Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Guru Batas Negeri dari Tanah Pasundan (Bagian ke-4)

Guru Batas Negeri dari Tanah Pasundan (Bagian ke-4)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

Taekwondo Indonesia Sebagai Upaya Penyaluran Hobi Berkelahi

dakwatuna.com – Anak-anak tingkat Sekolah Dasar memang merupakan usia labil, dimana mereka tidak bisa mengontrol emosinya secara benar. Ketika mereka bercanda dengan temannya terkadang dianggap serius oleh teman yang lain. Hal itulah yang menjadikan sebuah akar permasalahan pertikaian di sekolah. Maka tak jarang, setiap hari pasti terdengar perkelahian di sekolah. Apalagi anak-anak di daerah perbatasan, yang setiap hari mereka selalu bergerak aktif ketika berangkat dari rumah ke sekolah, maka ketika belajar sifat aktif tersebut terbawa sampai ke kelas.

Di Perbatasan ini banyak anak-anak yang berasal dari keluarga yang ekstreem pergaulannya. Orang tua yang ditakuti semua warga menjadi salah satu kebanggan mereka. Maka ketika di sekolahpun dia tidak pernah takut terhadap gurunya. Meskipun melanggar peraturan sebanyak apapun, ia tidak akan pernah peduli dengannya.

Menyikapi permasalahan tersebut, saya mengadakan sebuah kegiatan dalam memfasilitasi sifat aktif mereka yang tidak pernah diam. Beladiri lah yang menjadi fokus saya. Berbekal sebagai seorang atlet beladiri taekwondo, saya memutuskan untuk menyalurkan hobi berkelahi mereka. Yang menjadi soroton utama dalam pelatihan taekwondo ini adalah oknum-oknum di setiap kelas yang dianggap selalu membuat onar dan tidak pernah menuruti apa yang diperintahkan guru. Anak-anak yang tidak pernah takut akan hukuman gurunya. Maka di luar jam pelajaran inilah saya akan mendidik dan membangun karakter mereka. Penampilan yang terlihat gagah memakai pakaian taekwondo, dengan sabuk merah ber-strip dua terikat di pinggang membuat peserta didik cukup segan terhadap saya. Apalagi ketika saya melakukan latihan tendangan cukup keras yang saya perlihatkan kepada mereka.

(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

Setiap hari selasa, selesai Shalat Ashar kami selalu berkumpul di depan kelas dan melakukan latihan di dalam kelas, Alat-alat latihan yang saya pinjam dari Pengurus Cabang Taekwondo Nunukan menjadi alat-alat yang mereka senangi. Karena mereka belum pernah mencoba bahkan melihat alat-alat seperti itu sebelumnya, target yang sering digunakan melatih tendangan itulah yang sering mereka gunakan, selain itu juga ada pengaman badan, pengaman kepala, serta peralatan pengamanan lainnya yang nantinya akan digunakan pada saat latihan sparing / Bertarung. Maka dengan seperti itu saja, mungkin peserta didik akan lebih menghormati gurunya. Ketika latihan juga tak lupa selalu saya sampaikan, bahwa beladiri itu digunakan untuk membela diri dan melindungi teman yang lemah, bukan digunakan untuk menganiaya temannya sendiri. Dengan wejangan seperti itu, beberapa kali latihan pun sudah terlihat perbedaannya. Sekarang ini, jarang saya mendengar ada yang berkelahi di kelas.

Pendidikan Seks Sebagai Upaya Penyelesaian Kasus Pergaulan Bebas

Perbatasan memang terkenal dengan lingkungannya yang ekstreem. Disini banyak sekali tempat-tempat yang memang berdampak negatif terhadap anak-anak. Tempat hiburan malam, sabung ayam, perjudian, bahkan blok-blok perkebunan sawit yang sering dijadikan tempat permaksiatan seakan kurang pengawasannya. Maka tidak heran, angka kriminalitas di kabupaten Nunukan ini tercatat cukup tinggi. Salah satunya adalah seks bebas.

Banyak sekali kasus pergaulan bebas di Nunukan ini, bahkan banyak pula perempuan-perempuan yang hamil di luar pernikahan. Beberapa di antara mereka adalah pelajar, dan yang lebih parah lagi terdapat pelajar Sekolah Dasar yang sudah hamil. Inilah yang menjadi sorotan utama saya. Dengan kondisi seperti yang telah dijelaskan, lantas apakah akar permasalahannya?

Menurut saya, dari beberapa reperensi pendapat warga sekitar. Faktor utamanya adalah kurangnya pengawasan dari orang tua serta tidak pahamnya anak-anak akan bahayanya seks/pergaulan bebas. Maka dari landasan itulah saya mengadakan beberap kegiatan di sekolah guna mengurangi seks tersebut. Parenting merupakan sebuah program yang saya lakukan. Parenting merupakan sebuah program kerjasama antara guru dengan orang tua murid dalam membentuk karakter seorang anak.

Di dalam buku yang berjudul Belajarlah Nunukan, permasalahan utama pendidikan di Kabupaten Nunukan adalah kurangnya peran orang tua terhadap pendidikan anaknya. Itu juga yang saya temui di sini. Orang tua hanya menyerahkan saja pendidikan anaknya kepada sekolah. Justru di rumah lah waktu yang paling banyak peserta didik dalam kesehariannya. Maka apabila pendidikan di rumah baik, insya Allah pendidikan anaknya ikut baik pula.

Selain itu juga, pemahaman kepada peserta didik harus dilakukan dan terus diingatkan dalam kesehariannya. Supaya mereka akan terus mengingat apa yang disampaikan oleh gurunya. Melalui pemutaran film Komal diharapkan peserta didik dapat mengambil hikmah dalam film tersebut akan bahayanya seks dan pergaulan bebas.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Relawan Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (Penempatan Kab.Nunukan).

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization