Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Antara Tih Bani Israel dan Tih Umat Islam

Antara Tih Bani Israel dan Tih Umat Islam

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Peta Palestina terjajah dari waktu ke waktu. (inet)
Ilustrasi – Peta Palestina terjajah dari waktu ke waktu. (inet)

dakwatuna.com – “Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka, selama empat puluh tahun mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (QS. Al-Maidah : 26)

***

“Tanah yang Dijanjikan” tulis Ibnu Katsir dalam kitab Kisah Para Nabi, “pun dicabut oleh Allah Subhanallahu Wata’aala. Bani Israel tidak lagi berhak atas tanah Palestina”.

Bani Israel melakukan sebuah tindak pembangkangan paling menyejarah di muka bumi. Lihat, baru saja mereka terselamat dari gegar perangai pasukan Firaun, pasukan terbaik di dunia saat itu yang manguasai negeri-negeri. Di saat hati mereka terselimuti ketakutan, Allah selamatkan mereka hingga sepasukan rapi tentara nan gagah perkasa pimpinan Firaun tenggelam musnah, dalam kejap mata.

“350 ribu tentara Firaun”, kata seorang Syaikh menjelaskan karunia Allah pada Bani Israel, “sepasukan tentara pertama di bumi yang paling terorganisir, telah Allah benamkan ke air, kemudian Dia selamatkan Bani Israel pimpinan Nabi Musa yang jauh lebih sedikit dari mereka”. Sungguh Bani Israel mengenyam kasih sayang Allah lebih dari Umat-umat sebelum mereka. Namun coba sadari, siapa yang lebih berkhianat dari seseorang yang menyakiti penyelamatnya?

Bani Israel membangkang, mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, Sang Musa yang perkasa.

Pembangkangan itu telak mereka katakan tanpa basa-basi, tepat setelah Musa menyampaikan kalam Allah nan barakah, “Wahai Kaumku, masuklah ke tanah suci Palestina yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang karena takut kepada musuh, maka kamu menjadi orang yang merugi”, ujarnya penuh ketegasan.

“Hai Musa!” sergah mereka dengan hati pengecut, “sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya”. Mereka, yang telah menyaksikan kebesaran Allah, tak punya sedetakpun keyakinan untuk berjuang membersamai Tuhan Semesta Alam dan Rasul-Nya. Dengan segala alasan mereka menghindari perjuangan, “Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”.

Sebab itulah mereka digelari sebagai ‘Generasi Pengecut’, tersifatilah mereka dengan ketakutan dan kebingungan, semata-mata karena mereka tidak mau hidup dalam perjuangan. “Dari ayat ini”, tulis DR. Jamal Abdul Hadi Muhammad Mas’ud dalam bukunya ‘Al-Akhta’ Yajibu an Tushahhih; Ath-Thariq ila Baitil Maqdis, “teranglah satu hikmah bagi Umat Islam di dalam atau di luar Palestina, untuk memegang teguh makna ayat Quran ini, karena ia adalah kunci untuk zaman kita sekarang, dan di dalamnya ada petunjuk jalan yang mesti dilalui Kaum Muslimin untuk kembali ke Tanah Palestina”.

“Generasi yang berhak untuk memerdekakan kembali Baitul Maqdis”, tulis beliau kembali, “Adalah generasi yang beriman pada Allah, lalu berjuang di jalan-Nya”, kemudian dalam bait-bait penjelasannya ia memuat sebuah komentar yang penting, “Generasi Pengecut yang hari ini berkilah tak memiliki daya upaya walau sedikit untuk membebaskan Al-Aqsha, dan takut pada kedigdayaan Israel, Amerika dan Rusia, mereka adalah gambaran sama yang terjadi pada generasi Bani Israel ketika enggan memasuki Baitul Maqdis, kemudian Allah buat mereka kebingungan berputar-putar dalam ketidakpastian, seperti Bani Israel tersesat di padang Tiih”

Kita berlindung pada Allah dari sifat yang Dia benci. Maha Suci Allah, apakah karena begitu apatisnya kaum Muslimin hari ini pada Palestina, kemudian Allah beri banyak masalah yang tak kunjung usai? Setiap kali negeri-negeri Muslim ingin bergeliat, Allah memberikan perkara-perkara yang tak berawal dan tak pula berakhir, seperti benang kusut yang tak tahu dimana ujungnya. Ya, Umat ini seperti sedang tersesat di sebuah titik rumit, hingga banyak orang kemudian berkata, “Kita sangat bingung, darimana akan memulai, dan bagaimana memulainya?”

Jika Bani Israel berputar sesat di Padang Tiih, Umat ini seperti tersergap dalam lingkaran Tiih yang tak berlatar tempat, melainkan berkutat dalam keterasingan dan limbungnya tujuan.

Tapi, sejarah akan berulang indah, tepat setelah 40 tahun tersesat di Padang Tiih, Allah ganti generasi pengecut Bani Israel dengan Generasi Shalih pimpinan Yusya bin Nuun, hingga mereka akhirnya bisa membebaskan Baitul Maqdis dari Kaum Jabbarin.

Generasi Shalahuddin akan lahir kembali, atas izin Allah.

“Islam tidak akan membiarkan umatnya tertidur seperti tidurnya Ashabul Kahfi”, begitu DR. Yusuf Qardhawi merajut kalimatnya, ”Sebab Islam adalah agama yang dinamis dan hidup. Allah senantiasa mengutus individu, kelompok, institusi atau gerakan yang akan membangunkan umat dari tidurnya dan menghidupkan gerakan Islam. Selain itu, kebangkitan merupakan naluri umat Islam”.

Wallahu A’lam.

Referensi terkait :

  1. Kisah Para Nabi; Ibnu Katsir
  2. Al-Akhta’ Yajibu An Tushahhih; DR. Jamal Abdul Hadi Muhammad Mas’ud
  3. Hakadza Dhahara Jil Shalahuddin, wa Hakadza ‘Aadat Al-Quds, DR. Majid Al-Kailani
  4. Untuk Kalian Yang Rindu Perubahan, Edgar Hamas

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization