Topic
Home / Berita / Silaturahim / Komunitas Go Pangan Lokal Ajak Masyarakat Mencintai Pangan Lokal Khas Indonesia

Komunitas Go Pangan Lokal Ajak Masyarakat Mencintai Pangan Lokal Khas Indonesia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Aksi Simpatik 'Go Pangan Lokal 2015' mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal khas Indonesia. (Khairuddin Syafri)
Aksi Simpatik ‘Go Pangan Lokal 2015’ mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal khas Indonesia. (Khairuddin Syafri)

dakwatuna.com – Jakarta. Pada awal tahun 2013, Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia membuat sebuah riset survey mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen waralaba restoran lokal dan asing. Riset ini dilakukan di empat kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta dengan melibatkan total 500 responden.

Riset ini bermula dari sebuah kajian dan diskusi mengenai fenomena impor khusunya pangan yang terjadi di Indonesia yang dilihat dari jumlah net impor pangan pertahun. Hasil riset preferensi konsumen menunjukkan konsumen waralaba asing memliki pelanggan lebih banyak dari restoran waralaba lokal. Hasil analisis data tim Kajian MITI memperlihatkan frekuensi kunjungan responden restoran waralaba lokal yang lebih dari lima kali dalam sebulan hanya 38,4%, sedangkan responden restoran waralaba asing berkunjung lebih dari lima kali sebulan (72,4%). Hal ini berarti restoran waralaba asing mempunyai konsumen yang setia lebih banyak dibanding waralaba lokal. Temuan ini sejalan dengan realita yang ada sekarang, yakni bisnis franchise restoran asing yang memang lebih bergeliat dibanding waralaba lokal. Hal ini dipengaruhi restoran waralaba asing memiliki konsumen yang lebih loyal dilihat dari frekuensi kunjungannya.

Temuan riset ini secara tidak langsung menggambarkan kecenderungan masyarakat yang memilih pangan asing dari pada pangan lokal. Padahal, sistem pangan lokal memberikan beberapa keunggulan dibandingkan pasar konvensional dan global termasuk manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan. Pembelian produk lokal dapat memperkuat perekonomian regional, mendukung ketahanan keluarga, dan menyediakan makanan yang sehat.

Selain itu, pertengahan tahun 2014 MITI mempelopori riset penghitungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada produk pangan. Riset ini membantu para konsumen untuk memilih produk dengan nilai lokalitas yang cukup tinggi. Temuan yang didapatkan, produk pangan yang selama ini dianggap sebagai pangan lokal ternyata tidak mesti memiliki nilai komponen dalam negeri yang tinggi. Produk tempe yang tersebar di Jabodetabek misalnya, hanya memiliki nilai TKDN sebesar 54,02% saja. Ini berarti, hampir separuh dari komponen yang terkandung dalam tempe di Jabodetabek adalah bahan impor.

Berangkat dari hasil-hasil riset tersebut, Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Klaster Mahasiswa kembali menggalakkan Go Pangan Lokal 2015, setelah komunitas resmi dibentuk pada 2013, untuk mengajak masyarakat kembali mencintai pangan lokal khas Indonesia dari hasil bumi Indonesia. Gerakan kampanye ini dilakukan melalui media sosial dan aksi simpatik di jalan untuk mengajak masyarakat setempat.  talkshow outdoor dengan beberapa praktisi, akademisi dan penggiat produk pangan lokal dalam rangka sosialisasi dan informasi terkait manfaat produk pangan lokal, serta gerai pangan lokal untuk memperkenalkan aneka ragam produk pangan lokal nusantara, diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat mengkonsumsi dan membeli produk dari produsen yang dapat berupa pengusaha dan UKM yang memiliki basis pangan lokal untuk menuju Indonesia mandiri.

Rangkaian Kampanye Go Pangan Lokal 2015 sebelumnya telah dimulai pada awal Mei 2015 dan berakhir pada puncak Local Food Day 2015, Minggu (18/10), alam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia serentak di 10 kota besar di Indonesia. Kota-kota yang menyelenggarakan Local Food Day 2015 yaitu, Jakarta, Medan, Riau, Makassar, Semarang, Bengkulu, Yogyakarta, Kendari, Palangkaraya, dan Gorontalo dengan mengusung tema Indonesian Local Food, International Best Food Products”. Go Pangan Lokal 2015 merangkul berbagai lembaga untuk bekerjasama mendukung pangan lokal seperti Dompet Dhuafa, Indonesia Bangun Desa, Banten Bangun Desa, Gerakan Cinta Anak Tani, Edukasi Gizi, Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia, Youth Food Movement, Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia, Serikat Petani Indonesia, Kementerian Pertanian RI, Dinas Pertanian Daerah, Badan Pengkajian dan Teknologi Pertanian Daerah, Badan Ketahanan Pangan Daerah, Komunitas Pecinta Anak Jalanan Makassar, Makassar Berkebun, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia dan banyak lembaga lainnya untuk bersingergi mempromosikan pangan lokal Indonesia.

Go Pangan Lokal 2015 juga bekerjasama secara masif dengan Unit Kegiatan Mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia yakni Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, UIN Sunan Gunung Djati, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Jendral Ahmad Yani, Universitas Gajah Mada, Universitas Islam Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Muhammadiyah Yogya, STIMIK AMIKOM Yogyakarta, Universitas Arilangga, Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sultan Agung, Universitas Diponegoro, IKIP PGRI Semarang, Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan, Universitas Muslim Nusantara, Universitas Hasanuddin, Universitas Mulawarman, dan universitas-universitas lain di Indonesia yang berjumlah 82 universitas.

Didukung oleh Kementerian Pertanian RI dan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia, Komunitas Go Pangan Lokal diharapkan dapat menjadi penggerak promosi pangan lokal Indonesia di seluruh dunia dengan jejaring MITI Klaster Mahasiswa yang luas. Komunitas ini juga harus menjadi sarana penyadaran kepada masyarakat untuk kembali mencintai pangan lokal khas Indonesia yang dihasilkan dari hasil bumi Indonesia. Dengan bergerak bersama merangkul berbagai lapisan masyarakat, MITI KM berharap dapat berkontribusi dalam usaha perwujudan kedaulatan pangan Indonesia. Peduli pangan lokal untuk membangun daya saing dan kedaulatan pangan Indonesia. Go Pangan Lokal! (Deslaknyo/sbb/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Deslaknyo Wisnu Hanjagi adalah lulusan Program Akselerasi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB dengan predikat cumlaude. Semasa kuliahnya ia pula mengambil minor Agronomi dan Hortikultura. Karyanya telah diterbitkan dalam berbagai prosiding nasional maupun internasional. Saat ini ia beraktivitas sebagai Manager Bidang Riset dan Analisis Data, Deputi Kajian dan Kebijakan, MITI. Dengan spesialisasi keilmuan di bidang pengembangan masyarakat, penyuluhan, kependudukan, sosiologi pedesaan, dan kajian agraria, Deslaknyo berharap dapat berkontribusi untuk kemajuan bangsa.

Lihat Juga

MITI Klaster Mahasiswa Sosialisasikan Kawasan Rumah Pangan Lestari

Figure
Organization