Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mas Adi Dalam Sujudku

Mas Adi Dalam Sujudku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Egha, ia adalah salah seorang perempuan sunda yang punya banyak mimpi. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Mempunyai empat kakak perempuan, satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. Keempat kakanya sudah menikah. Hanya ia dan adik-adiknya saja yang belum menikah. Saat ini Egha sedang mengikuti salah satu program sosial yang mengharuskan ia pergi meninggalkan kampung halamannya, keluarganya, pekerjaannya, bahkan calon suaminya. Satu tahun lamanya Egha harus menetap di sebuah kampung yang tertinggal untuk membantu pendidikan di kampung tersebut. Bisa menjadi bagian dari salah satu orang yang berguna dipelosok negeri ini merupakan salah satu mimpi Egha. Saat itu Egha berusia 24 tahun. Usia di mana hampir semua teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan sebuah pernikahan atau usia di mana teman-temannya sedang menikmati masa mudanya. Tidak dengan Egha, ia memilih untuk sedikit berkontribusi pada Negeri ini.

“Mas, saya ingin ikut program ini. apa boleh?” ijin Egha pada Adi. Adi adalah kekasih Egha, usia Adi dua tahun lebih muda dari pada Egha, akan tetapi Egha merasa nyaman dengan Adi. Karena Egha merasa sekalipun Adi lebih muda tetapi Adi punya sikap yang dewasa.

“Boleh, itu hak kamu, itu salah satu mimpi kamu, selama itu baik aku pasti selalu dukung kamu” jawab Adi. Betapa senangnya Egha pada saat itu.

Kemudian Egha bertanya lagi pada Adi “Mas, kamu mau kan tunggu aku?”.

“Pasti, aku pasti tunggu kamu disini”.

“Makasih mas, kita buktikan kita bisa ya mas” pinta Egha sambil meyakinkan Adi.

Egha memang sangat mencintai Adi, Egha merasa Adi adalah segala galanya. Egha pun yakin Adi sosok yang setia juga bertanggung jawab.

Pada seleksi tahap awal Egha lolos masuk tahap kedua, denga setianya Adi mengantar Egha mengikuti seleksi tahap dua yang mengharuskan Egha melakukan seleksi tersebut di kantor pusat. Seharian penuh Egha mengikuti seleksi tersebut dan Adi menunggu dengan sabarnya di luar kantor.

Satu bulan kemudian, ketika Egha mendapat email dari pihak pengelola progra bahwa Egha lolos dalam seleksi tahap dua dan bisa mengikuti masa pembinaan sebelum diterjunkan ke lapangan. Bahagianya hati Egha, saat itu ia tak percaya bahwa salah satu mimpinya selama ini terwujud. Dengan segera Egha mengabarkan Adi.

“Mas, aku lolos, makasih ya mas udah selalu dampingin aku sampai aku lolos tahap akhir ini. aku selalu butuh semangat dari kamu”. Sms Egha pada Adi pagi itu

“Alhamdulillah, selamat ya Gha. Aku selalu dukung kamu”. Balas Adi.

Adi pun banyak menitip pesan pada Egha untuk terus menjaga hati, komunikasi dan pandai menjaga diri, begitupun Egha.

Masa pembinaan pun sudah selesai Egha lewati dan…

Dua bulan berlalu, meski tak ada sinyal Egha selalu berusaha menghubungi Adi, begitupun Adi yang selalu setia menunggu kabar kekasihnya. Dengan sabarnya Adi selalu menunggu kabar dari Egha. Tak jarang mereka selalu dihadapkan dengan masalah-masalah. Mulai dari rasa curiga di antaranya sering sekali terjadi. Meski begitu kuatnya rasa cinta di antara keduanya membuat mereka kembali saling percaya.

“Gha, aku lolos di perusahaan itu” Begitu pesan Adi pada Egha melalui sms.

“Mas, nanti malam telpon aku yah, nanti aku pinjam antena bu bidan” balas Egha yang ingin tau secara jelas maksud pesan Adi.

“Kring…kringg” bunyi telpon genggam Egha.

“Halo, Assalamualaikum mas. Kamu sehat mas? Tanya Egha

“Walaikumsalam gha, iya alhamdulillah aku sehat” jawab Adi

“Mas, coba pelan pelan kamu ceritakan sms mu tadi siang”

“iya Gha, setelah aku cek email ternyata aku lolos di perusahaan yang papah aku inginkan”

“Lalu? bagaimana dengan pekerjaanmu yang sekarang? Aku tau mas, kamu nyaman dengan pekerjaanmu yang sekarang bahkan kamu sangat mencintai pekerjaanmu yang sekarang”

“Menurutmu bagaimana? Tanya Adi .

“Mas.. kamu yang menjalani jadi kamu yang lebih tau semuanya, aku cuma bisa mendoakan agar Allah selalu memberi keberkahan pada pekerjaanmu. Aku juga tahu yang sebenarnya membuatmu berat adalah orangtuamu kan? Mas, kalau aku selau dukung apapun keputusanmu. Mengenai orangtua, kamu perlu ingat doa mereka itu salah satu jalan keberkahan. Semua terserah kamu mas”

“Hmm………..” Adi tak mampu menjawab dan hanya diam

“Mas, kamu yang semangat yah, sabar dan yang tenang ya mas”

“Iya Gha, makasih yah. Insya Allah Gha aku bisa lewatinnya. Aku ingin bakti sama orangtuaku”

“iya mas, aku akan selalu dukung dan doakan kamu. Hhmm mas aku minta maaf yah aku tidak bisa ada di dekat mu saat ini, tapi kamu harus tau aku pasti selalu ada untuk kamu walaupun jauh, lewat doa dan sms ataupun telpon”

“Iya Gha, gak apa-apa” jawabnya lemas

“Kamu yang semangat yah, jangan lemas begitu mas”

“Iya Gha” jawabnya singkat

“Ya sudah, ini sudah malam, gak enak kalau lama-lama pinjam antena. Kamu istirahat jaga shalat dan makan yang teratur ya mas” pesan yang selalu egha katakan pada Adi di setiap akhir percakapan.

Egha sangat tau kalau perasaan adi sedang kurang baik, sekuat apapun Egha meyakinkan Adi kalau doanya tak pernah putus juga selalu berusaha untuk selalu ada meski lewat telpon genggam perasaan Adi tetap sama. Egha pun sangat tau kalau perasaan adi sedang kurang baik yang Adi butuhkan hanya ada Egha di sampingnya.

Satu bulan kemudian

“Mas, aku sedang di kota. Gimana tempat kerja barumu” tanya Egha lewat pesan singkatnya

“Ya begitu lah, masih belum jelas aku harus ngapain. Masih bantu-bantu yang lain aja”

“Sabar ya mas, nanti lama-lama juga pasti jelas” jawab Egha sambil menenangkan

“Oya, kamu kapan bisa pulang?

“insya Allah bulan depan ya mas, sekarang jangan bete lagi” rayu Egha

“Iya, pasti. Kamu cepet pulang ya Gha. Aku pengen banyak cerita juga pengen ngobrolin banyak tentang pernikahan kita” Adi menjawab dengan penuh semangat

“Iya mas, insya Allah”

Adi Dan Egha pun memanfaatkan waktu mengobrol ditelpon sesering mungkin untuk berdiskusi banyak hal. Dari mulai pekerjaan masing-masing sampai mengenai pernikahan.

“Mas, kamu jangan nakal ya di sana. Hindari permpuan-perempuan yang sekiranya agresif” pinta egha

“Iya aku janji, aku gak akan ladeni perempuan-perempuan lain. Kamu juga ya”

“Iya mas, pasti dong” jawab egha singkat

Tepat di pertengahan tahun, Adi dan egha bertengkar hebat. Adi didapati berteman dengan salah seorang perempuan beda perusahaan, keduanya bertemu di salah satu event yang diadakan oleh perusahaan mereka. Ketika dikonfirmasi Adi mengelak. Tapi beberapa hal membuktikan lain. Egha pun kecewa luar biasa, padahal saat itu Egha sudah pegang tiket pulang, tetapi Egha tetap berangkat pulang. Sesampainya di Jakarta adi berusaha meyakinkan Egha kalau ia tak pernah meladeni perempuan itu, padahal jelas Adi sempat meladeninya. Egha pun mencoba melupakan kejadian itu. Seminggu sudah Egha di Jakarta. Berbagi cerita dengan Adi. Perasaan keduanya sudah sangat tenang dan kembali normal.

Tak lama dari kejadian itu Adi didapati pernah berhubungan dengan salah satu mantannya, meski Adi tak mengaku kalalu mereka berhubungan secara berlebih, tetap saja bagi Egha berhubungan melalui telpon tetap menyakiti hati Egha meski hanya sekedar menanyakan kabar. Ditambah Adi tak pernah menceritakan hal itu pada Egha.

“Aku minta maap gha, tapi aku benar-benar gak pernah ada obrolan lebih dan dia cuma hubungin aku dua kali” jelas Adi meyakinkan Egha. Tapi Egha hanya diam. Hatinya masih sangat kecewa dengan sikap Adi. Egha pun kembali ke lokasi tugasnya dengan membawa perasaan sedih dan kecewa meski begitu keduanya tetap saling kembali memperbaiki hubungan mereka.

“Aku mohon, kita sudah mau menikah. Terbuka dalam semua hal itu penting mas, tolong jangan begitu lagi”. Pinta Egha pada adi melalui pesan singkatnya. Adi pun menjanjikan untuk tidak terulang lagi.

Dua bulan terakhir Egha dilokasi tugasnya, perasaan sedih, senang juga khawatir yang saat itu egha rasakan. Sedih sudah pasti karena harus berpisah dengan orang-orang yang selama satu tahun ini menerima Egha dan membantu Egha. Senang pun sudah pasti karena bisa berkumpul kembali dengan orang-orang tersayang. Khawatir pun tak luput dari perasaan Egha, ia begitu memikirkan bagaimana sepulang nanti, harus kerja di mana agar bisa membantu kebtuhan-kebutuhan pernikahannya nanti dengan Adi. Egha pun sadar selama ini Adi sudah begitu berjuang untuk pernikahan mereka, menyicil ini itu untuk pernikahan mereka bahkan Adi sudah membeli sebuah rumah untuk mereka nanti.

“Gha, kamu gak usah pikrin itu, kamu gak perlu kerja. Aku yang kerja” bujuk Adi menenangkan hati egha.

“iya mas, tapi aku malu sama kamu. Satu tahun ini aku gak bantu kamu apa-apa, aku kasian liat kamu kerja dari pagi sampai malam” jawab egha.

“Gha, itu memang sudah menjadi tugas laki-laki. Pokonya kamu tenang saja ya. Kalaupun kamu ingin kerja harus sesuai sama maunya aku. Karena aku suami kamu nanti. Aku gak mau kamu di luar rumah terlalu lama”. Balas Adi

“Iya mas, aku juga gak mau mas. Aku pengen rawat kamu sama anak-anak kita nantinya. Makasih ya mas”.

Hari itu hari rabu, entah apa yang terjadi pada diri adi tapi saat itu seharian mood adi sangat tidak bagus. Sms egha hanya dibalasnya singkat. Egha mencoba memahami, mungkin hari itu Adi sedang sangat sibuk dan kelelahan Adi pun mengeluhkan kalau dirinya sedang tak enak badan.

“Aku gak mau kerja begini terus, tiap hari waktu habis cuma buat kerja” keluh adi.

“Iya mas yang sabar yah, nanti tahun depan aku janji aku selalu dampingin kamu secara fisik. Aku juga selalu doain kamu supaya mimpi kamu bisa terwujud. Sekarang kamu tetep positif thinking ya mas”

Egha berusaha menenangkan adi. Tapi justru malah adi makin tidak karuan dengan moodnya. Egha tetap berusaha mengingatkan Adi untuk tetap sabar dan selalu bersyukur sampai akhirnya sms Adi yang embuat egha tidak lagi membalas

“Aku gak akan datang di acara puncak dari kegiatan kamu nanti, udah cukup banyak waktu terbuang gara-gara kegiatanmu ini gha”. Sms Adi malam itu

Egha pun tak sanggup lagi membalas, ia hanya mampu menahan tangis membaca sms dari Adi. Hatinya benar-benar sakit, meskipun Egha tau selama satu tahun ini Egha tak bisa berada di samping Adi secara fisik dan Egha pun tau bagaimana berjuangnya Adi untuk egha dan untuk masa depan mereka. Setiap pilihan selalu dengan resiko dan ini resiko dari pilihan yang egha ambil tentu dengan persetujuan Adi. Meninggalkan Adi dan menunda pernikahan memang bukan hal yang mudah. Tetapi menanggung resiko bersama itu sudah keharusan, pikir egha.

Komunikasi di antara mereka pun putus sampai pada malam itu. Dalam doanya, Egha selalu meminta Allah berikan kesabaran, berikan ketenangan pada mereka berdua.

“Ya Allah, aku sadar aku banyak berdosa padaMu. Mohon ampuni aku. Ya Allah, boleh aku minta satu hal. Bukan maksud ingin mendahului kehendakMu tapi mohon Ijinkan aku berjodoh dengan mas Adi, ijinkan aku mengobati rasa kecewanya selama satu tahun ini. ijinkan aku mendampinginya sepanjang hidup dengan menjadikan aku istrinya yang solehah. Bukan lagi mendampinginya tanpa ikatan, ya allah beri ridhaMu pada kami. aku hanya ingin mendampingi mas Adi dengan ikatan yang sah yang tentunya atas ridhaMu, ya Allah mohon luluhkan hati mas Adi, lembutkan hatinya. Aamiin”. Doa yang selalu Egha minta pada Allah. Hanya tangis dalam doa yang bisa ia lakukan saat ini. berharap Allah selalu menjaga hati mas Adi untuknya. Meski harinya berat jalani tugasnya yang ternyata menjadi penyebab kemarahan Adi. Meski tak menyangka tapi ia tetap ingin maksimal jalankan tugasnya yang hanya tinggal menghitung hari lagi. Ia tak mau jalankan tugasnya dengan sia-sia. Berusaha kuat dan yakin bahwa Adi hanya sedang jenuh dan lelah dengan pekerjaannya. Meski sampai hari ini tak ada kabar tentang Adi.

Adi pun merasakan hal yang sama,ia merasa hampa melewati hari-harinya yang biasanya Egha tak pernah absen mengirim pesan padanya sekadar untuk memberi kabar, mengingatkan makan juga shalat bahkan memberi hanya sekadar memberi Adi semangat.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru Relawan Sekoah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan , pada tahun 2015-2016. Mengajar di salah satu sekolah International tingkat taman kanak-kanak.

Lihat Juga

Doa dan Munajat untuk Keselamatan Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Figure
Organization