Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Hijrah, Strategi Pemimpin Level 5

Hijrah, Strategi Pemimpin Level 5

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Islamnya Umar bin Khaththab yang mengubah peta kekuatan umat Islam. Namun, hal ini tidak berlangsung cukup lama. Kekuatan Kafir Quraisy juga mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebencian mereka. Kafir Quraisy tidak lagi mengindahkan Nilai-nilai Arab yang dahulu diagungkan. Nilai-nilai Arab yang sebenarnya memberikan sedikit Advantage kepada kaum muslimin.

Musim haji 12-13 tahun setelah kenabian, secerah harapan muncul dengan datangnya wakil-wakil dari Yatsrib. Mereka dengan sengaja mengadakan baiat aqabah, berjanji setia kepada Nabi saw.

Kondisi yang pelik, membutuhkan seorang master dengan kepemimpinan level 5. Kepemimpinan level 5 yang membawa organisasinya (jamaah) dari era terburuk menuju era kejayaan yang lestari. Pemimpin Level 5, mampu mengelola kondisi yang demikian pelik menjadi sebuah keuntungan. Karena sesungguhnya setiap kesulitan di dalamnya terdapat kemudahan.

Menghadapi kondisi yang kian mencekam, sang Maestro Kepemimpinan (Rasulullah Muhammad Saw), memutuskan sebuah kebijakan strategis; Hijrah. Hijrah tidak hanya bisa dipahami sebagai bentuk pelarian dan meminta perlindungan baru, tetapi juga bisa dipahami sebagai tindakan strategis guna mencapai tujuan organisasi. Hijrah adalah titik balik dari era keterpurukan menjadi era kejayaan. Sebagaimana perusahaan-perusahaan besar yang rela menutup perusahaan mereka pada suatu tempat, kemudian memindahkannya pada tempat lain.

Hijrah sebagai sebuah strategi untuk meningkatkan Sumber daya Manusia. Dakwah di Makkah mengalami stagnasi rekrutmen. Dengan stagnasi tersebut, organisasi tidak berkembang. Sementara sumber daya manusia adalah aset pertama yang paling berharga dari sebuah organisasi. Pengembangan kuantitas dan kualitas SDM tidak berjalan dengan baik jika kondisi teritorial tidak memungkinkan menjalankan aktivitas organisasi. Training, mentoring, coaching oleh organisasi tidak bisa berjalan.

Hijrah juga dapat diartikan sebagai sebuah strategi konsolidasi. Aus dan Khajraz mengalami konflik yang berkepanjangan. Satu sama lain saling perang. Kehadiran Rasulullah saw mengkonsolidasikan, merekonsiliasi, dan menyatukan keduanya. Konsolidasi antara Muhajirin dan Anshar, dengan mempersaudarakan keduanya, merupakan salah satu kebijakan paling strategis. Dengan adanya team work yang baik, maka biaya pengendalian akan jauh lebih kecil, organisasi menjadi lebih leluasa dalam bergerak. Ditambah lagi, persaudaraan dalam Nilai Arab adalah segalanya.

President Director Islam, Rasulullah Muhammad saw, menentukan sendiri lingkaran terdekatnya, para Direktur dan Manager. Para Direktur dan Manajer (Sahabat) tidak hanya menunggu mengikuti arahan Rasul, tetapi juga memberikan masukan kepada pemimpin mereka. Sementara Rasulullah, sebagai pemimpin, juga mendengarkan masukan bawahannya. Umar misalkan, Gagasannya tentang dakwah secara terbuka, dengan berkampanye keliling Makkah menghadirkan eksistensi baru organisasi. Gagasannya mengakhiri era Dakwah Sirriyyah dan memasuki era Jahriyah. Pun dengan Hijrah, gagasan strategis yang muncul dari meeting-meeting koordinasi para jajaran Direksi dan Manajer pada saat itu.

Hijrah juga strategi meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja. Tanpa sumber daya uang, kegiatan dakwah juga terhambat. Boikot Quraisy pada Bani Hasyim menunjukkan bahwa perdagangan dan capital resources merupakan penunjang kegiatan dakwah. Boikot memang tidak sampai menghentikan dakwah, tetapi jelas mengurangi gerak dakwah. Pasar, baitul maal, pusat pemerintahan, dan lain sebagainya dibangun di Madinah saat pertama kali Rasulullah menapakkan kakinya. Penguasaan pasar dan sumber air menjadikan posisi Umat Muslim kian strategis di Madinah.

Kebijakan hijrah tidak hanya berkaitan dengan unsur pengembangan, tetapi juga unsur pengorbanan (Loses).  Pengorbanan Harta, tahta, dan keluarga adalah pengorbanan terbesar. Banyak sahabat yang diizinkan ke Madinah dengan syarat harus meninggalkan semua hartanya. Keluarga (yang menjadi modal orang Arab) juga harus ditinggalkan. Umar sebagai tokoh kaumnya juga harus kehilangan Tahtanya. Rasulullah juga “mengorbankan” reputasinya.

Kesempatan menjadi orang terkaya, terpandang, memiliki banyak wanita juga dilepaskan begitu saja demi Dakwah Islam. Para pembesar Quraisy rela memberikan semua yang dimilikinya hanya agar Rasulullah berhenti.

Kebijakan Hijrah memberikan hasil yang luar biasa. Pada tahun-tahun setelah kebijakan tersebut, Umat Islam memenangkan Perang Badar, kemudian kalah dalam perang Uhud, Seri pada perang Khandaq, bahkan bisa menaklukkan Makkah. Pada peristiwa Fathu Makkah, tidak ada darah yang tertumpah yang mengindikasikan tidak ada lagi kekuatan yang cukup untuk melawan kaum Muslimin. Pada hari itu, Umat Islam sebagai Organisasi tidak memiliki lawan yang punya kekuatan yang melebihinya, bahkan menyamainya di Jazirah Arab.

Pencapaian Umat Islam, yang dipimpin oleh Rasulullah saw di Madinah jauh lebih besar dibandingkan di Makkah. Padahal, masa berdakwah di Makkah 3 tahun lebih lama dibandingkan di Madinah. Hal ini menunjukkan transformasi yang sangat signifikan. Tidak hanya 20 tahun seperti yang disyaratkan oleh Collins, Kebijakan dari pemimpin level 5 untuk menciptakan perusahaan lestari mampu bertahan 1437 tahun. Dengan demikian, kebijakan Hijrah yang menjadi titik balik Umat Islam, merupakan strategi terbaik yang pernah ada di dunia.

Wa Allahu a’lam.

Nb: Kepemimpinan Level 5 adalah Gagasan Jim Collins dalam Bukunya Good to Great

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Karyawan di sebuah perusahaan swasta. Suka analisa, mengaitkan sejarah dengan Ilmu - ilmu kekinian. Suka Fotografi walau masih Newbie.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization