Topic
Home / Berita / Opini / Komunisme Indonesia, Topeng Baru dengan Wajah Lama

Komunisme Indonesia, Topeng Baru dengan Wajah Lama

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Massa PKI dalam satu demonstrasi di Jakarta. (kaskus.co.id)
Massa PKI dalam satu demonstrasi di Jakarta. (kaskus.co.id)

dakwatuna.com – Runtuhnya Order Baru (Orba) dan semakin bebasnya masyarakat untuk berbicara dan berpendapat telah membawa suatu resiko dan peluang. Resiko berupa menjamurnya pemahaman-pemahaman yang terlarang baik menurut Islam atau konstitusi. Dan juga peluang untuk pembangunan lebih baik lewat demokrasi. Juga tak lupa, peluang untuk semakin mudah memetakan siapa dan bagaimana suatu paham terlarang itu tumbuh di ladang NKRI ini.

Yusril Ihza Mahendra, dalam wawancara dengan Tajuk (9/2/ 2000), menuturkan, setelah di Fakultas Sastra UI menyimak karya-karya Marx, Engels, Lenin, Stalin, Tito, Mao, Tan Malaka, dan Aidit serta tulisan golongan kiri di Tanah Air sejak pra-kemerdekaan seperti Ir Baars, ia berkesimpulan bahwa sebagai ideologi, komunisme tidak akan pernah mati.

‘’Dalam perkembangannya, adakalanya komunisme berubah bentuk menjadi pseudo-religion, walaupun pada dasarnya filsafat Marx digolongkan sebagai atheisme filosofis. Sebagai pseudo-religion komunisme dapat menumbuhkan semangat fanatisme,’’ terang Yusril.

Sebagaimana dikutip dari laman Suara Islam, ia mencontohkan, ada sejumlah aktivis pergerakan Islam yang kepincut slogan PKI lalu menjadi kader PKI. Beberapa tokoh Sosialis Kiri Belanda seperti Snievliet dan Ir Baars, giat menggarap kelompok pemuda radikal di Semarang yang aktif dalam Sarekat Islam. Akhirnya, pemuda-pemuda seperti Semaun dan Darsono menjadi tokoh-tokoh komunis sungguhan. Tokoh-tokoh Sarekat Islam yang lain tetap menjadi penganut Islam-Marxis seperti Kyai Misbach dan KH Ahmad Dasuki Siradj di Solo serta Haji Datuk Batuah di Minangkabau yang terlibat dalam Peristiwa Silungkang tahun 1927.

Akhir tahun 2015 ini diramaikan dengan maraknya pertarungan rekayasa persepsi baik di media arus utama ataupun media sosial. Sebut saja, isu: permintaan maaf kepada PKI, pencabutan Tap MPRS tentang komunisme, pemutar balikan makna dan fakta, penguatan paham anti komunisme dan sebagainya. Namun, yang menarik adalah munculnya suatu istilah baru bernama Komunisme Gaya Baru (KGB).

Saiful Bahri seorang pengamat komunisme dan PKI menulis tentang opini dari Ketua Taruna Muslim bahwa gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) gaya baru memilih 3 bentuk pendekatan. Satu, berusaha menjadi organisasi sosial politik legal. Dua, infiltrasi ke pelbagai institusi sosial (Ormas, Orpol, komunitas, dsb). Tiga, melakukan aktivitas secara klandesten (tersembunyi).

Namun, ada satu lagi yang sebenarnya tak boleh dilupakan. Dengan ini maka menjadi empat macam pendekatan PKI gaya baru atau populer disebut Komunis Gaya Baru (KGB).

Jawwi’ kalbaka, yatba’ka (buatlah anjingmu lapar, maka ia akan mengikutimu). Ini adalah suatu peribahasa arab yang mengandung makna dalam di dunia rekayasa sosial (social engineering). Pendapat keempat tentang pendekatan KGB sangat terkait dengan hal ini.

Salah satu motivasi yang dibangun…

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Tenaga ahli untuk business sustainability and locak-regional economic development. Saat ini Hatma sedang berkarya di suatu perusahaan minyak & gas nasional untuk mengelola: CSR, social engineering dan keberlanjutan bisnis (business sustainability) di aset-aset milik perusahaan tersebut. Dengan latar belakang Teknologi Pertanian (UGM) dan Magister Teknik Industri (UII), Hatma yang sedang menempuh pendidikan Ekonomi Islam di IOU (Qatar) ini mendapatkan pengakuan sebagai tenaga ahli di bidang Regional Economic Development dari pemerintah Jerman di 2010. Mengkonsentrasikan diri pada isu tentang business sustainability melalui pendekatan social engineering dan community development, pelbagai pelatihan dan sertifikasi baik di level nasional dan internasional telah diikutinya.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization