Topic
Home / Berita / Silaturahim / Jutaan Orang di Myanmar Masih Mengungsi Akibat Banjir

Jutaan Orang di Myanmar Masih Mengungsi Akibat Banjir

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Banjir di Myanmar telah menghancurkan lebih dari satu juta hektar lahan pertanian. (kai/sasa/kis/pkpu)
Banjir di Myanmar telah menghancurkan lebih dari satu juta hektar lahan pertanian. (kai/sasa/kis/pkpu)

dakwatuna.com – Myanmar.  Banjir musiman dan tanah longsor yang terjadi terus-menerus selama bulan Juli dan Agustus menyebabkan lebih dari 1,3 juta penduduk Myanmar dalam kondisi kritis. Selain itu, hampir 300.000 keluarga masih berada di pengungsian.

Berdasarkan laporan UN OCHA, Kantor PBB untuk koordinasi dan urusan Kemanusiaan di Myanmar per tanggal 14 Agustus 2015, sebanyak 161 lokasi telah dijangkau oleh Badan Penilaian Cepat Multi-sektoral (MIRA), dan 594 lokasi telah dijangkau oleh Badan Penilaian Kebutuhan Cepat di Ayeyarwady, Bago, Chin, Kachin, Magway, Rakhine, dan Sagaing.

WFP, Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan individu yang bekerja dalam penilaian kebutuhan ini juga mengatakan lebih dari 1 juta orang kini telah terdampak oleh banjir parah dan tanah longsor yang melanda 12 negara bagian dan wilayah di Myanmar yang meliputi Ayeyarwady, Bago, Chin, Kachin, Kayin, Mandalay, Magway, Mon,  Rakhine, Sagaing, Shan, dan Yangon.

Kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak adalah menyelamatkan nyawa di lokasi terdampak dengan penyediaan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, akses ke perawatan kesehatan dan sanitasi yang memadai, serta layanan perlindungan bagi kelompok yang paling rentan, termasuk perempuan, bayi, anak-anak, dan orang tua.

Setelah pemerintah mengumumkan membuka diri untuk bantuan internasional, maka pada tanggal  4 Agustus 2015, beberapa negara dan pemerintahan secara  bilateral memberikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar. Pemerintah, yang didukung oleh PBB, organisasi masyarakat sipil, LSM, sektor swasta, dan individu terus memimpin upaya tanggap darurat.

Sementara di Indonesia, sesuai hasil koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yangon dan mitra lokal di Myanmar, PKPU tengah mempersiapkan bantuan untuk wilayah dengan rasio terdampak yang paling tinggi. Bentuk bantuan akan berfokus pada aspek pemenuhan kebutuhan dasar dan layanan perlindungan khususnya pengungsi.

Menurut Dewan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMC), dampak daerah yang terkena banjir dan Topan Komen terletak pada mata pencaharian dan pasar, serta layanan perlindungan. Banjir telah menghancurkan lebih dari satu juta hektar lahan pertanian. Penilaian awal di Rakhine menunjukkan bahwa banjir dan air garam telah merusak panen padi. Kerusakan tanaman dan lahan secara signifikan akan merusak produksi pertanian, mempengaruhi pasar, dan selanjutnya memperburuk situasi keamanan pangan.

Selain bantuan ini, PKPU sejak tahun 2012 aktif menyalurkan bantuan untuk Pengungsi Rohingya di Negara Bagian Rakhine dan korban Topan Nargis di Myanmar. ‎(kai/sasa/kis/pkpu/sbb/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Misi PBB: Militer Myanmar Bakar Anak Rohingya Hidup-Hidup

Figure
Organization