Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika Cermin Berdebu…

Ketika Cermin Berdebu…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Love, Cinta, Valentinedakwatuna.com – Ketika cermin berdebu, maka cermin itu tidak dapat menerima dan memantulkan cahaya yang datang padanya.

Ketika cermin berdebu, maka cermin itu tidak dapat memuaskan bagi orang yang bercermin padanya.

Ketika hati bagaikan cermin yang berdebu, maka hati itu sukar menerima pengajaran, nasihat dan hidayah pun tak mau dekat dengannya.

Ketika hati bagaikan cermin yang berdebu, maka hati itu tidak suka akan kebaikan.

Menurut Ibnul Qoyyim Al Jauzi, hati manusia digolongkan menjadi tiga yaitu hati yang sehat atau Qolbun Salim, hati yang sakit atau Qolbun Maridh dan hati yang mati atau Qolbun Mayyit.

Hati yang sehat itu hatinya orang yang beriman, hatinya hidup, bersih, penuh keta’atan, hati yang terang dengan cahaya Ilahi dan menjadi tempat bernaungnya nafsul muthma’innah (jiwa yang tenang).

Hati yang sakit itu hatinya orang Islam yang tahu kebenaran, namun berat melaksanakannya, hatinya banyak debu dan noda maksiat. Orang Islam yang mempunyai hati yang sakit biasa melakukan shalat, puasa dan kewajiban lainnya namun sayang sekali dia juga suka bermaksiat, suka menipu, pacaran, riya, korupsi, suka ke dukun dan sebagainya. Sehingga amalan baiknya pun akan terhapus oleh dosa-dosanya dan merugi.

Dari Abi Hurairah ra, Nabi Saw bersabda : “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?, mereka (sahabat) berkata : “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang” (kemudian) Rasulullah menjawab : “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala shalat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang dan mengambil harta benda orang (hak-hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzhalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzhalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzhalimi) itu habis, sedang hutang (kezhalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kejahatan-kejahatan dari mereka (yang terzhalimi) untuk diberikan kepadanya (yang menzhalimi), kemudian ia (yang menzhalimi) dilemparkan ke dalam neraka” (HR Muslim).

Sedangkan hati yang mati pemiliknya adalah orang kafir dan munafik. Tidak ada cahaya sedikitpun pada hati yang mati ini, hati yang benci akan keta’atan, dan pemiliknya selalu mengingkari fitrahnya dan memusuhi orang-orang yang beriman.

Rasulullah Saw pun bersabda, “Sesungguhnya dalam jasad manusia ada segumpal darah, kalau ia baik maka baiklah seluruh anggota tubuh, jika ia rusak maka rusaklah anggota tubuh yang lain. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika cerminnya hati manusia selalu dibersihkan dengan taubat, dikeringkan dengan amal ibadah dan diwangikan dengan dzikir sehingga hati yang bersih, kering dan wangi akan menebarkan akhlakul karimah, budi pekerti yang luhur yang selalu menebarkan kebaikan menembus lorong dan waktu.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Ujungpandang tahun 1984. Pekerjaan sekarang sebagai abdi masyarakat dan ibu rumah tangga dengan satu orang anak. Tinggal di Tapos Kota Depok.

Lihat Juga

Pemimpin adalah Cerminan Rakyat

Figure
Organization