Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Lima Guru Muda dari Kelas IV

Lima Guru Muda dari Kelas IV

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Menurut saya belajar matematika itu butuh pikiran yang tenang, jernih, dan santai. Untuk menenangkan pikiran siswa, maka di setiap awal pembelajaran saya terbiasa memberikan apersepsi awal untuk siswa. Di samping itu senam otak juga menjadi andalan untuk menyeimbangkan kemampuan berpikir siswa, antara otak kanan dan otak kiri.

Beberapa kali saya mengajar pelajaran yang sama yaitu IPA. Namun di hari ini saya mengajar materi pelajaran yang berbeda, karena ada satu guru kelas IV yang sedang pra Jabatan, sehingga saya ditugaskan menjadi guru kelas sementara. Saya mengajarkan siswa materi matematika.

Kemampuan siswa dalam berhitung cukup sulit. Saya harus pintar mengemas pelajaran, agar siswa benar-benar paham tentang pelajaran yang disampaikan, terlebih ini pelajaran matematika. Seperti kebanyakan orang siswa saya mengatakan “noktoh”( tidak bisa).

Jumlah siswa kelas IV ada 25 siswa. Beberapa kali saya mengamati siswa didik saya, hanya beberapa saja yang bisa berkonsentrasi saat belajar. Dan kali ini saya pilih 5 siswa inti yang akan saya fokuskan untuk belajar matematika, bukannya saya tidak menghiraukan siswa yang lainnya, namun ini adalah salah satu strategi pembelajaran matematika kali ini.

Materi pelajaran yang saya sampaikan adalah operasi perkalian. Seperti biasa, ketika saya menuliskan materi pelajaran di depan semua siswa serentak bertanya.

“Pak, tulis pak?” begitu tanya mereka.

“Sekarang tidak perlu ditulis ya, nak. Kalian cukup perhatikan bapak saat menjelaskan. Nanti bapak beri waktu kalian untuk menulis, Ok?” jawabku..

“Au pak” timpal mereka. Meski pada kenyataanya beberapa di antara mereka tidak menghiraukan apa yang saya katakan.

Selesai menuliskan beberapa contoh soal operasi perkalian dengan cara susun pendek, tibalah saatnya saya menjelaskan. Lima siswa yang sudah saya gadang-gadangkan untuk menjadi guru muda di kelasnya, rupanya sangat antusias mendengarkan penjelasan yang sampaikan.

“Dua puluh satu dikali empat sama dengan berapa?”

“Bapak bantu ya. Empat kali satu, berapa nak?”

“Empat pak”

“Empat kali dua, berapa nak?”

“Delapan pak”

“Ya kalian memang pintar. Ayo tepuk keren semuanya” pintaku.

Semua mengangkat tangan, lalu menunjukan jempol kanan dan kirinya sambil melagukan lirik lagu tepuk keren.

“Dua jempol, hadap kita, keren, keren, keren…”

Tepukan yang sudah mendarah daging untuk siswa saya di kelas IV.

Sekarang saatnya mengerjakan soal. Saya berikan lima soal untuk dikerjakan, tentunya dengan menggunakan opereasi perkalian susun pendek. Setelah saya berkeliling melihat satu persatu buku siswa saya, tidak ada satupun yang sudah mengerjakan soal yang saya beri. Strategi awalpun saya luncurkan. Saya mendekati satu persatu calon guru muda di kelas IV. Pertama saya datangi Kinanjar, anak laki-laki yang biasa dapat rangking di kelasnya. Saya jelaskan satu soal dengan pendekatan people to people. Sampai Kinanjar paham.

“Bagaimana Kinanjar, mengerti ?” tanyaku selepas memberikan penjelasan.

“Oh ya ya ya, ngerti pak” Kinanjar menjawab, sambil tersenyum dan matanya menghilang tertelan kelopak mata yang mirip Cina.

Selanjutnya ada empat kawannya, yaitu Sahari, Toni, Devi, dan Susanti yang mendapatkan penjelasan secara pribadi dari saya.

Kelima calon guru muda dari kelas empat ini memiliki tugas tambahan dari saya. Selain mengerjakan empat soal berikutnya, mereka juga memiliki tugas mengajari teman-temannya yang lain.

“Kamu ajari caranya pada teman-teman kamu yang lain ya” begitu pintaku pada ke lima calon guru muda tadi. Mereka pun semangat mengiyakan apa yang saya minta. Didatangilah satu persatu teman-temannya yang belum mengerti cara pengerjaan. Namun tetap saja ada anak yang tidak mau diajari oleh temannya. Bagian yang ini saya yang menuntaskan. Tapi hanya sebagian kecil saja anak yang hiperaktif seperti itu.

Melihat aktivitas kelima guru muda saat menjelaskan cara pengerjaan soal tadi, saya merasa bahwa pembelajran dengan mengangkat guru muda dari kelasnya sendiri ternyata cukup efektif untuk pengajaran matematika.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumnus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peraih medali perunggu di even I-Envex 2015 Malaysia. Pernah aktif menjadi ketua BEMJ Kimia 2010. Penggiat literasi di Komunitas Ngejah, Garut. Saat ini menjadi Relawan guru di Sekolah Guru Indonesia di tempatkan di SDN Mantar, Kabupaten Sumbawa Barat.

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization