Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Guru Batas Negeri dari Tanah Pasundan (Bagian ke-5)

Guru Batas Negeri dari Tanah Pasundan (Bagian ke-5)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

Wisata Pendidikan ke Tempat yang Masih Alami

dakwatuna.com – Mengajar Penjaskes memang sangat menyenangkan, selain olahraga dan kesehatan saya pun harus mengajar tentang rekreasi. Dengan fasilitas olahraga yang kurang memadai di perbatasan, ternyata ada hal yang lebih di daerah perbatasan ini. Alam yang masih alami menjadi penarik hati saya untuk mengunjungi setiap wisata yang berada di daerah penempatan saya.

 

Sei Menggaris merupakan salah satu daerah di Nunukan yang masih tergolong ke dalam daerah terpencil. Di sini masih terdapat banyak hutan-hutan yang masih belum terjamah oleh warga. Salah satunya adalah air terjun Sei Menggaris, Air terjun yang sangat indah pemandangannya, tekstur aliran air yang berundak undak merupakan salah satu ciri dari air terjun kalimantan. Meskipun airnya berwarna kecoklatan, tetapi air ini merupakan air yang bersih. Entah dari mana warna kecoklatan tersebut. Menurut warga sekitar air tersebut sudah bereaksi dengan akar-akar daun yang berada di hutan.

Air terjun ini terletak di ujung blok 17 perkebunan sawit milik NJL (Nunukan Jaya Lestari). Oleh karena itu, warga lebih sering menamai air terjun ini, dengan air terjun blok 17. Jaraknya pun tidak cukup jauh dari tempat kami bersekolah. Apalagi dengan adanya bis sekolah dari perusahaan, memudahkan kami untuk menuju ke tempat air terjun tersebut. Pada pelajaran rekreasi kali ini, saya mengajak beberapa murid untuk menikmati alam Indonesia. Dengan penjelasan yang realistik dari apa yang dilihat anak menjadikan anak semakin berkembang pengetahuannya terhadap alam. Di sinipun selain rekreasi, kami belajar berenang sebagai sebuah mata pelajaran yang harus dipelajari. Sungguh belajar sambil berekreasi yang membuat anak senang dan lebih semangat lagi dalam belajar.

Tingkatkan Motivasi Melalui Latihan Baris-Berbaris

 

(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

Baris-berbaris merupakan suatu kegiatan yang setiap tahunnya pasti ada perlombaannya. Awalnya saya tidak pernah ditunjuk untuk melatih anak-anak baris-berbaris. Namun karena guru yang melatih sudah kewalahan terhadap tingkah anak-anak. Maka latihannya menyuruh saya yang melanjutkan. Satu bulan ke depan ada pertandingan Gerak Jalan Indah, Sejak itupula saya langsung mengajak anak-anak berlatih. Tim yang saya latih merupakan tim laki-laki yang keadaannya memang mengkhawatirkan pada saat itu. Kekompakan sama sekali tidak terlihat pada barisan mereka. Malahan tim perempuan lah yang terlihat kompak saat latihan.

Ejekan dari tim perempuan, guru-guru, serta kepala sekolah selalu tertuju kepada tim kami. “Sudah pak, tim laki-laki tidak akan menang. Itu sebagai pelengkap saja”sahut kepala sekolah. Hati saya memang tidak enak pada saat itu, saya benar-benar marah di dalam hati saya karena telah meremehkan tim kami. Sejak saat itu pula saya terus memberikan motivasi-motivasi supaya mereka tidak putus asa. Berbagai cemoohan pun sudah tak pernah kami hiraukan lagi. Yang terpenting kami sudah berusaha semaksimal mungkin.

Hari perlombaan pun tiba, jumlah kami yang hanya sedikit semakin memperburuk keadaan. Terlihat kurang percaya diri pada tim yang saya latih. Sebelum memulai perlombaan, saya mengajak tim saya untuk berdoa terlebih dahulu, dan memberikan sedikit wejangan untuk anak-anak, meskipun mereka sedikit bahkan terakhir latihan pun belum terlihat kekompakannya yang terpenting sudah berusaha, dan itu merupakan pemenang sebenarnya.

Lomba pun dimulai, saya kaget melihat keadaan tim saya. Mereka sangat serius dengan konsentrasi yang tinggi. Dari start perjalanan, sampai finish tidak ada satu orang pun yang main-main atau mengganggu teman-temannya yang lain. Mereka semua fokus. Dan pada akhirnya tim saya lah yang menjadi juara pertama se-kecamatan Sei Menggaris. Sungguh motivasi mereka sangat kuat, cemoohan, ejekan bukan dijadikan sebagai rasa pesimis mereka, tetapi hal tersebut mereka jadikan sebagai cambuk semangat dalam membuktikan prestasinya.

Menyambut Hari Kemerdekaan, 2.500 Bendera Merah Putih Dikibarkan di Perbatasan

(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

Ketika mendengar kata “Perbatasan”, mungkin pandangan sebagian banyak orang adalah lemahnya rasa nasionalisme yang mereka miliki. Sebagian orang tersebut mungkin berpikir bahwa masyarakat disana mempunyai rasa nasionalisme yang lemah terhadap negaranya sendiri dan malah mencintai negara sebelahnya. Ketika di seberang sana masyarakat melihat negara tetangganya yang ramai dengan hiruk pikuk, kebutuhan yang mudah didapat, sarana yang cukup lengkap hingga listrik yang setiap hari selalu menyala dan menerangi gelapnya ketika saat tiba waktu malam. Keadaan tersebut justru berbanding terbalik dengan dengan kondisi tempat tinggalnya yaitu Indonesia. Suasana yang sepi, kebutuhan yang serba terbatas, hingga listrik yang terkadang mati ketika saat malam menjadi keseharian yang mereka alami dan mereka rasakan.

Tetapi di balik cerita tersebut dan dengan kondisi seperti itu, jangan pernah berpikir bahwa rasa nasionalisme itu luntur atau bahkan hilang. Justru dengan kondisi seperti itulah yang malah membuat nasionalisme masyarakat dan anak-anak semakin tinggi.

Mungkin anak-anak di sana (di luar daerah perbatasan) menganggap nasionalisme itu hanya sebuah materi pelajaran yang harus diikuti dan dipelajari, yang hanya bisa diucapkan tanpa bisa memaknai nasionalisme tersebut. “Saya cinta indonesia” merupakan hal yang sering mereka ucapkan, tetapi mereka tidak tahu apa di balik ucapannya tersebut. Terutama bagaimana cara mengamalkan bahwa aku mencintai indonesia. Berbeda dengan anak-anak di perbatasan ini, mereka merasakan sendiri bagaimana perih dan susahnya menjalani kesehariannya di Indonesia. Rasa nasionalisme bukan mereka anggap sebagai mata pelajaran, tetapi rasa nasionalisme itu harus tertanam di dalam hati-hati mereka. Apabila rasa nasionalime anak-anak di perbatasan hanya sekedar dijadikan mata pelajaran, mungkin daerah tersebut tidak lagi bernama Indonesia.

Nasionalisme bukanlah sesuatu yang baku. Layaknya iman, rasa nasionalisme pun terkadang naik terkadang turun. Oleh karena itu untuk memupuk rasa nasionalisme anak-anak di perbatasan, seluruh stake holder yang ada di Kabupaten Nunukan dalam rangka menyambut hari kemerdekaan RI yang ke-70 pada tanggal 15 Agustus 2015 menggelar sebuah kegiatan yang dilakukan serentak di beberapa kecamatan. Kegiatan tersebut berupa kegiatan Jalan Santai yang diikuti oleh beberapa sekolah di setiap kecamatan.

Kecamatan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini antara lain Kecamatan Sei Menggaris, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Sebatik Tengah, Kecamatan Sebatik Utara, serta Kecamatan Sebatik Induk. Di Kecamatan Sei Menggaris, ada 4 sekolah yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, dengan jumlah peserta kegiatan sekitar 650 peserta yang terdiri dari Guru dan Murid dari tingkat TK sampai SMP. Di Kecamatan Sebatik Utara, ada 2 sekolah yang ikut berpartisipasi dengan peserta sekitar 150 orang yang terdiri dari guru dan murid. Di sebatik tengah, diikuti oleh 8 sekolah dengan jumlah peserta sekitar 600 peserta yang terdiri dari guru dan murid. Sedangkan di Sebatik induk hanya diikuti oleh satu sekolah yang berjumlah sekitar 100 peserta yang terdiri dari guru dan murid, sehingga total keseluruhan yang mengikuti kegiatan ini sekitar 1500 peserta. Setiap peserta diwajibkan untuk membawa minimal satu buah bendera. Sehingga di perbatasan ini berkibar 1500 bendera yang dibawa berkeliling di setiap daerah.

Hal unik lainnya, peserta diperkenankan mengenakan pakaian pahlawan atau profesi yang mereka sukai. Sehingga perlu perjuangan yang berat dalam mengikuti gerak jalan ini. Bahkan ada yang sengaja membawa cangkul dan penyemprot hama karena profesi yang mereka sukai adalah petani. Debu yang tebal di tengah perjalanan menjadi rintangan mereka, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat mereka dalam mencapai garis finish.

Mudah-mudahan dengan kegiatan sederhan seperti ini, rasa nasionalisme anak-anak bisa terus tertanam dan mempunyai visi memajukan negaranya di generasi yang akan mendatang.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Relawan Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (Penempatan Kab.Nunukan).

Lihat Juga

Lima Destinasi Wisata Terbaik di Xi’an, Populasi Muslim Terbesar di China

Figure
Organization