Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Memaknai Tahun Baru Islam 1437 H (vs Masehi)

Memaknai Tahun Baru Islam 1437 H (vs Masehi)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Sebuah astrolab peninggalan sejarah Umar bin Yusuf bin ' Umar bin 'Ali bin Rasul al–Muzaffar. (flickr.com/charlestilford)
Ilustrasi – Sebuah astrolab peninggalan sejarah Umar bin Yusuf bin ‘ Umar bin ‘Ali bin Rasul al–Muzaffar. (flickr.com/charlestilford)

dakwatuna.com – Alhamdulillah, sampailah kita kepada awal tahun Hijriah yakni bulan Muharram. Bulan yang disebut sebagai asyhurul hurum (bulan-bulan haram). Ayat Quran juga hadits menyebutkan perihal bulan haram ini. Disebutkan dalam hadits bahwa 4 bulan itu salah satunya adalah Muharam. Bulan tersebut adalah yang disucikan dan diagungkan. Walaupun memaknainya ada perbedaan.

Maksud disucikan di sini ulama berbeda pendapat. Di antaranya ada yang mengatakan bahwa di bulan-bulan ini diharamkan untuk berperang dan bunuh membunuh seperti firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 217. Ada juga yang menafsirkan bahwa bulan suci ini agar setiap muslim banyak beramal di 4 bulan tersebut. Tapi dalam artian dewasa atau tidak dipahami dengan mafhum mukhalafah yang jadinya hanya beramal shalih di bulan tersebut. Karena sudah ada perintah amal shalih untuk setiap waktu.

Tidak seperti tahun baru Masehi. Pada awal bulan Muharam Indonesia lebih khusus umat Islam terkesan tidak peduli. Memang banyak masjid-masjid mengadakan acara demi lebih memanfaatkan malam tahun baru Islam ini. Tapi itu kiranya tak sebanyak mereka yang merayakan tahun baru Masehi. Memang dalam memaknai tahun baru Islam bukan harus dengan petasan yang berdendang atau kembang api yang benderang di langit. Tapi di acara Islamipun memang nyatanya nihil pengunjung, untuk sekedar pawai obor kita hanya bisa menemukan di beberapa tempat saja. Bahkan sulit sekali “Selamat Tahun Baru Islam” naik podium jadi trending topic, yang justru acara di TV tetangga lebih tinggi.

Islam sebagai agama mayoritas dunia dan Indonesia seperti lupa kepada perjuangan hijrah Rasulullah dan sahabat yang menjadi awal ditentukan tahun hijriah, begitulah menurut para sahabat. Mereka takut kehilangan hartanya untuk sekedar menginfakkan dalam rangka memperingati 1 Muharam. Tapi beda halnya jika akan datang 1 Januari. Dengan relanya mereka membakar uang jutaan hanya untuk mendengar suara petasan dan percikan kembang api. Bahkan sampai berlomba-lomba. Walau yang melakukan tidak semuanya muslim.

Kita bisa membayangkan betapa hebatnya jika gelontoran dana pada 1 Muharam sama halnya dengan 1 Januari atau bahkan lebih besar. Milyaran bahkan triliunan rupiah dihabiskan hanya untuk semalam dan tidak dapat hasil apa-apa kecuali kesenangan mata dan telinga. Dan berapa masjid bisa dibangun dengan dana sebesar itu, berapa miskin akan terobati dengan uang sesegar itu.

Itu hanyalah hitungan matematika. Tapi marilah kita lebih memaknai dengan perhatian kita kepada umat Islam dan amal shalih. Ilmu matematika manusia itu tidak seberapa, tapi dalam matematika Alllah itu sangatlah besar. Biarlah diri ini memaknai tahun baru Hijriah dengan mengingat hijrah Rasulullah ke Madinah dan rumitnya jalan dakwah yang dilewati.

Pada akhirnya kita bertugas untuk menyampaikan dakwah yang Rasul sampaikan dulu. Dan tahun baru Islam kali ini mari kita buat harapan, tujuan dan langkah yang akan kita lakukan untuk menopang dakwah ini. Sambil memperbaiki banyak hal yang kurang di tahun sebelumnya. Semoga di tahun 1437 H ini kita bisa lebih berperan bagi dakwah Islam, karena Islam akan menang dengan kita di dalamnya atau tanpa kita.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Azhar Fakhru Rijal, Mahasiswa Ma�had Aly Annuaimy dan Anggota FLP Jakarta, pernah juga menjadi pimred madding Al-Furqon Post (ponpes Alfurqon).

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization