa depan kehidupan di bumi. Berkat jasanya-lah, manusia abad ini lebih mudah menyelesaikan berbagai masalah keseharian. Tesla di sepanjang pengembaraan dalam ilmu pengetahuan; terutama dalam bidang listrik dan mekanika, setidaknya telah menemukan dan mendaftarkan 1200 hak paten sebelum kematiannya pada tahun 1943. Kita mengenal arus bolak-balik listrik (Alternating Current yang biasa disingkat AC), dan arus bolak balik itu menjadi dasar dari seluruh peralatan listrik yang kita pakai sekarang ini.

Bukan itu saja. Berkat motor bolak balik dan distribusi listrik fase banyak, kita sekarang bisa mengenal alat bantu kehidupan bernama komputer, kipas angin, mesin cuci dan seluruh peralatan listrik yang menggunakan teori dasar merubah listrik menjadi kerja mekanik.

Mengutip berbagai ulasan di laman Tesla Memorial Society of New York; bahwa selain di bidang listrik tersebut, Tesla juga dianggap sebagai penemu lampu foto rontgen, penemu gelombang radio yang menjadi dasar seluruh peralatan radio dan komunikasi, penemu radio astronomi (Tesla Cosmos) yang sekarang ini di pakai oleh lembaga penelitian antariksa untuk “berkomunikasi” dengan entitas kehidupan luar bumi, serta penemu alat transfer bernama “wireless” yang sekarang diaplikasikan dalam berbagai peralatan elektronik dan komunikasi.

Tesla juga dianggap sebagai penemu radar, dasar-dasar robot, rudal, dan juga pesawat canggih tak bersayap yang sekarang kita sebut dengan nama “drone”. Tesla juga meletakkan dasar teori sinar-x yang banyak dipakai dalam bidang kesehatan dan industri, serta penggagas alat bantu pengendali kerja, yang kita sering sebut sebagai “remote control”, dan kini diaplikasikan pada berbagai peralatan elektronik rumah tangga dan industri. Di luar beberapa penemuan besar tersebut, Tesla juga mencatatkan banyak sekali penemuan yang – pada akhirnya- kita tidak habis pikir bertanya; darimana ide tentang banyak hal itu muncul dari kepala Tesla.

Pikiran Tesla dianggap oleh para ilmuwan dulu dan sekarang sebagai “pikiran yang telah melampaui zaman”. Kekaguman kita pada pikirannya yang “aneh” dan nyentrik -untuk tidak dianggap gila- pada saat itu, menghasilkan ide dan penemuan yang baru dirasakan berpuluh bahkan lebih dari seratus tahun setelah kematiannya. Berbagai idenya yang penulis rangkum di atas sesungguhnya memang benar-benar melewati pikiran orang-orang di zamannya.

Jauh sebelum Dr. Warsito Taruno dari negara kita menemukan dan mengembangkan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT); semacam alat yang bekerja mengubah gelombang listrik menjadi pembunuh sel kanker, Tesla bersama seorang insinyur bernama Georges Lakhovsky telah mengembangkan sebuah alat yang mereka namakan “Super Electrotherapy” atau “Super Wave Oscillator”, yang mereka ciptakan berdasarkan teori yang mereka bangun; bahwa orang bisa mencapai tingkat kesehatan yang baik dengan menyesuaikan osilasi sel pada tubuh mereka. Walaupun mungkin cara kerjanya berbeda dengan yang dikembangkan Dr. Warsito, tapi setidaknya kita bisa melihat bahwa banyak ide Tesla memang baru dimengerti jauh setelah dia pergi. Pada saat ide itu dikembangkan dan dipublikasikan, Tesla dan Lakhovsky justru dianggap mempraktikkan perdukunan medis.

Ada lagi misalnya, ide Tesla yang ingin membuat semacam alat transmisi elektronik yang bisa memindahkan energi dari satu sumber ke seluruh penerima energi. Semacam listrik tanpa kabel. Aplikasi alatnya mungkin bisa digunakan untuk memindahkan satuan energi (benda) dari satu tempat ke tempat lain. Kita bisa menonton bayangan alat tersebut dalam film “The Prestige”; sebuah film drama tentang dunia sulap dan teknologinya yang dibintangi Hugh Jackman, Christian Bale, dan Scarlett Johansson.

Atau misalnya ide Tesla untuk membuat alat penembak massal yang berdasarkan teori yang ia bangun; bahwa jutaan partikel bisa dimasukkan dalam sebuah tempat, lalu bisa dilepaskan dengan fokus sasaran tertentu. Dengan seperangkat alat yang dia ciptakan, Tesla yakin, bisa membuat alat tersebut. Bahkan ide tersebut, dia publikasikan dalam sebuah berita utama The New York Times pada Juli 1934 -lalu menjadi berita yang diperbincangkan berbulan-bulan- hingga membuat lembaga intelejen dan keamanan negara menjadi gusar. Alat itu, Tesla namakan “Death Ray”.

Kalau kita mau melihat gampangnya alat itu bekerja, dalam visualisasi kita bisa melihatnya dalam film “Star Wars VII: The Force Awakens”. Dimana di film itu, ada semacam alat pemusnah massal milik penguasa jahat First Order yang bernama “Starkiller” yang bisa menghisap tenaga matahari lalu disimpan dalam sebuah tempat dan ditembakkan kembali ke planet lain hingga menyebabkan kehancuran planet sasaran. Walaupun ide Tesla tak “sebesar” gambaran dalam “Star Wars VII: The Force Awakens”, tapi setidaknya kita bisa membayangkan alat tersebut seperti apa kerjanya. Dan justru, ini menariknya, ide gila tersebut muncul, karena Tesla beranggapan bahwa jika setiap negara memiliki senjata tersebut, maka kedamaian akan terjadi di bumi, karena setiap negara akan saling menjaga diri.

Saya berusaha menangkap suasana kebatinan masyarakat dunia yang berhubungan dengan ide-ide Tesla. Dan saya menemukan beberapa alasan, kenapa kita harus merenungi -dan meneladani- Tesla. Yang pertama, Tesla dianggap oleh banyak ilmuwan sebagai salah satu contoh yang mendekati sempurna akan dedikasi yang tinggi sesorang pada bidangnya. Dalam fase kehidupan Tesla, praktis hanya sedikit orang yang seperti Tesla, rela berpuluh tahun dalam kondisi pekerjaan yang sangat tidak menguntungkan dalam hal finansial (hanya dibayar rendah atau mengandalkan proposal ide yang dia ajukan ke pendana), tapi rela ia jalani hanya demi mengabdikan diri pada konsistensi untuk menemukan hal-hal baru di dunia listrik dan mekanika; dua hal yang menjadi konsentrasinya.

Yang kedua, dari Tesla-lah kita belajar tentang semangat pantang menyerah dan menolak untuk putus asa menghadapi kehidupan. Saya mendapatkan sebuah cerita. Konon, ketika Tesla untuk pertama kali datang ke New York pada tahun 1884, ia hanya bermodal uang 4 sen dan kopor berisi beberapa artikel teknik yang ditulisnya sepanjang pengembaraannya di Serbia dan Paris, sebuah bundelan buku berisi kumpulan puisi karya sendiri, dan beberapa kalkulasi teknis mesin terbang. Kenekatannya pada saat datang ke Amerika telah menciptakan gelombang perubahan.

Yang ketiga, Tesla mengajarkan kepada kita bahwa setiap inovator, pembuat perubahan, change maker, pioner, public influencer atau apapun namanya, akan menghadapi berbagai gelombang tekanan fisik dan psikis yang luar biasa. Apalagi jika ide dan pikirannya belum dimengerti oleh manusia pada zamannya. Tesla pernah mengajukan proposal ide untuk mendeteksi benda asing di bawah laut. Juga pernah mengajukan ide untuk membuat alat yang mampu terbang tanpa sayap untuk mengirimkan bahan peledak ke musuh kepada Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Tapi Dephan menganggapnya gila. Belakangan teori Tesla terbukti. Alatnya berhasil diciptakan. Yang pertama bernama Radar, yang kedua bernama Rudal.

Yang keempat, kita mesti merenung tentang posisi diri kita ketika menemui orang-orang kreatif seperti Tesla. Hari senin kemarin (4/1) saya membaca tulisan Profesor Rhenald Kasali di Kompas, yang banyak merangkum kisah Edmond Alesius, seorang inovator dan penemu penyerbukan tanaman vanila, dimana Profesor Rhenald mengambil kisah itu dari buku “How to Fly a Horse: The Secret History of Creation, Invention, and Discovery” karya Kevin Ashton. Salah satu inti ulasan Profesor Rhenald adalah bahwa memang dunia sering berlaku tak adil pada para inovator. Pemilik modal dan kuasa kadang berlaku sewenang-wenang kepada para penemu.

Jika Edmond diklaim karyanya oleh Jean Michel Claude Richard lalu dipidanakan dan dituduh dalam sebuah kasus pencurian yang tak pernah jelas, maka Tesla juga seperti itu; dibayar sangat murah untuk setiap penemuannya, karya-karyanya diklaim berbagai pihak lain berulang-kali, lalu dianggap gila dan sempat dikucilkan dari dunianya. Maka, seperti yang saya katakan tadi. Masyarakat perlu menilik dengan jernih posisinya ketika berhadapan dengan para inovator abad ini. Posisi kita harusnya seperti petani penduduk kota Sainte-Suzanne, yang akhirnya membela Edmond Alesius.

Yang kelima, Tesla mengajarkan bahwa pendidikan itu penting. Nikola Tesla berusaha menambah ilmu pengetahuannya dengan bersekolah dan menimba ilmu di beberapa tempat. Demi mendalami tentang teknik listrik dan mekanika, Tesla sempat belajar hingga selesai di Jurusan Teknik Universitas Graz di Austria. Lalu melanjutkan kuliahnya di Universitas Prague di Ceko. Tesla juga mengembangkan diri dengan bekerja di laboratorium Thomas Alfa Edison sebelum akhirnya keluar dan membangun laboratorium sendiri. Kedalaman ilmu menjadikan teori yang dibangun Tesla menjadi kokoh; apapun pendapat orang pada dirinya.

Yang keenam, belajar dari Tesla, bahwa ide dan pikiran kita tentang banyak hal yang berorientasi pada kemajuan peradaban manusia sepertinya perlu dilestarikan. Kita perlu menguji pikiran kita lewat serangkaian diskusi, tanggapan dan berbagai hal yang menyertainya. Kita juga tak perlu ragu untuk membangun dan menyebarkan ide kita, sepanjang ide itu bermanfaat bagi umat manusia. Ide di bidang apapun yang kita geluti. Walaupun mungkin, ada dalam satu ketika, ide yang kita sampaikan mendapatkan tanggapan paling menyakitkan; bodoh dan gila.

Yang ketujuh, Tesla memulai semua “pikiran-pikiran gila” nya di usia 20-an. Hampir semua penggerak perubahan menelurkan gagasan besarnya di usia muda. Karena memang secara psikologis, di usia muda seperti itu, manusia sedang dalam kondisi yng sangat prima fisik dan pikirannya. Di usia muda itu, pikiran kita kadang memang liar, tapi ia senantiasa produktif dan berkembang menemukan bentuknya. Maka, biarkanlah pikiran kreatif itu terus tumbuh dan menghasilkan gagasan. Jangan dimatikan.

Belajar dari Tesla; tetaplah kreatif dan teruslah semangat membangun peradaban.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Anggota Keluarga Alumni KAMMI.

Lihat Juga

Fenomena Orang Diduga Gila Aniaya Ulama, Umat Harus Waspada

Figure
Organization