Topic
Home / Berita / Opini / 46 Tahun Tragedi Pembakaran Masjid Al-Aqsha

46 Tahun Tragedi Pembakaran Masjid Al-Aqsha

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Zionis Israel membakar masjid suci Al-Aqsha 46 tahun silam. (aspacpalestine.com)
Zionis Israel membakar masjid suci Al-Aqsha 46 tahun silam. (aspacpalestine.com)

“Hari terberat dalam pemerintahanku adalah hari pembakaran Masjid Al-Aqsha. Dini hari saat aksi pembakaran, aku merasa panik dan tidak bisa tidur (takut reaksi Umat Islam). Namun di pagi hari betapa aku merasa bahagia, karena saat ini kita sedang menghadapi Umat yang sedang lelap tertidur”. (Golda Meir; Perdana Menteri Israel ke-4).

Belum genap sebulan dari tragedi penyerbuan Masjid Al-Aqsha pada 26/7/2015 yang selanjutnya berlangsung selama kurang lebih dua pekan, tanggal 21/8/2015 adalah peringatan 46 tahun tragedi pembakaran masjid Al-Aqsha. Meski tragedi pembakaran tersebut telah berlangsung 46 tahun yang lalu, aksi-aksi yang dilakukan Zionis Israel untuk ‘membakar’ Al-Aqsha berlangsung hingga hari ini. Penistaan terhadap Masjid Al-Aqsha telah berlangsung selama 48 tahun sejak Zionis Israel berhasil menduduki Yerusalem dan Masjid Al-Aqsha pada Juni 1967.

Dini hari, 21/8/1969, seorang Yahudi ekterimis berkebangsaan Australia yang bernama Michael Dennis Rohan, melakukan pembakaran terhadap Masjid Al-Aqsha. Usai aksi tersebut, Israel menangkap pelaku dan menginformasikan bahwa yang bersangkutan sedang dalam kondisi gila, karena itu tidak layak untuk dijatuhi hukuman. Akhirnya, Dennis dibebaskan dan ‘diusir’ ke Australia. Maka, tersebar opini bahwa peristiwa yang terjadi merupakan aksi yang dilakukan seseorang yang sedang dalam kondisi sakit jiwa, dan tanpa keikutsertaan serta berdasarkan skenario Pemerintah Israel.

Betul demikian? Ungkapan Golda Meir di atas jelas menepis opini tersebut. Menurut para pakar infrastruktur, dari hasil pengamatan terhadap kerusakan dan peristiwa pembakaran, diungkap bahwa pelaku tidak hanya satu orang, namun sekelompok. Faktanya, tentara Israel melarang kunjungan kaum Muslimin dan kedatangan mobil pemadam untuk memadamkan api serta mencegah dampak dan kerusakan yang terjadi saat pembakaran. Sarana dan prasarana dibuat lumpuh seperti memutus saluran air ke wilayah Masjid, sehingga kerusakan semakin menjadi-jadi. (palqa.com).

Hangusnya mimbar Salahuddin yang bersejarah menjadi saksi penjajahan dan angkara murka Zionis Israel. Kobaran api melahap sepertiga lokasi Masjid Kibli, Masjid Umar, Masjid Zakariya, Maqam Arbain, tiga koridor Masjid, kubah kayu dan 48 unit jendela rusak parah. (palqa.com). Selanjutnya, kerusakan demi kerusakan, penistaan demi penistaan, terus berlangsung hingga hari ini. Maka, kisah tragedi pembakaran terhadap Masjid Al-Aqsha sebenarnya belum selesai.

Redaktur: Muh. Syarief

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Jakarta, Oktober 1982. S1 Al-Azhar Kairo Mesir tahun 2004, dan melanjutkan S2 di Om Durman University Sudan. Sekarang diamanahkan sebagai pengurus Lembaga Konsorsium Asia Pacific Community for Palestine (ASPAC For PALESTINE) membawahi bidang kajian.

Lihat Juga

Palestina Tolak Rekonsiliasi Tanpa Kemerdekaan

Figure
Organization