Topic
Home / Berita / Silaturahim / Bedah Buku ‘Suatu Subuh di Sukamiskin’, Majlis Ilmu yang Lahir dari Rahim Penjara

Bedah Buku ‘Suatu Subuh di Sukamiskin’, Majlis Ilmu yang Lahir dari Rahim Penjara

Tasyakuran dan Launching buku 'Suatu Subuh di Sukamiskin'. (LNA/dakwatuna)
Tasyakuran dan Launching buku ‘Suatu Subuh di Sukamiskin’. (LNA/dakwatuna)

dakwatuna.com – Bandung.  Sabtu (25/9/15) ada yang tak biasa di lapas Sukamiskin, Bandung. Bukan hanya sebagai hari khusus bagi para warga binaan (warna) untuk menerima tamu setelah hari raya Idul Adha 1436 H/2015 M, tapi ada kebahagiaan lain yang terasa. Tepat pukul 09.00 waktu setempat, senandung nasyid yang mengingatkan dan menasihati, terdengar seiring semilir angin sejuk di Sukamiskin. Tak lama kemudian, ada lagi sambutan demi sambutan yang disampaikan dengan santun, jenaka, penuh ceria, dan persaudaraan. Ada apa di Lapas Sukamiskin?

Melangkah masuk ke dalam Lapas, sedikit demi sedikit pertanyaan itu terjawab. Di lokasi yang biasa digunakan untuk menerima tamu, ada panggung yang tidak besar dihiasi tulisan besar “Tasyakkuran Idul Adha, Launching Buku “Suatu Subuh di Sukamiskin”. Di hadapan panggung, ada tenda-tenda untuk para tamu, bahkan ada deretan tempat makan yang disediakan untuk para tamu, layaknya keluarga yang sedang menggelar hajatan.

Ya, pagi itu, para warna sedang berhajat menggelar tasyakkuran atas hari raya Idul Adha yang dua hari sebelumnya mereka lakukan. Acara tasyakkuran juga diiringi dengan launching buku “Suatu Subuh di Sukamiskin”, sebuah buku inspiratif yang mengisahkan tentang sebagian kecil catatan yang dikompilasi dari pertemuan para warna, setelah shalat subuh berjamaah. Buku yang dalam satu bulan sudah habis terjual dan sudah dicetak untuk kedua kalinya itu, memang memiliki daya tariknya sendiri. Daya tarik itu ada pada sepanjang konten buku yang boleh dikatakan, belum ada duanya hingga saat ini.

Sebuah catatan yang isinya merangkum dialog, diskusi, komunikasi, konseling, sharing, ceramah, uneg-uneg, nasihat, kajian keagamaan, sosial, politik, seni dan berbagai sisi kehidupan yang dialami para warna. Rangkaian itu yang tertuang dalam “Suatu Subuh di Sukamiskin”. Dan itu baru yang pertama. Sisi lainnya, adalah bagaimana rangkaian istilah tadi itu dilakoni oleh para narapidana, tahanan, yang umumnya sudah berusia di atas 50an tahun, dan mereka adalah para pemimpin, para pejabat tinggi, para tokoh, yang tervonis hukuman penjara atas berbagai kasus dengan beragam latarbelakangnya masing-masing.  Di usia matang seperti itu, dan saat mengalami ujian menjalani hukuman di lapas, mereka berdialog, berkomunikasi, dan mencari selah untuk saling berbagi sesama. Itu sebabnya,  menurut pak Edi Siswadi, salah satu panelis yang berbicara dalam Bedah Buku “Suatu Subuh di Sukamiskin” itu, “Saya banyak membaca berbagai buku, tapi baru buku ini yang sangat menyentuh hati saya… “

Acara pagi menjelang ………

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...
Penulis, Penerjemah, Pengamat Masalah Timur Tengah. Mahasiswa Universitas Trisakti.

Lihat Juga

ICMI Rusia Gelar Workshop Penulisan Bersama Asma Nadia

Figure
Organization