Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ridhamu untuk Kelangsungan Hidupku

Ridhamu untuk Kelangsungan Hidupku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

ibu-dan-anak-bermain-uangdakwatuna.com – Jangan menangis bu, ceritakan semua keluh kesahmu, keluarkanlah amarahmu, anakmu siap mendengarkan dan menerima semua makianmu jika itu mampu membantu meringankan sedikit beban di kepalamu.

Hari ini kulihat mendung singgah di wajah ibu, senyum penuh hangat yang ia berikan untuk menyambut kepulanganku kini terlihat biasa, dahinya berkerut dan rambutnya yang hitam kini mulai tampak putih. Meski senyum dan tawa terus ia perlihatkan namun guratan di wajah karena rasa lelah akan semua persoalan, kali ini tak mampu ia sembunyikan.

Ibu adalah malaikat yang dikirim tuhan untukku, ia segalanya. Sejak Ayah memilih pergi untuk meniggalkan rumah dan memilih hidup dengan pendamping barunya, ibu rela menggadaikan waktunya lebih banyak untuk menghidupi dan membiayai anak-anaknya. Tak ada sedikitpun rasa lelah yang ia tunjukan, meski terkadang cacian, makian, hingga sumpah serampah yang ia lontarkan kerap membuatku sakit dan membangkang. Ibu, andai kau tau betapa sedihnya hatiku ketika kau mengeluarkan amarahmu lengkap dengan doa-doa yang tidak seharusnya kau ucapkan untuk anakmu, namun aku tahu amarahmu adalah salah satu bukti betapa kau menyayangiku dan doa-doa menyeramkan itu tak pernah setulus hati kau ucapkan.

Maafkan aku bu, aku belum bisa membalas pengorbananmu untukku dan mungkin aku tidak akan mampu membalas semuanya. Ibu tak ada sedikitpun niat terbersit di hatiku untuk mengecewakan bahkan menyakitimu, hingga air mata yang sangat berharga itu mengalir di matamu karna kesalahanku. Maafkan aku, sungguh aku sangat menyesal telah membuatmu menangis.

Meski sikapku sering membuatmu geram, namun tak ada satu malam pun yang kau lewatkan untuk menyebut namaku di dalam doamu, bersamaan dengan ayat-ayat Alquran yang kau lantunkan kau selipkan pula doa dan harapan yang kau gantungkan untukku, agar kehidupan dan nasib baik berpihak kepadaku.

Ibu selalu memberikan yang terbaik untukku, meski begitu bukan berarti semua permintaanku ia turuti, tetapi ia mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan, tentang seperti apa seharusnya seorang anak peremuan bersikap, bagaimana cara memilih teman agar aku tidak salah pergaulan, hingga menjelaskan seperti apa kehidupan di dunia yang sebenarnya (dunia kerja).

Banyak yang ibu ceritakan kepadaku untuk bekalku nanti agar tidak terkejut dengan kehidupan yang keras, satu yang selalu ibu katakan dan akan terus aku ingat yaitu agar aku tidak mengecewakan orang lain dan mengerjakan semua urusanku dengan hati.

Hari ini baru aku tau isi hatimu yang sebenarnya bu, kekhawatiran yang selama ini kau rasakan, ketakutan akan kurangnya kasih sayang dari seorang ayah untukku. Tenang bunda walaupun ayah tiada di sisi kita tak perlu bersedih karena aku tetap bahagia dan bangga menjadi anakmu. Meski banyak derita dan persoalan yang menghampiri setelah kepergian ayah bersabarlah bunda, berdoa dan tabahlah karna bahagia pasti milik kita dan semua persoalan ini pasti akan berakhir.

Ibu, kuucapkan terima kasih atas semua kasih sayang yang kau berikan, atas semua waktu dan jerih payah yang terkuras untukku, ingin kusampaikan bahwa aku sangat menyayangimu, maafkan bila diri ini kerap membuatmu kesal dan maafkan bibir ini yang terkadang malu mengungkapkan rasa sayangku kepadamu. Terima kasih bu, bukan harta atau rumah yang kuingin darimu melainkan doa dan ridhamu untuk kelangsungan hidupku.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi jurusan Penerbitan Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta, menyukai hiking dan alam.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization