Topic
Home / Berita / Silaturahim / Sekolahkan Anaknya Hingga S-3, Buruh Cuci: Tuhan Tidak Akan Memberikan Cobaan Melebihi Kemampuan Umatnya

Sekolahkan Anaknya Hingga S-3, Buruh Cuci: Tuhan Tidak Akan Memberikan Cobaan Melebihi Kemampuan Umatnya

Meski hanya seorang buruh cuci, Yuniati (49) mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang S-3 di Jepang. (kompas.com)
Meski hanya seorang buruh cuci, Yuniati (49) mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang S-3 di Jepang. (kompas.com)

dakwatuna.com – Jakarta.  Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya sukses dan memiliki masa depan yang lebih baik dari mereka sendiri. Dan bagi seorang ibu, tentu anak adalah segala-galanya. Apa pun dilakukan demi masa depan buah hati.

Ditengah kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Yuniati (49), warga Ketandan Kulon, Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta ini punya tekad yang kuat agar anak-anaknya bisa sekolah tinggi, bagaimanapun caranya.

Walapun hanya memiliki pekerjaan sebagai buruh cuci baju, perempuan kelahiran 6 Juni 1966 ini mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang S-3 di Universitas Hokaido, Jepang.

Yuniati rela bekerja siang dan malam demi menyekolahkan kedua orang buah hatinya,  Satya Candra Wibawa Sakti (29) dan Oktaviana Ratna Cahyani (27).

“Bagi saya, anak adalah segala-galanya. Jangan sampai mereka seperti saya. Karena itu, mereka harus sekolah tinggi bagaimana pun caranya,” ucap Yuniati saat ditemui di rumahnya, sebagaimana dilansir kompascom, Kamis (10/9/15).

Cukup rasanya ucapan ibu dua anak ini menggambarkan betapa gigih dan tawakalnya Yuliati berjuang demi menyekolahkan anak-anaknya.

Gusti ora bakal maringi cobaan ngluwihi kemampuan umatnya (Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya).”

Yuniati mengaku mulai bekerja sebagai buruh cuci pada tahun 1995. Pekerjaan itu dia lakoni setelah sang suami keluar dari tempat bekerja. Dari penghasilan sebagai buruh cuci dan menyetrika baju inilah Yuniati menyekolahkan kedua buah hatinya.

“Ya, dari hasil mencuci ini saya menyekolahkan kedua anak saya. Pagi, siang, malam, saya mencuci untuk anak,” tutur dia.

Wanita ini juga bertutur, bekerja siang dan malam mencuci baju tidak akan menjadi persoalan selama kedua buah hatinya bisa sekolah. Dia percaya, dengan pendidikan yang tinggi, seseorang dapat mengubah taraf hidupnya.

“Saya tidak ingin anak-anak saya hidup seperti ini. Saya ingin mereka bisa hidup enak,” kata dia.

Bila dihitung secara rasional, penghasilan menjadi buruh cuci yang hanya Rp 250.000 per bulan tak akan cukup untuk membiayai hidup mereka. Namun, Yuniati yakin, dengan kerja keras, segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya.

“Saya makan nasi sama daun pepaya enggak apa-apa, yang penting ada biaya untuk sekolah anak. Itu yang terpenting,” kata dia.

Usaha keras Yuniati memang tidak sia-sia, anak pertamanya, Satya Candra Wibawa Sakti bisa menempuh kuliah S-1 di jurusan Kimia Universitas Neger Yogyakarta (UNY), lalu melanjutkan S-2 di jurusan Kimia UGM pada tahun 2008, dan saat ini menempuh jenjang S-3 di Universitas Hokaido, Jepang.

“Sakti selalu dapat beasiswa. Di Jepang ini, dia juga dapat beasiswa dari Dikti,” tutur Yuniati bangga.

Sementara itu, anak kedua Yuniati, Oktaviana, telah lulus dari Akademi Perawat Bethesda. Saat ini, putri keduanya ini bekerja menjadi perawat di Rumah Sakit Harjo Lukito. “Alhamdulillah, lega. Anak kedua saya sudah lulus dan bekerja. Sakti sebentar lagi lulus dari sekolahnya di Jepang,” ucap dia sambil meneteskan air mata.  (sbb/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization