Topic
Home / Berita / Opini / Belajar Menang dari AKP Turki, Mustahil?

Belajar Menang dari AKP Turki, Mustahil?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

 

Para pendukung Perdana Menteri Turki dan pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) - the rulling party -, Recep Tayyip Erdogan, menghadiri 'rapat umum' di Istanbul pada tanggal 5 September 2010. Turki mengadakan referendum pada tanggal 12 September sebagai satu langkah perubahan konstitusi membatasi kekuasaan militer dan peradilan. (Getty Images)
Para pendukung Perdana Menteri Turki dan pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) – the rulling party -, Recep Tayyip Erdogan, menghadiri ‘rapat umum’ di Istanbul pada tanggal 5 September 2010. Turki mengadakan referendum pada tanggal 12 September sebagai satu langkah perubahan konstitusi membatasi kekuasaan militer dan peradilan. (Getty Images)

dakwatuna.com – Menakjubkan. Hanya dalam 4 bulan, AKP sukses meraup 4 juta suara (cat: bukan suara floating mass). Tapi suara yang di Pemilu Juni memilih CHP dan MHP. 41% di Pemilu Juni, lalu menembus angka 51% di Pemilu November. Kemenangan yang disikapi dengan sikap tawadhu. Sikap yang sama ditempuh, saat gagal menang telak di Pemilu Juni.

AKP di bawah Daud Oglo, langsung evaluasi. Memahami keinginan pemilih! Lalu melakukan reformasi internal. Soliditas itu harus berkualitas. Tidak sekadar soliditas yang cadas. Tak mampu membuat kader tumbuh kembang.

Ya. Di muktamar AKP 12 September lalu. AKP membuat keputusan strategis. Mengubah AD/ART Partai yang membatasi masa bakti kader AKP berkhidmat di parlemen dan eksekutif dari 2 periode saja, menjadi boleh dicalonkan kembali.

Keputusan yang mengakomodir tokoh-tokoh AKP yang telah mengakar dan merakyat di masyarakat. Kader yang sekian lama menjadi magnet suara, berkah pengabdian dan pelayanan selama menjadi pejabat publik.

Keputusan selanjutnya adalah; agenda kampanye dibuat sedetail mungkin dan menyentuh hajat mendasar di setiap daerah. AKP mengubah jargon muluk kampanye, menjadi bahasa standar yang mudah dipahami. Contohnya: Proyek mercusuar Turki, target pencapaian ekonomi, romantisme sejarah Turki, amandemen UU. Semua tidak lagi menjadi topik propaganda kampanye. AKP lebih memilih tema mendasar: penambahan gaji dan peningkatan uang pensiunan; perbaikan pengupahan; renovasi asrama mahasiswa; pengubahan UMR; kemudahan pinjaman untuk program pengembangan ekonomi kaum muda.

AKP pun berani lepas dari bayang-bayang nama besar Erdogan. Daud Oglo tampil dan berkeliling ke seantero negeri. Kebijakan ini sangat mengesankan kader-kader AKP, bahwa AKP bukan hegemoni perorangan tapi milik bersama.

Pertanyaannya, siapakah yang bisa mengikuti langkah AKP di Indonesia?

Banyak yang berharap, PKS salah satunya. Harapan yang tidak dilarang. Hanya Imam Asy-Syafi’i berpesan: Manzilatul Imam minar-ra’iyyah kamanzilatil waliyy minal yatiim.

Kedudukan seorang pemimpin di hadapan rakyat/bawahan/kader seperti kedudukan wali bagi anak yatim. Erdogan, Daud Oglo, dan pemimpin-pemimpin AKP telah melakukan ini. Bahkan sudah menjadi karakter. Turun ke bawah, tidak hanya di ruang ber-AC dengan fasilitas wah. Menyentuh psikologis kader dengan sentuhan seorang wali terhadap anak yatim. Melindungi, mengayomi, melayani. Dilakukan tanpa basa-basi.

AKP melahirkan nama besar. Tapi nama besar tidak menjadi pemilik dominan AKP. Panglima gerakan AKP adalah “Di manapun adzan berkumandang, di situlah tanah air kami.”

AKP mengedepankan keutuhan keluarga kadernya. Tradisi keluarga Turki di bulan Ramadhan, dijadikan momentum untuk meneguhkan sumpah setia suami terhadap istri (keluarga) dan istri terhadap suami (keluarga).

AKP merangkul tanpa memukul. Mengevaluasi tanpa mengebiri. Mendisiplinkan tanpa plin-plan. Fokus berjuang tanpa rakus. Benar-benar al-bait addaakhili (rumah internal) dibenahi hingga tak lagi bernanah.

Kader AKP tak lagi sibuk sekadar koar-koar! Mereka menerima setiap kritik dengan lapang dada. Setiap kritik konstruktif dijadikan panduan, untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

AKP adalah partainya manusia yang kental dengan sentuhan manusiawi. Bukan partai robot. Bukan pula partai malaikat. Cita rasa manusiawi ini yang membuat loyalitas kader AKP, berkualitas.

AKP inklusif. Kader-kadernya heterogen. Namun semua satu dalam bahasa universal; menyapa dan menempa, meraba dan merasa, membela dan membawa, nyata beramal dan beramal nyata.

Nampaknya, kini AKP menjadi rujukan dunia Islam. Suka atau tidak suka, AKP memberi prestasi nyata di 13 tahun pertama. Bandingkan dengan partai yang lebih dulu ada. Nampak kesulitan walau sekadar keluar dari kubangan dialektika dan propaganda. Belajar menang dari AKP Turki, mustahilkah? (nandang/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization