Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Wahai Ukhti, Bersabarlah Dalam Penantianmu

Wahai Ukhti, Bersabarlah Dalam Penantianmu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Sebelum tulisan ini saya teruskan saya teringat sebuah e-mail yang menginspirasi tulisan ini dari seorang Ukhti di Cilacap dengan sebuah ungkapan “Saya Kan Tetap Bersabar di Masa Penantian ini”. Subhanallah, memang kita harus terus bersabar di masa penantian untuk sebuah kata PERNIKAHAN.

Pernikahan atau Perkawinan, membuka tabir rahasia……Proses pencapaiannya memakan satu perjalanan panjang. Kadang, untuk menuju ke sana, Tuhan Yang Maha Bijaksana pun justru memberi kesusahan untuk menguji kita.

Tak jarang Ia melukai hati, hingga hikmahnya tertanam dalam.. Tak perlu kita pertanyakan, “Apa maksud Tuhan ?” Karena andai kita berbesar hati dan mau mencerna, Tuhan punya alasan tersendiri yang memang sukar dimengerti… Yang pasti.. jika kita kehilangan cinta,…kita harus tetap percaya bahwasanya, ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik..

Menunggu….! itu satu pilihan..! Toh, walaupun suami yang Kamu tunggu tentunya tidaklah semulia Muhammad… Tidaklah setakwa Ibrahim…. Pun tidaklah setabah Ayub… Atau segagah Musa… Apalagi setampan Yusuf.. Tapi…. setidak-tidaknya, suamimu adalah pria akhir zaman.. Yang bercita-cita membangun keturunan yang sholeh…

Mengapa menunggu..?

Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa… Karena walaupun kita ingin cepat, kita tidak ingin sembarangan…. Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita inginkan, kita tidak ingin kehilangan jati diri dalam proses pencarian itu….

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu… Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu… Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu…. Tentunya… tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, orang yang kita inginkan, orang yang dicintai dan mencintai, ketimbang memaksa dan memuaskan diri dengan apa yang ada…… karena… hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah.. Berani bertindak gegabah, layaknya berani menerima resiko….

Bunga mawar tak mekar dalam semalam, namun bisa layu dalam sedetik… Kota Palestina tak dibangun dalam sehari, namun bisa hancur dalam sekejap.. Perkawinan tak dirajut dalam pertimbangan sesaat, namun bisa saja musnah, juga dalam sesaat….!

Pernikahan atau Perkawinan, bukanlah akhir dari sebuah perjalanan… Itulah yang kelak mengajarkan kita kewajiban bersama… Suami menjadi pelindung, istri penghuninya…. Suami adalah nahkoda kapal, istri navigatornya, Suami bagai balita yang nakal, istri penuntun kenakalannya… Saat suami menjadi raja, istri menikmati anggur singgasananya.. Seandainya suami supir yang lancang, sabarlah memperingatkannya… Akan halnya… Haruskah terus menunggu..? Jawabannya ada pada diri kita… Pastinya, menunggu mempunyai suatu tujuan yang mulia dan misterius… Menguji kadar iman dan takwa…. belajar meniti sabar dan Ridha…. Seribu kali gagal, seribu satu kali mengulangi. Toh, tak perlu mendambakan yang benar-benar bersahaja.

Karena memiliki suami yang tak cela, justru kamu kan tersentak dari alpa… Kamu bukanlah Khadijah…. yang begitu sempurna dalam menjaga… Pun bukanlah Hajar… yang begitu setia dalam sengsara…. Kamu hanyalah seorang wanita biasa, yang terus berusaha menjadi Sholehah….

Pada akhirnya… Cinta yang agung, terus bertambah selama kehidupan…. Banyak hal yang indah, memang memerlukan waktu yang tak singkat…. dan penantian yang tak pasti…. Akan tetapi…. Walaupun menunggu membutuhkan pengharapan… Namun tetap menjanjikan satu hal yang tak dapat seorangpun bayangkan.

Mari kita kembalikan kepada-Nya… Dia Yang Maha Pengatur, dengan segala keagungan-Nya menuntut kita untuk selalu bersabar dalam setiap penantian… Lagi-lagi untuk sebuah alasan…. Entah apa…!!!

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Founder PT Coach Addie Group & Indonesian Muslim Foundation, Tinggal di Kota Bandung kelahiran Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics and Thinker and a Writer on culture, humanity, education, politics, peace, Islam, Palestinian, Israel, America, Interfaith, transnational, interstate, Management, Motivation and Cohesion at workplace. Committed to building a Cohesive Indonesia, Cohesive Industrial relation, Cohesion at workplace and offer Islamic solutions to the problems that inside. Lulus dari Fakultas Dakwah STAI Al-Haudl Ketapang, Kalbar, Melanjutkan S-2 Manajemen di Universitas Winaya Mukti Bandung, Jawa Barat.

Lihat Juga

Sabar

Figure
Organization