Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Memilih Jalan Terbaik

Memilih Jalan Terbaik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: inet)
Ilustrasi. (Foto: inet)

dakwatuna.com – Perang Tabuk adalah salah satu perang terbesar yang pernah dihadapi oleh kaum muslimin di era kepemimpinan Rasulullah. Pada perang yang terjadi sekitar tahun 630 Masehi atau 9 Hijriyah itu, pasukan muslimin harus menghadapi cobaan yang sangat berat. Bagaimana tidak, lawan yang dihadapi oleh pasukan muslimin ketika itu adalah pasukan Kerajaan Romawi yang terkenal sangat kuat. Ketika itu, pasukan muslimin pun jauh kalah dalam segi jumlah dibandingkan pasukan romawi (70 ribu banding 100 ribu). Selain itu, pasukan muslimin harus menempuh perjalanan yang sangat panjang dan dalam kondisi kemarau untuk menempuh medan perang. Oleh karena itulah, dalam Perang Tabuk disebutkan banyak hikmah yang bisa diambil, salah satunya adalah Perang ini merupakan perang yang mampu membedakan mana kaum muslimin yang sesungguhnya dan kaum munafik.

Pada Perang Tabuk, Rasulullah menunjukkan sikap yang berbeda dibandingkan dengan perang lainnya. Sebelum berangkat, Rasulullah menjelaskan kondisi beratnya peperangan yang akan dihadapi kepada pasukan muslimin. Mungkin karena kondisi inilah sebagian orang-orang muslim dan orang-orang munafik memilih untuk tidak ikut peperangan dan tinggal di rumah masing-masing. Salah satu sahabat yang memilih untuk melakukan hal itu adalah Ka’ab bin Malik. Sejak masuk Islam, tercatat Ka’ab bin Malik tidak pernah sekalipun meninggalkan peperangan. Namun, hanya pada Perang Tabuk ini Ka’ab Bin Malik tidak mengikutinya dikarenakan pada masa itu Ka’ab sedang berada dalam kondisi yang kaya raya dan kenyamanan sehingga membuatnya menunda-nunda persiapan untuk keberangkatan sampai akhirnya Ka’ab tidak ikut berperang dan tetap menetap di Madinah. Karena perbuatannya itulah, selepas pasukan muslim kembali dalam peperangan, Allah memberikan ganjaran agar orang-orang tidak berbicara dan menjauhi Ka’ab Bin Malik sampai waktu yang ditentukan.

Berbeda dengan ka’ab bin Malik, sebagian orang mukmin masih tetap istiqamah untuk tetap mengikuti peperangan terlepas dari beratnya rintangan yang akan dihadapi. Beberapa sahabat juga menunjukkan kualitas ketaatan mereka kepada Allah dan Rasulullah dengan rela menginfaqkan harta berlebih dan jiwa mereka di Jalan Allah. Salah satunya adalah Utsman bin Affan yang ikhlas berinfaq sebesar seribu dinar untuk keperluan perang. Selain itu, ada juga kisah perjuangan seorang Abuzar Al-Ghifari yang bisa kita jadikan teladan. Abuzar Al-Ghifari merupakan salah satu orang yang pertama kali masuk islam yang kualitas imannya tidak perlu diragukan lagi. Ketika Perang Tabuk, Abuzar beberapa kali tertinggal dari barisan kaum muslimin karena menggunakan keledai yang lemah. Sampai akhirnya, Abuzar pun rela untuk berjalan kaki sendiri sambil memikul keledai dan barang bawaannya untuk menyusul pasukan muslimin yang lain walaupun kondisinya sangat panas. Selain itu, Abuzar juga rela tidak meminum persediaan airnya yang masih penuh lantaran merasa Rasulullah harus meminum air itu terlebih dahulu.

Dari sepenggal kisah Perang Tabuk di atas kita bisa belajar bahwasanya dalam kehidupan kita akan ada banyak permasalahan yang datang menghampiri kita dalam kondisi apa pun. Dan kita sebagai seorang manusia harus mampu memilih jalan atau tindakan apa yang akan kita ambil dalam setiap kondisi di kehidupan kita karena pada dasarnya hidup adalah masalah memilih. Sebagai seorang muslim, pilihan kita harus sesuai dengan syariat Allah sehingga Allah akan ridha dengan pilihan yang kita ambil. Walaupun terkadang kondisi kita sudah berada dalam zona nyaman, jangan sampai hal itu membuat kita tidak istiqomah untuk berada di jalanNya.

Sesuai dengan perkataan Imam Syafii:

“Jika kita sudah berada di Jalan Allah, maka berlari kencanglah
Jika itu sulit bagimu, maka berlarilah
Jika itupun sulit bagimu, maka berjalanlah
Jika itupun kamu tak sanggup, maka merangkaklah
Yang terpenting, janganlah kamu berhenti atau berbalik arah”

Semoga kita senantiasa dimudahkan untuk berjuang di Jalannya.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

mahasiswa yang berasal dari Surabaya, dan sedang berkuliah di ITB. Salah satu kegemarannya adalah menulis.

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-3: Persoalan Jamaah dan Komitmen (Iltizam))

Figure
Organization