Topic
Home / Berita / Opini / Jawaban Sunyii Untuk Ulil Abshar

Jawaban Sunyii Untuk Ulil Abshar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ulil Abshar Abdalla, Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL), (skalanews.com)
Ulil Abshar Abdalla, Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL), (skalanews.com)

dakwatuna.com – Tuhan, izinkan hamba merendahkan diri di hadapan keagungan-Mu dengan menyebut nama yang paling Kau suka dan Kau firmankan dengan nyata, Allah. Kala Kau katakan bahwa sebaik baik dzikir asma-Mu adalah Tiada tuhan selain Allah. Dan hamba merasa kurang beradab di hadapan-Mu, tatkala menuliskan “-Mu” dengan hanya “mu” kecil sementara menulis nama manusia, kota dan negara saja hamba merasa tidak benar jika memakai huruf yang bukan kapital di awal nama itu. Hamba-Mu menyapa-Mu sebagai Tuhan Yang Maha Rahman, Mahaagung dan Mahasuci. Bukan layaknya sahabat. Sebab hamba terlalu tidak percaya untuk menyapa-Mu dengan sebutan lain selain nama-nama yang telah Kau sematkan pada diri-Mu.

Hamba tahu Kau tidak mengharapkan syukur kami sebagai hamba. Namun Kau perintahkan kami, hamba-hamba-Mu untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Kau berikan dan limpahkan pada hamba-Mu yang lemah dan tak berdaya ini.

Lafazh Jalalah adalah nama-Mu yang hamba heran dan bingung jika ada orang enggan menyebut-Mu dengan nama itu, dan membiarkan-Mu tanpa nama. Hamba merasa akan kesulitan untuk bertakbir tanpa asma-Mu, kerepotan bertasbih tanpa nama keagungan-Mu, demikian pula dengan tahmid dan tahlil untuk-Mu. Hamba heran wahai Tuhan semesta alam raya. Beri hidayah hamba dan orang yang enggan menyebut nama-Mu itu pada jalan yang lebih lurus.

Tatkala Engkau hanya ditulis dengan huruf E kecil sementara nama Roh Kudus saja ditulis dengan huruf awalan besar hamba merasa risih. Tidak enak terasa. -Mungkin ini perasaan hamba saja karena masih terlalu peka dengan keagungan-Mu. Ada sesuatu yang kurang pantas atau ada adab yang kurang terpenuhi.

Kau demikian baik wahai Tuhan semesta alam. Terima kasih hamba pada-Mu karena telah berikan Islam sebagai agama hamba. Islam tanpa embel-embel. Islam yang utuh. Islam tanpa liberal. Atau embel-embel lain yang menyempitkan kelapangan agama-Mu itu. Hamba bersyukur tidak diberi keberanian yang terlalu lancang untuk menyamakan agama-Mu dengan agama lain dengan menyatakan bahwa agama-agama itu hanya sekadar jalan berbeda menuju Tuhan. Pemaknaan yang bagi hamba seakan-akan terlalu jahiliyah. Sebab Nabi-Mu telah bersusah payah mengajak manusia untuk memeluk Islam, beliau telah berdakwah dengan lelehan air mata, dengan darah untuk mengajak manusia pada jalan yang kau ridhai itu. Hamba sangat merasa terlalu lancang jika Islam agama-Mu disamakan dengan Yahudi saat ini, Kristen saat ini atau Hindu dan Budha. Yang kemudian disebutkan sama-sama benar, sama-sama jalan menuju Tuhan. -Mungkin pernyataan jalan menuju Tuhan itu tidak terlalu salah. Tapi jaminan sampai dan tidak sampainya menuju Allah itu yang pasti berbeda.

Andai semua agama itu sama, dalam pikiran sederhana hamba, untuk apa Nabi menyeru raja-raja dunia untuk masuk Islam dan bahkan dengan susah payah dan membuat mereka murka. Pikiran sederhana hamba tidak menerima.

Syukur hamba pada-Mu ya Allah tatkala Kau beri kilatan cahaya kebenaran kepada hamba untuk senantiasa berpegang teguh pada Islam tanpa ragu dan bimbang. Karena hamba yakin akan jaminan Nabi-Mu bahwa Islamlah agama yang benar.

Hamba juga bersyukur karena Kau beri hamba pengertian bahwa manusia itu tidak mungkin disatukan dalam satu agama. Mereka memiliki pilihan dan konsekuensi dari pilihan yang dilakukan. Tatkala hamba memilih Islam sebagai agama yang benar tidak serta merta hamba menyatakan bahwa hamba adalah ahli surga-Mu yang paling pantas memasuki tempat keabadian itu. Tidak ya Allah. Terlalu congkak rasanya hamba untuk menyatakan itu. Tapi hamba yakin bahwa pilihan hamba adalah benar dan kebenaran itu biasanya mengantarkan ke hadirat-Mu. Sementara orang lain yang berbeda agama, hamba serahkan kepada-Mu saat pengadilan di hadirat-Mu. Hamba terlalu lancang untuk memasukkan mereka ke surga-Mu sebagaimana hamba juga tidak berani mengatakan mereka masuk neraka-Mu. Namun hamba tahu bahwa jalan yang hamba pilih adalah benar menurut hamba. Dan yang lain adalah salah sesuai dengan rambu-rambu yang Kau sampaikan melalui lisan dan aksi nabi-Mu.

Hamba bersyukur kepada-Mu, ya Allah. Karena hamba telah Kau kasih pemahaman yang cukup untuk hidup bersama dengan penganut agama-agama lain tanpa menafikan eksistensi mereka sebagai makhluk-Mu. Sebagai penganut agama tertentu. Kau telah larang kami untuk menyakiti mereka, dan Kau perintahkan kami untuk berbuat baik pada mereka.

Tapi hamba tidak akan pernah menyatakan bahwa agama mereka adalah benar menurut hamba. Sebab ini kontradiksi dengan pilihan kebenaran yang hamba pilih. Islam. Ini tak lebih dari kamulflase palsu. Tak lebih dari basa-basi.

Sebagaimana hamba tidak akan pernah melarang saudara-saudara sesama makhluk-Mu menyatakan bahwa agama yang dianutnya adalah agama terbenar menurut mereka. Satu hal yang Kau sangat larang itu.

Sesekali mungkin hamba akan diskusi terbuka dengan mereka kenapa hamba memilih Islam sebagai pilihan agama hamba. Dengan pemaparan yang rasional dan masuk akal. Sekadar menerangkan pada mereka tentang kebenaran Islam. Tanpa memaksa apalagi meneror. Atau membawa bom.

Hamba bersyukur ya Allah. Kau sadarkan bahwa jalan dakwah pada Islam itu memang banyak hambatan. Ya pada Islam, bukan Islam Liberal. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin. (samson/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Sekilas Tentang Maulid Nabi SAW

Figure
Organization