Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Teruntuk Bidadari Hatiku

Teruntuk Bidadari Hatiku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (islamimadina.blogspot.com)
Ilustrasi. (islamimadina.blogspot.com)

dakwatuna.com – Ibu.. apa kabar di sana? Walaupun aku tahu sekarang kondisi kesehatanmu kurang membaik tetapi tetap saja jawabanmu adalah “ Alhamdulillah sehat”. Ibu betapa khawatirnya aku di sini saat mendengar bahwa engkau dideteksi terkena sebuah penyakit yang di dalam keluarga kita begitu punya kisah pilu. Ibu…mengapa disembunyikan padaku? Apakah karena engkau terlalu khawatir jika aku mengetahui bahwa engkau sedang sakit akan menambah beban pikiranku?. Melalui sebuah tulisan ini ingin sekali aku berbicara banyak hal padamu yang belum sempat aku sampaikan secara langsung tentang betapa berharganya engaku di dalam hidup ini.

Ibu… terimakasih telah menjadi inspirator terbaik dalam hidupku. Perjuanganmu dalam mendidik kami anak-anakmu sungguh luar biasa. Cukup karena satu keingananmu “Mamak memang tamatan SD, tapi anak-anak mamak harus sarjana” dan terbuktilah satu persatu kami mulai sarjana. Dari kalimat ini, aku belajar bahwa betapa pentingnya sebuah mimpi dalam kehidupan kita, mimpi yang harus diperjuangkan untuk menjadi nyata. Mimpimu adalah membuat kami menjadi sarjana dan karena mimpi itu sungguh aku menjadi saksi nyata betapa tangguhnya perjuanganmu untuk membiayai sekolah kami. Aku menyadari betul banyak orang yang menertawai mimpimu itu tapi tetap saja olok-olokan itu tidak pernah engkau hiaraukan, yang aku tau dalam sunyinya malam justru olokan-olokan itu kau adukan kepada yang Maha Rahimi, apakah mimpimu itu akan menjadi nyata atau tidak? Karena kita menyadari betul perekenomian keluarga kita hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Ibu… terimakasih untuk kasih sayang yang tulus itu. Setiap pagi engkau orang pertama yang bangun di keluarga kita. Pagi-pagi sekali sudah berada di dapur, menyuci pakaian kami,membereskan rumah, memasak sarapan kami dan jika ayah tidak sempat mengantar kami ke sekolah engkau yang mengantarkan kami kesekolah. Aku tahu betul betapa lelahnya fisikmu selain mengurus pekerjaan rumah tangga engkau juga harus berjualan untuk membantu perekonomian keluarga kita. Ibu… masih ingatkah? Kenangan ketika engkau dengan lembut membimbing tanganku untuk memegang pensil, membimbing aku untuk menulis, membimbing aku membaca dan membimbing aku mengerjakan PR. Sungguh engkaulah guru privat terbaik dalam hidupku. Ibu… tahu kah? karena kasih sayangmu itu aku belajar bagaimana mendidik murid-muridku dengan penuh kasih sayang.

Ibu… memang tak akan pernah terbalas jasa-jasamu. Terlebih untuk semua dukungan yang telah engkau berikan padaku. Engkau izinkan aku pergi merantau menyebrangi pulau belajar banyak hal di tanah rantau ini. Di sini aku menjadi guru relawan di desa terpencil, di desa yang tak pernah aku kenal namanya dan tak pernah aku bayangkan akan berada di sini, di tanah Ujung Kulon. Aku tahu hari-hari pertama aku pergi merantau hatimu gundah gulana karena tempat yang akan aku datangi 180° sangat berbeda dengan kondisi kehidupan kita di kota. Ibu… aku ingin bertanya pernahkah semasa aku kecil dulu ibu berdoa agar ketika aku dewasa bisa bermanfaat buat agama dan bangsa? Semoga melalui restu yang ibu berikan ini menjadi jawaban atas doa-doa yang ibu minta agar aku bermanfaat untuk agama dan bangsa.

Di sini di tanah rantau ini… aku tersadar betapa engkau begitu mengagumkan. Engkau yang mengaku hanya tamatan SD tapi begitu sadar pentingnya pendidikan. Engkau yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menyekolahkan kami, engkau yang begitu tulus mendidik kami. Saat di sini aku belajar teori tentang pendidikan engkau sudah mempraktekkannya padaku. Saat di sini aku belajar ilmu parenting engkau juga telah mempraktekkannya padaku. terkadang aku bertanya-tanya darimana engkau belajar semua itu?. Ibu aku tutup tulisan ini seraya berdoa “ Ya Allah … periharalah kesehatan Ibu dan Ayahku. Panjangkanlah umur mereka dalam kebahagiaan karena menyaksikan keberhasilan hidupku” Sehat-sehatlah selalu bu… agar aku masih bisa mendapat bimbingan darimu bagaimana menjadi istri dan ibu yang mengagumkan sepertimu.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sekolah Guru Indonesia Angkatan VII. "Jangan sampai ada dan tiada dirimu, tiada bedanya".

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization