Topic
Home / Berita / Perjalanan / Perjalanan ke Srinagar: Kashmiri Brotherhood

Perjalanan ke Srinagar: Kashmiri Brotherhood

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Perjalanan ke India, Kashmir, dan Gugusan Pegunungan Himalaya (spesial)
Perjalanan ke India, Kashmir, dan Gugusan Pegunungan Himalaya (spesial)

dakwatuna.com – Perjalanan kami ke Srinagar, Kashmir, terhenti di Jammu Airport. Badai salju menerjang Srinagar. Bandara lumpuh, dan kami dikembalikan ke Indira Gandhi International Airport, Delhi, untuk diinapkan. Kendala bahasa membuat kami mengalami kesulitan tersendiri saat akan mengajukan klaim ke pihak maskapai penerbangan untuk mendapatkan fasilitas akomodasi. Namun bersyukur, sesama penumpang satu pesawat ternyata orang Kashmir yang tentunya fasih berbahasa Urdu serta Hindi.

“Which from?” kata salah seorang dari mereka.

“I’m from Indonesia,” jawabku.

“Assalamu’alaikum,” ungkapnya sambil menyodorkan tangan.

Akhirnya ia pun bercerita, bahwa sejumlah 29 orang dari penumpang tersebut adalah masyarakat Kashmir yang pulang dari Mekah selepas menunaikan umrah. Lelaki ini berbadan tegap. Tinggi besar dengan janggut lebat. Namun saya lihat betapa ia sangat hormat kepada para orang tua. Ia rela berjalan paling akhir demi memastikan para lansia tersebut tidak tertinggal dan aman.

Lelaki ini pula yang mengenalkan saya dengan Kepala Rombongan. Seorang lelaki yang sangat berwibawa. Ia sangat dipatuhi.

“Kami akan mengurus keperluanmu. Bergabung lah bersama kami. Kamu adalah saudara kami,” ungkap Sang Ketua Rombongan.

Hampir setiap lelaki Kashmir yang satu pesawat denganku meminta nomor handphone-nya dicatat.

“Hubungi kami ketika ada masalah di Kashmir. Kapan saja 24 jam. Jangan ragu, Saudaraku,” kalimat itu nyaris keluar dari mulut lelaki Kashmir yang aku jumpai.

Ketika registrasi akomodasi telah selesai, para penumpang perempuan diminta untuk keluar dari Bandara terlebih dahulu menuju hotel menggunakan taksi. Namun entah apa maksudnya, tiba-tiba istri dan anak saya dinyatakan tak bisa ikut dengan alasan namanya tidak terdaftar. Keduanya panik. Karena kami terpisah sementara paspor saya yang memegang.

Ketika mendapat telepon dari istri saya bergegas meninggalkan rombongan demi mencari istri saya. Dengan sebelumnya berpesan kepada orang-orang Kashmir tersebut untuk menunggu kami. Benar saja, saya tak sedikit pun ketinggalan dari mereka. Mereka masih di tempat keberangkatan taksi saat saya berhasil menemui istri saya dan menuju tempat keberangkatan.

Kali ini bukan lagi lelaki dari rombongan umrah itu yang menyambut kami. Melainkan dua orang pemuda. Dari tampangnya, kedua pemuda ini sangat terpelajar. Belakangan memang benar, keduanya adalah Engineer di perusahaan listrik negara.

“Jangan panik. Kami akan membantu,” katanya. Mereka memperkenalkan diri. Satu orang bernama Faizan, satunya lagi Asif.

Sama seperti lelaki Kashmir lainnya, ia langsung meminta saya mencatat nomor handphone-nya. Atas bantuan dua orang pemuda itu kami mendapatkan taksi khusus, serta hotel gratis dengan kamar khusus pula untuk kami bertiga. Tak sampai di situ, di hotel dua orang pemuda ini sangat memperhatikan kami. Mulai dari makan malam, sarapan, bahkan sampai banyak dari keperluan kami yang ia tanyakan dengan alasan takut kekurangan.

Keesokan harinya, kedua pemuda ini mencarikan taksi untuk kami semua supaya bisa berangkat ke Bandara. Bahkan keduanya mengurus check in kami, hingga kami semua menaiki pesawat. Sesampainya di Bandara Srinagar, ternyata urusan kami belum selesai. Ketatnya pemeriksaan dari otoritas Pemerintah India membuat kami kesulitan. Rekan yang kami hubungi ternyata tidak hadir di Bandara, pun dengan penginapan, tak ada hotel yang kami booking sebelumnya karena akan diurus setelah kedatangan.

Luar biasa dua orang pemuda ini, mereka membantu kami di imigrasi, melewati interogasi, serta mengurus bahkan mengantar kami hingga tujuan yang dimaksud.

Inilah persaudaraan ala Kashmiri. Sebuah ikatan yang hadir berlandaskan aspek keyakinan. Sebuah pengakuan persaudaraan atas Tuhan yang sama. Hingga perjuangan bahkan pengorbanan mereka bisa berikan meski kepada orang asing yang baru dikenalnya.

Inilah Kashmiri Brotherhood, persaudaraan ala Kashmiri, yang tak lain merupakan sebuah pengejawantahan ukhuwah Islamiyah. (ewa/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Eko Wahyudi atau yang akrab disapa Kang Ewa ini merupakan blogger, penulis, pecinta baca, dan traveler. Menjadi Penulis Lepas merupakan aktivitas pria penikmat bidang Ilmu Komunikasi Jurnalistik ini selain mengemban amanah sebagai Direktur Utama pada salah satu perusahaan swasta nasional. Tulisan pria kelahiran Pangandaran, Jawa Barat ini juga dibukukan dalam antologi cerpen Cinta dari Cikini (Indie Publishing, 2010), Kisah Inspiratif Pahlawan dalam Diam (Indie Publishing, 2014), serta Kisah Perjalanan From New Zealand to Netherlands (Halaman Moeka, 2015), dan Surga yang Tersembunyi (Gramedia Pustaka Utama, 2015). Untuk bersilaturahim dengan Kang Ewa bisa melalui email: [email protected]

Lihat Juga

MTT Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Gempa Lombok

Figure
Organization