Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Sulit, Mudah, RidhaNya

Sulit, Mudah, RidhaNya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)
Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)

dakwatuna.com

Kehidupan terus berjalan…
Layaknya sebuah roda
Banyak cerita, kisah yang kita lewati pada setiap putarannya
Kebahagiaan, kesulitan, kemudahan..

Tak ada manusia yang tak melewatinya..
Begitupun diriku, juga dirimu
Hanya kadarnya yang tak selalu sama

Lalu bagaimana jika kesulitan yang menimpa?
Tak jarang kita berkata
“Alangkah beratnya.. alangkah banyak rintangan..
Alangkah berbilang sandungan.. alangkah rumitnya.”

Tak jarang tangis pun meluap
Seakan segala kesedihan berbilang dalam hati

Lalu kita pun berpikir
“Apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?”
“Apakah sebaiknya kulari dari perjuangan ini?”

Tanyakan hati
Pantaskah kita berpikir demikian?
Tidakkah kita berpikir
Bagaimana jika Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Berpikir sebagaimana kita menalar, adakah Islam di muka bumi?

Ya. andai Muhammad berpikir demikian
Bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?

Baginya…
Ada banyak titik sepertimu saat ini
Atau bahkan jauh lebih berat dari yang kau rasakan
Banyak alasan untuknya menghentikan ikhitar
Mungkin saat dalam rukuknya ia dijerat di bagian leher
Mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu
Mungking saat ia berjalan kemudian dilempari kotoran
Mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir
Mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata
Atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang
Atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta, wanita..”

Jika Muhammad berpikir sebagaimana kita pikir
Tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti
Tidakkah ia punya beribu alasan untuk menghakimiNya?
Menyalahkan segala pada yang telah ditakdirkan

Sayang, Muhammad tahu kawan
Bahwa kenikmatan sebuah perjuangan ada pada proses ikhtiarnya
Berat atau ringan, tawa atau tangis
Itu adalah selaksa hiasan sebuah proses

Seperti sesendok garam
Akan getir rasanya bila dimasukkan dalam segelas air
Namun akan menjadi tawar
Jika kita masukkan dalam sebuah danau

Maka rasa dalam sebuah kesulitan
getir dan mudahnya
Tergantung bagaimana hati menyikapi

Karenanya sempurnakanlah ikhtiar kita
Dengan mentaatiNya, menjaga perintah dan laranganNya
Dalam semua keadaan dan ikhitiar yang kita lakukan

RidhaNya akan menguatkan
Karena iman melahirkan keajaiban
Lalu, keajaiban itu kembali menguatkan iman

Nikmatilah semua perjuangan dan ikhtiar yang kita lakukan
Karena keindahan sebuah perjuangan, ada pada prosesnya
“Maka selama di situ engkau berjalan
Bersemangatlah kawan..”

Digubah dari Sulit, Mudah, RidhoNya Ust. Salim A. Fillah

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa pascasarjana IPB, suka membaca dan menulis. Bercita-cita menjadi dosen.

Lihat Juga

Istighfar Melapangkan Kesulitan

Figure
Organization