Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Wajah Teduh Disinari Keberkahan Ilmu

Wajah Teduh Disinari Keberkahan Ilmu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Kenang-kenangan foto bersama dengan keluarga besar bapak KH. Ishaq: sebelah kiri paling ujung pak bahrum (bapak angkatku), pak KH. Ishaq, Nenek juju (istri pak kiyai ishaq) aku beserta keluarga besar bapak. (Ulfa Wardani)
Kenang-kenangan foto bersama dengan keluarga besar bapak KH. Ishaq: sebelah kiri paling ujung pak bahrum (bapak angkatku), pak KH. Ishaq, Nenek juju (istri pak kiyai ishaq) aku beserta keluarga besar bapak. (Ulfa Wardani)

dakwatuna.com – Satu bulan hidup bersama dengan beliau, menjadi bagian anggota baru di keluarganya. Aku belajar banyak hal darinya. Terutama tentang konsistensinya dan kepeduliannya terhadap pendidikan.  Aku tuliskan sepenggal kisah tentang dirinya yang aku tahu, beliau bernama KH. Ishaq. Sekarang beliau sudah berusia 75 tahun, bertubuh kecil dan berwajah teduh. Jika kalian melihat wajahnya keteduhan yang aku rasa pasti sama dengan yang kalian rasa. Tertarik sekali aku menggali informasi tentang beliau, terutama tentang pesantren yang didirikannya.

Pak Kiai Ishaq begitu masyarakat memanggilnya, beliau tinggal dikampung pojok Desa Tanjung Sari kec. Salopa Tasikmalaya. Rumahnya bersebelahan dengan rumah induk semangku, karena beliau ayahnya ayah angkatku. Malam pertama aku berada dikampung pojok menjadi awal perkenalanku dengan beliau sekaligus dengan keluarga besar bapak.  Di awal perkenalan dengan beliau aku tertarik banyak bertanya tentang pesantren yang beliau dirikan. Pesantren sederhana dibangun memang di atas tanahnya tapi dana pembangunannya dibantu umat, sehingga beliau selalu sungkan jika aku katan pesantren milik pak Ishaq, beliau lebih senang menyebutnya pesantren milik masyarakat Pojok. Pelajaran pertama dari beliau tentang kesederhanaan dalam bicara walaupun kita memiliki kelebihan untuk dibicarakan, biar orang lain yang memberikan penilaian bukan kita yang mengungkapkan.

Nama pesantrennya Al-Mubarokah, keberkahan untuk yang mengajar di sana dan yang menuntut ilmu di sana. Ya keberkahan, kalian tahu tidak sepersen pun kiyai Ishaq tidak memungut biaya dari santri-santriwati di sana, jadi murid-murid di sana free alias gratis. Lalu dari mana gaji untuk guru-gurunya? Hanya mengandalkan dana bos. Pak kiyai Ishaq selalu mengatakan kepada guru-guru di pesantren ini “ bukan uang yang kita cari di Al-Mubarokah ini, tapi mengajarlah dengan ikhlas untuk anak-anak kampung ini”. Mengajar dengan ikhlas menjadi kata kuncinya, ikhlas untuk diberi upah tidak sebanding dengan jarak yang setiap hari harus ditempuh, ikhlas ketika kita sudah dengan semangat tertinggi mengukir mimpi bersama anak-anak namun selalu tiba-tiba ada saja yang berhenti di tengah jalan. Kepedulian beliau terhadap pendidikan anak-anak dikampung ini, tidak usah diragukan lagi lihatlah beliau bahkan rela menginfakkan sebagian tanahnya untuk dibangun bangunan MTs dan asrama. Pelajaran selanjutnya yang ku dapat dari beliau “ ketika sudah peduli langsung aksi, semoga selalu Allah berkahi, sehingga pancaran keberkahan itu terpancar di wajah kita”.

Pak Kiai Ishaq dengan usia yang tak bisa dibilang muda lagi masih memiliki ingatan yang luar biasa. Usia 75 tahun daya ingat beliau tidak boleh diragukan, buktinya untuk bidang studi yang beliau pegang belum ada guru yang berani menggantikannya. Ketika aku tanya apa rahasia beliau masih memiliki daya ingat sekuat itu sampai usia sekarang? Beliau menjawab singkat “ banyak-banyaklah membaca, dan mengulang-ulang pelajaran”.  Pelajaran terakhir yang kudapat dari beliau “ Efek membaca itu jangka panjang, oleh karena itu tak ada alasan untuk malas-malas membaca, pak kiyai Ishaq telah membuktikannya”.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sekolah Guru Indonesia Angkatan VII. "Jangan sampai ada dan tiada dirimu, tiada bedanya".

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization