Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Ke Manakah Karakter Umar Bakri di Zaman Modern?

Ke Manakah Karakter Umar Bakri di Zaman Modern?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Bagi seorang guru, nama Bapak Umar Bakri tentulah bukan nama yang asing. Nama yang menjadi fenomenal karena dibuat sebuah judul lagu oleh penyanyi popular yaitu Iwan Fals. Lagu tersebut memang sangat dalam maknanya, yang menceritakan perjuangan seorang guru untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sosok Umar Bakri yang rela berjuang dengan sepeda kumbangnya melewati jalan-jalan yang berlubang. Memang tepat apa yang diceritakan Iwan Fals ketika dulu kala, di mana guru menjadi profesi yang langka dan hanya sebagian kecil orang yang mau mengabdikan dirinya sebagai pendidik.

Guru pada zaman dahulu memang bukan menjadi profesi favorit untuk semua orang. Sudah banyak cerita dari pengalaman guru yang senior bagaimana kerasnya berjuang ketika menjadi guru. Honor yang sedikit dan akses yang sulit menjadi cerita rutin yang mereka sampaikan. Tapi itulah perjuangan, semuanya membutuhkan pengorbanan. Mereka melihat guru bukan hanya sekedar profesi untuk mencari rezeki, tetapi mereka ingin menjadi guru karena panggilan hati dalam mendidik anak-anak negeri.

Itulah gambaran guru zaman dahulu yang sangat jauh berbeda dengan guru zaman sekarang. Guru yang dahulu penuh perjuangan, tetapi sekarang ini penuh dengan tunjangan. Guru yang dahulu mendidik dengan hati, tetapi sekarang beralih mendidik untuk materi. Maka tak heran apabila sekarang ini kita banyak melihat guru-guru yang bermental tempe yang hanya mau nyaman tanpa ada rasa perjuangan. Memang tak semua guru seperti itu, tetapi orang awam pun bisa melihat masalah pendidikan di negeri ini. Cukup sudah kita menutup mata menyembunyikan permasalahan pendidikan sekarang ini. Sudah saatnya kita membuka diri untuk perbaikan pendidikan di negeri pertiwi.

Lihatlah hasil didik dari guru-guru pada zaman dahulu. Sebagian besar menjadi orang-orang yang sukses dan berkarakter baik. Fasilitas yang terbatas bukan menjadi masalah bagi mereka. Yang terpenting, mereka mau mengajar yang berangkat dari hati. Namun kenyataannya sekarang ini, fasilitas semakin lengkap, zaman semakin modern, namun apa hasilnya akan lebih baik pada zaman dahulu? Dari segi ilmu pengetahuan memang oke di zaman sekarang. Banyak ilmu-ilmu pengetahuan baru yang telah dipecahkan. Beberapa penemuan teknologi sudah banyak orang ciptakan. Tapi kenapa korupsi masih merajalela di negara kita?

Ya, karakterlah yang seharusnya menjadi fokus utama pendidikan saat ini. Saya ingat betul ketika bersekolah di tingkat dasar dulu. Setiap ada kesalahan yang saya perbuat, pasti ada hukuman yang berat. Entah itu dijemur depan tiang bendera, berdiri angkat satu kaki di depan kelas, serta hukuman-hukuman lain yang dapat membuat efek jera untuk saya. Justru hal itulah yang selalu saya ingat. Saya selalu mengingat apa yang dikatakan guru itu. “Kalau tidak mau dihukum, jangan berbuat salah.” Itulah kata-kata yang selalu tertanam dalam pikiran saya. Sampai sekarang pun dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan, saya tidak ingin berbuat kesalahan.

Untuk ilmu pengetahuan pun, guru zaman dahulu sangat sederhana dalam mengajarkan ilmu pengetahuan. Guru-guru pun tidak mengetahui bagaimana mengajar dengan metode yang menarik atau menyenangkan sekalipun. Tetapi hasilnya bisa dirasakan saat ini. Misalnya perkalian, saya masih ingat setiap hari ketika belajar matematika Ibu guru selalu mengingatkan saya, “Ayo anak-anak hafalkan perkaliannya”. Apabila minggu besok perkalian tidak hafal, otomatis hukuman lagi yang kami dapat. Tetapi meskipun demikian, Alhamdulillah kami semua bisa hafal perkalian sampai saat ini. Tetapi anggapan sekarang ini, menghafal merupakan metode yang sangat kuno sekali dan alergi untuk diterapkan pada pembelajaran. Padahal, menghafal merupakan metode yang paling efektif dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

Bukankah kita tahu, ketika turunnya firman Allah kepada Nabi Muhammad? Nabi Muhammad senantiasa menghafalnya. Dan menyampaikan kembali kepada orang-orang terdekatnya dengan cara menghafalnya. Tidak dengan nyanyian, puisi, pantun ataupun metode menarik lainnya.

Nah pertanyaannya sekarang, kemanakah karakter-karakter guru di zaman modern sekarang ini? Seharusnya di zaman modern seperti ini, dengan fasilitas yang cukup lengkap harus bisa melebihi hasil didikan guru pada zaman dahulu. Jangan hanya menerapkan pembelajaran yang menyenangkan saja kepada siswa. Sehingga, menjadikan siswa lebih terlena dengan kesenangan yang ia rasakan. Justru orang-orang hebat muncul bukan dari orang-orang yang senang, tetapi dari orang-orang yang penuh rintangan dan cobaan sehingga dia dapat menyelesaikan segala permasalahan yang menimpanya itu.

Marilah guru-guru di Indonesia. Kita sama-sama meluruskan niat dan merapatkan barisan untuk terus mendidik anak Indonesia. Datangkanlah mendidik dengan hati, ciptakan kepeduliaan kita terhadap peserta didik, dan buatlah peserta didik bangga karena dia pernah belajar bersama guru-guru hebat.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Relawan Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (Penempatan Kab.Nunukan).

Lihat Juga

ICMI Rusia Gelar Workshop Penulisan Bersama Asma Nadia

Figure
Organization