Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Kita Perlu Sense of Unity

Kita Perlu Sense of Unity

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) - Ilustrasi.  (kaskus.co.id)
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) – Ilustrasi. (kaskus.co.id)

dakwatuna.com – Rasulullah menjelaskan dalam hadits yang masyhur, “Muslim itu dengan muslim yang lain seperti satu tubuh, bila sakit suatu bagian maka bagian lainnya juga akan merasakan sakit itu.”

Kenapa itu bisa terjadi? Sense of Unity. Rasa persatuan. Yang namanya Muslim, tidaklah ia akan bersikap egoistis. Tetapi, kepeduliannya terhadap sesama tidak akan pernah pudar. Dijelaskan oleh Rasulullah pula, “Siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, tidaklah ia termasuk di antara mereka.”

Keuntungan besar yang bisa kita dapatkan dari persatuan tentu saja amat banyak. Seperti lidi, kalau hanya ada seutas lidi saja tidaklah sampah bisa disapunya. Tetapi, kalau ada seikat lidi, sampah mana yang tidak bisa disapunya? Kita bertambah kuat bila bersatu. Itu sudah menjadi hukum yang jamak kita pahami.

Saudaraku, ada dua pertanyaan yang bisa kita renungkan dalam hal ini, yaitu “Bagaimana menumbuhkan sense of unity?” dan “Bagaimana menjaga kekokohan persatuan kita?”

Untuk pertanyaan pertama, jawabannya adalah dengan mengubah mindset. Selama ini, orang-orang yang egois itu barang kali berpikir bahwa segala sesuatunya bisa dia lakukan. Kalaupun dia butuh bantuan orang lain, dia bisa membayar. Itu menyebabkannya menjadi tidak butuh orang lain, apalagi persatuan.

Nah, orang semacam ini semestinya berpikir; apa yang bisa dia lakukan dalam hidup ini kalau tidak dengan bantuan orang lain? Bisakah ia makan dengan menanam padi sendiri di sawah, lalu mengolah sendiri padi menjadi beras? Bagaimana pula dengan lauk-pauknya, bisakah ia sendiri yang menangkap ikan di laut, lalu mengolahnya sendiri? Lihatlah, untuk urusan makan saja tidaklah bisa kita andalkan diri kita sendiri.

Saya ‘kan bisa bayar? Mungkin itu yang akan dijadikan jawaban. Tapi, kalaupun kita bisa bayar, orang tetap punya pilihan untuk menjual atau tidak, bukan? Selain itu, kita pun tidak bisa mendapatkan uang sedikitpun kalau tidak ada orang lain. Kita mau kerja apa kalau orang lain sudah tidak mau menerima kita?

Pertanyaan kedua, bagaimana menjaga kekokohan persatuan kita?

Sungguh, agama Islam telah hadir dengan tuntunannya yang menyeluruh. Termasuk dalam hal persaudaraan dan persahabatan. Itulah yang mendasari saya menulis sebuah buku dengan judul CAHAYA UNTUK PERSAHABATAN, saya berharap dengan tersebarnya buku ini kita kembali mengingat sempurnanya Islam menuntun kita. Bila tuntunan dalam persahabatan ini kita amalkan dengan serius, terbentuklah persatuan yang kokoh. Dijamin. Contohnya sudah ada, yaitu generasi sahabat-sahabat Rasulullah saw yang mulia.

Saudaraku, mari bersungguh-sungguh dalam mewujudkan tekad kita membentuk persatuan dan kekohoan persaudaraan sesama Muslim, dimana pun berada. Semoga usaha dan tekad kita ini disertai oleh Allah dengan pertolongan-Nya. Aamiin.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan USU. Ketua �Al-Fatih Club�. Murid. Penulis. Beberapa karyanya yang sudah diterbitkan; Istimewa di Usia Muda, Beginilah sang Pemenang Meraih Sukses, Cahaya Untuk Persahabatan, dan lain-lain

Lihat Juga

Keberagaman untuk Bersatu

Figure
Organization