Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Politik Firaun

Politik Firaun

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Firaun - inet
Firaun – inet

dakwatuna.com – Sepak terjang Firaun banyak dikisahkan dalam Alquran. Ia adalah raja Mesir yang mengklaim dirinya sebagai tuhan yang harus disembah. Pada masa kekuasaannya, Allah swt mengutus nabi Musa dan nabi Harun untuk berdakwah kepada kaumnya, termasuk kepada Firaun.

Allah swt berfirman:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Pergilah engkau berdua kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melampaui batas. Berkatalah kepadanya dengan perkataan yang lembut, agar supaya ia mau menerima peringatan atau takut (kepada Allah)” (Qs. Thaha/ 20: 43-44).

Lalu, seperti apa cara Firaun menguasai rakyatnya? Bagaimana pula sikapnya terhadap nabi Musa dan dakwah yang disampaikannya?

  1. Sewenang-wenang

Allah swt berfirman:

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ

“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi” (Qs. Al-qashash/ 28: 4).

Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, Firaun merasa bisa berbuat apa saja. Hal inilah yang membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Ia tidak membiarkan ada pendapat yang berseberangan dengannya. Ia paksa semua orang untuk tunduk tanpa reserve kepadanya, apapun yang menjadi keputusannya. Apa saja yang ia katakan dan ia informasikan harus diyakini sebagai kebenaran, dan selainnya adalah salah dan dusta.

  1. Memecah Belah

Allah swt berfirman:

وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا

“dan menjadikan penduduknya berpecah belah” (Qs. Al-qashash/ 28: 4).

Di masa penjajahan, Belanda menggunakan politik “devide et impera” untuk melanggengkan penjajahannya. Yaitu politik memecah belah dan mengadu domba. Sekian abad yang lalu, Firaun telah menggunakan cara ini. Ia setting masyarakatnya menjadi kelompok-kelompok kecil yang lemah dan saling berseteru satu sama lain, sehingga tidak sempat berpikir untuk mempersoalkan kezaliman Firaun.

  1. Menindas

Allah swt berfirman:

يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ

“dengan menindas segolongan dari mereka” (Qs. Al-qashash/ 28: 4).

Kita mengenal istilah politik belah bambu. Coba kita perhatikan ketika seseorang membelah bambu. Setelah bambu mulai terbelah, maka yang satu diinjak dengan kaki, dan yang satunya diangkat tinggi-tinggi. Cara ini telah digunakan oleh Firaun. Ada kelompok yang ia tindas, dan di pihak lain ada kelompok-kelompok yang ia istimewakan. Dengan begitu, maka kesenjangan antar kelompok akan semakin tajam sehingga menyulitkan mereka untuk bersatu menggalang kekuatan bersama.

  1. Membantai

Allah swt berfirman:

يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ

“menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka” (Qs. Al-qashash/ 28: 4).

Berdasarkan dekrit Firaun, setiap bayi laki-laki yang lahir dari kalangan bani Israil harus dibunuh. Ini merupakan upaya untuk melemahkan satu kelompok, agar generasinya mengalami kepunahan di kemudian hari. Maka terjadilah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap bayi-bayi yang tidak berdosa itu, didasarkan pada dekrit Firaun tersebut.

  1. Abai terhadap Legitimasi

Pengaruh dakwah yang disampaikan oleh nabi Musa as mulai mendapat respon positif dan dukungan dari masyarakat. Orang-orang yang beriman dari waktu ke waktu semakin bertambah. Nabi Musa menyampaikan argumentasi dakwahnya dengan ayat-ayat dalam kitab taurat yang diwahyukan Allah kepadanya, dan diperkuat dengan mukjizat yang bersifat empiris seperti tongkat yang berubah menjadi ular.

Firaun ingin menghentikan laju dakwah nabi Musa. Maka dikumpulkanlah para penyihir hebat dari berbagai penjuru negeri untuk berhadapan dengan nabi Musa as pada hari yang telah ditentukan dan disaksikan oleh massa. Tujuannya, agar orang-orang meninggalkan nabi Musa, kemudian mengikuti para penyihir setelah menang.

Ternyata, hasilnya di luar dugaan Firaun. Tali-tali dan tongkat yang dilemparkan para penyihir memeng sekonyong-konyong terhlihat menggeliat menjadi ular. Akan tetapi, semuanya habis ditelan oleh ular besar yang berasal dari tongkat nabi Musa. Seluruh penyihir pun bersujud kepada Allah dan beriman kepada ajaran nabi Musa. Akibatnya, mereka dibunuh oleh Firaun dengan cara tangan dan kaki dicincang secara silang. (Baca Qs. As-syu’ara/26: 38-51)

Ajaran nabi Musa as telah menang, dan kebenarannya telah mendapatkan legitimasi. Disaksikan sendiri oleh Firaun dan rakyatnya. Walau begitu, Firaun abai dan enggan mengakui. Tak peduli.

  1. Menumpas Berkedok Mandat

Alih-alih mengakui legitimasi dan kebenaran ajaran yang dibawa oleh bani Musa as, Firaun justru semakin kalap dan mencari-cari alasan pembenar untuk bisa menumpasnya. Selanjutnya, ia meminta mandat dari para loyalis. Mandat untuk apa? Mandat untuk menumpas nabi Musa.

Dalam Alquran disebutkan:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ

“Dan berkata Fir’aun: “Biarkanlah aku membunuh Musa, dan silakan ia memohon kepada Tuhannya” (Qs. Ghafir/ 40: 26).

“Biarkan aku membunuh Musa”, dengan kata lain “izinkan dan beri mandat aku untuk menumpas Musa”. Dalam konteks kekinian, bagi sebagian kalangan, mereka tidak mau mengakui hasil pemilihan yang fair dan legitimit sekalipun, apabila yang menang adalah kalangan yang ingin menyumbangkan nilai-nilai Islam yang adil dan penuh kasih sayang bagi semesta alam. Lalu mereka menggunakan segala cara dan beragam dalih untuk menumpasnya.

  1. Memberi Label “Teroris”

Firaun mencari alasan yang dipandangnya tepat untuk menumpas nabi Musa as. Nabi Musa harus diinformasikan kepada masyarakat sebagai penjahat. Sementara dirinya harus dikenal dan tampil sebagai orang bersih. Walaupun pada kenyataannya telah melakukan berbagai macam kejahatan, dan tangannya masih basah dengan lumuran darah.

Maka dibuatlah tuduhan, cap atau label. Label yang dipilih adalah “Musa itu perusak tatanan dan pembuat kekacauan”. Atau simpelnya, “teroris”. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, Firaun pun mengatakan:

إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ

“sesungguhnya aku khawatir dia (Musa as) akan mengganti agama (ideologi / tatanan) kalian, atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”. (Qs. Ghafir/ 40: 26).

Belajar dari kisah Alquran ini, mari kita jauhi cara politik Firaun, sebagai bekal kita untuk membangun Indonesia Raya yang sama-sama kita cintai, dan berperan aktif dalam perdamaian dunia (termasuk Mesir lho…!). Tidak ada tempat untuk Neo Firaun. Merdeka…! Allahu Akbar…!

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pengasuh Pesantren Nurul Ihsan, Cilacap (Menyiapkan dai hafizh dan mandiri). Alumni LIPIA S1 Syariah, 1991. Penulis buku "Diary Perjalanan Haji", "99 Cahaya Kebajikan".

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization