Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Surat untuk Adik

Surat untuk Adik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)sur

dakwatuna.com – Dik, malam ini Mbak sedang asyik melihat foto kita sambil mengenang masa – masa yang sudah kita lalui. Masa – masa ingusan hingga kini, kadang kesombongan merajai diri kita, merasa sudah mampu, merasa sudah dewasa, padahal kita hanyalah setitik debu kecil di antara debu-debu besar lainnya.

Kalian akan hidup di masa orang-orang merasionalisasi sesuatu yang tidak benar, menjadikan dosa terlihat manis, membenarkan keburukan akhlak dengan kebaikan duniawi.

“Tidak apa apa menjadi orang yang menyakiti hati orang lain, asal belajar pintar, asal aktif di OSIS”

“Tidak apa apa menjadi si pencontek, asal bisa cari muka sama guru”

“Tidak apa apa menjadi si perokok dan aktivis pacaran yang penting berprestasi di mana-mana”

Dek, pertama kalian harus berpikir dengan baik dan benar, dengan landasan yang benar yaitu Alquran. Tiang Agama kita jangan dilepas. Agar Allah senantiasa memelihara kita, itu akan membantumu melewati jaman yang serba edan ini.

Dek, setiap manusia pasti memiliki sisi yang kurang baik, oleh karena itu kita harus senantiasa membenahi sisi tersebut, bukan malah membuat pembenaran.

“Mbak, meskipun aku ngerokok tapi kan aku anak yang rajin membantu mama di rumah, rajin sholat, rajin ngaji, dan pintar di kelas”

“Mbak, meskipun aku judes, tapi aku selalu dapat nilai terbaik di kelas”

Pembenaran seperti itu hanya akan menjadi kalimat hampa di telinga siapapun, dek.

Kalau kamu begitu rajin membantu di rumah, kenapa kamu gak rajin memperbaiki akhlakmu?

Kalau kamu rajin shalat dan ngaji bagaimana mungkin kedua hal tersebut tak mampu membantumu menjauhi rokok? Hal haram yang dibenci Allah?

Kalau kamu pintar di kelas, kenapa kamu gak cari informasi tentang dampak negatif menggunakan rokok dan mulai berlatih untuk berhenti?

Kalau kamu selalu dapat nilai terbaik di kelas, tapi suka menyakiti hati orang untuk apa? Kepintaranmu untuk apa?

Kemampuanmu yang dibarengi dengan akhlak tercela ini mencerminkan siapa kamu sebenarnya, kesombongan? Mungkin karena kamu merasa hebar jadi tak perlulah memperbaiki celah yang menurutmu kecil?

Padahal agama kita ini memiliki substansi yang saling melengkapi, hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Allah. Yang jika hubungan kita dengan Allah baik maka akan baik pula hubungan kita dengan manusia. Akhlaq itu berhubungan dengan manusia sedangkan tauhid itu berhubungan dengan Allah.

Sebab manusia yang memiliki hubungan yang baik dengan Allah akan merasakan ketentraman di hati, seakan bulan turun menerangi jalannya di tengah suramnya dunia.

Jadi jika terdapat masalah dengan akhlakmu, maka ada masalah dengan hubunganmu dengan tuhan. Jika terdapat masalah dengan akhlaqmu maka terdapat masalah dengan ibadahmu. Sholatmu, puasamu, ngajimu, dzikirmu, dan lain lain. Termasuk ibadah menuntut ilmu, bekerja, belajar, dan lain lain.

Agama ini mengajari kita untuk berpikiran panjang tentang kehidupan, bahwa hidup tidak hanya sebatas Dunia saja, tapi hingga akhirat, hingga kehidupan setelah kematian. Kita hidup untuk mendapat cinta dan rahmat Allah, hingga dengan kedua hal itu kita mencapatkan syurga.

Dan Agama kita memiliki satu role model sepanjang masa, yaitu Rasulullah SAW, dan tak pernah ada dalam kamus Rasulullah SAW membenarkan akhlak yang buruk, tak pernah ada dalam kamus Rasulullah SAW bekerja asal jadi, asal selesai, tak pernah ada dalam kamus Rasulullah SAW menyakiti hati orang lain.

Kita memang tidak bisa sesempurna Rasulullah SAW, tapi kita bisa berusaha untuk setidaknya menjadi umat yang dirindukan Baginda Rasulullah. Sudah pasti kita akan berbuat salah, dan kita memiliki pilihan untuk bersikap gentle dengan mengakui kesalahan dan mulai membenahinya. Atau bersikap pengecut dengan tidak mau mengakui kesalahan dan menyalahkan orang lain.

Adik adik tersayang, percayalah.. Dunia membutuhkan orang-orang gentle yang menjadi solusi dari permasalahan. Kita melaju bersama ya dik, saling mengingatkan, di manapun kamu berada di seluruh penjuru dunia.

Jakarta, Juli 2015

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Menulislah, maka kamu akan abadi.

Lihat Juga

Surat Terbuka untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump

Figure
Organization