Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Cintamu Salah Haluan, Dik

Cintamu Salah Haluan, Dik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Cinta, tak semuanya mampu diterjemahkan oleh logika. Gila, buta menjadi gelar yang melambangkan betapa sulit dimengertinya itu cinta. Apapun keadaannya tetap saja cinta menjadi topik terhangat yang renyah untuk diperbincangkan. Tak pernah kenyang meski pun sepanjang hari disuguhkan hidangan dengan tema cinta.

Dulu aku pun heran dengan kenyataan bahwa begitu banyak cerita cinta yang sulit diterima oleh akalku. Tapi kini setelah ku temui sendiri barulah aku percaya bahwa cinta itu benar-benar besar pengaruhnya. Dia mampu merubah si kucel jadi si rapi, si cuek jadi si perhatian, si pelit jadi dermawan bahkan tak jarang membuat si waras kelihatan sedikit kurang. Tapi kalau yang tidak waras entah apalah perubahannya, aku pun tak tahu bagaimana rupanya kala orang gila jatuh cinta.

Aini, dia benar-benar bingung saat harus menjaga perasaan seorang laki-laki yang usianya sembilan tahun di bawah ain. Awalnya semua berjalan biasa saja, saat sebelumnya hal yang sama juga diterimanya dari laki-laki yang seharusnya jadi adek kesekiannya ain. Bedanya lelaki ini tak pernah mengungkapkan perasaannya langsung, hanya saja over protektif serta informasi dari teman-temanya yang akhirnya membuat aini mengerti mengapa sikapnya teramat sangat “melindungi”, Ain dari dunia luar.

Kini orang yang berbeda pun datang dengan rasa yang hampir sama. Bedanya, yang kini lebih sopan, serta hanya meminta “jangan pernah larang aku suka padamu” . Hanya sepenggal kalimat itu. Aini pun tak ambil pusing. Tapi seiring berjalannya waktu semuanya juga bermutasi menjadi rasa yang sulit di mengerti. Awalnya hanya sekadar suka, tapi kini pun rasa ingin memiliki itu pun telah menjadi miliknya.

Berulang kali aini pun mencoba menyadarkannya, “Dik…kamu masih kecil belajarlah yang benar, saya mah udah tua, apa yang kamu harapkan dariku..?”

Aku tak peduli, rasaku ini padamu benar-benar tulus ni…percayalah, beri aku waktu tiga bulan kedepan ni, jika aku masih bertahan pada perasaanku, berarti aku akan tetap pada perasaan yang sama sampai kapanpun”. Ujarnya terus meyakinkan.

Aku pun tak bisa bayangkan saat semua ini ternyata menjadi kian rumit. Sekarang sudah tujuh bulan berlalu sejak pintanya waktu itu. Ternyata dia masih bertahan, bahkan dia kian gencar mengejar Ain. Jika diibaratkan perbedaan usianya maka bisa dibayangkan siswa Sekolah Menengah Pertama yang selalu mengejar gurunya. Begitulah kini kenyataannya, bahkan tak jarang dia pun menyampaikan keinginannya untuk menikah dengan Ain. Ah…perbedaan usia yang sangat jauh membuat semua ini terasa kian lucu. Mungkin masih mending jika gurunya laki-laki, tapi ini guru perempuan bertahun tahun lebih tua dibanding siswanya.

“Palingan semua ini cuma emosinya sebagai anak yang baru memasuki masa pubertas”, batin Ain. Meskipun dia siap berkorban apa pun demi Ain. Cara dia memberi perhatian dan perlindungan rasanya pun cukup memberi bukti ketulusannya. Andai saja dia pemuda yang umurnya lebih dewasa dibanding Ain, tentulah dia akan dengan ikhlas menerima lamarannya.

Tapi ini, umur Ain jauh lebih tua dibanding dia, tentulah pola pikir mereka juga jauh berbeda. Sebagai perempuan yang ingin menjadi “mar’atusshalihah” (istri yang shalihah) tentulah ia mendambakan seorang kepala rumah tangga yang akan ia patuhi setiap petuahnya. Bukan apa-apa hanya saja Ain takut tak mampu menghargai dan menghormati suaminya jika ia menyadari bahwa sesungguhnya suaminya lebih layak dipanggil adik dari segi usia. Tetapi semua ini terlepas dari jodoh yang sesungguhnya. Jika memang kata Allah Ain berjodoh dengannya maka apalah daya. Ain pun mesti merendahkan hati demi ridho suami.

Hingga saat ini semua masih berjalan seperti itu, bahkan kian membingungkan. Dia yang tak pernah bisa lepas dari Ain, hingga Ain yang selalu mencari cara agar sang pria itu ikhlas meninggalkannya. Bahkan terkadang Ain sering marah tanpa sebab padanya, bukan marah beneran hanya berupa alasan agar dia bosan, tak tahan lalu pergi menjauh.

“Ni, saya tahu kok maksud kamu selalu marah dan terus-terusan nyuekin aku, semuanya biar aku benci dan ninggalin kamu kan, ? Gak bakal ni, aku gak pernah bisa lupain kamu sedikitpun, mengertilah ni jangan paksa aku untuk menjauhimu, aku gak bisa ni. Dari dulu aku selalu berdoa ”ya Allah jika dia jodohku, maka tumbuhkanlah rasa cinta itu di hatiku, tetapi jika dia bukan jodohku maka hapuskanlah semua yang ada”. Sekarang apa ni, jangankan memudar semuanya malah makin tumbuh, sayangku padamu makin dalam ni”. Semua pernyataannya mampu membungkan diam Aini. Ia pun terus berpikir apa yang salah dengan dirinya hingga semua jadi begini. Akhirnya tak dapat lagi dia berujar apapun selain bisikan lirih “aku hargai perasaanmu tapi sepertinya Cintamu Salah Haluan, Dik”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Januarita Sasni, S.Si, SGI. Lahir di Sumatera Barat pada tanggal 25 Januari 1991. Menyelesaikan Pendidikan menengah di SMAS Terpadu Pondok Pesantren DR.M.Natsir pada tahun 2009. Menyelesaikan Perguruan Tinggi pada Jurusan Kimia Sains Universitas Negeri Padang tahun 2014. Menempuh pendidikan guru nonformal pada program Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI DD) sejak Agustus 2014 hingga Januari 2015, kemudian dilanjutkan dengan pengabdian sebagai relawan pendidikan untuk daerah marginal hingga Januari 2016. Sekarang menjadi laboran di Lab. IPA Terpadu Pondok Pesantren Daar El Qolam 3 sejak Februari 2016. Aktif di bidang Ekstrakurikuler DISCO ( Dza ‘Izza Science Community) sebagai koordinator serta pembimbing eksperiment dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Tergabung juga dalam jajaran redaksi Majalah Dza ‘Izza. Mencintai dunia tulis menulis dan mengarungi dunia fiksi. Pernah terlibat menjadi editor buku “Jika Aku Menjadi” yang di terbitkan oleh Mizan Store pada awal tahun 2015. Salah satu penulis buku inovasi pembelajaran berdasarkan pengalaman di daerah marginal bersama relawan SGI DD angkatan 7 lainnya. Kontributor tulisan pada media online (Dakwatuna.com) sejak 2015.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization