Topic
Home / Berita / Nasional / Rupiah Terperosok, Indonesia Diambang Resesi

Rupiah Terperosok, Indonesia Diambang Resesi

(ilustrasi) Nilai tukar rupiah yang terus anjlok menjadi indikator ekonomi Indonesia diambang resesi.  (merdeka.com)
(ilustrasi) Nilai tukar rupiah yang terus anjlok menjadi indikator ekonomi Indonesia diambang resesi. (merdeka.com)

dakwatuna.com – Jakarta.  Nilai tukar rupiah yang pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) yang pada Rabu, 12 Agustus 2015 ini tercatat di posisi Rp 13.758,00 dinilai Gubernur BI Agus Martowardojo sudah mengalami pelemahan terlalu dalam (overshoot) sehingga telah berada jauh di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).

Nilai tukar rupiah yang terus merosot tersebut dinilai pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy sebagai indikator bahwa perekonomian Indonesia kini berada pada lampu kuning dan berada diambang resesi. Indikator lainnya adalah daya beli masyarakat yang semakin melemah dan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan hanya 4,2 persen pada kuartal II tahun 2015 ini.

“Menurut saya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah di ambang resesi, karena saat ini sudah lampu kuning. Itu lampu kuning resesi yang menjurus pelambatan total, meski tidak sampai pertumbuhan negatif tahun 1997 dan 1998,” ujar Noorsy seperti dikutip dari okezone.com beberapa waktu yang lalu.

Noorsy menjelaskan, keadaan tersebut bisa terjadi karena pemerintah tidak cukup optimal dalam menyerap pendapatan pajak, terus merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Menurut saya, resesi sudah di depan mata jika penerimaan pajak short fall dan belanja short age. Indikatornya, 1 dolar sama dengan Rp14.250,” kata Noorsy.

Posisi rawan perekonomian Indonesia disebabkan jalur keuangan dan jalur perdagangan bisa bersama-sama atau masing-masing sebagai penyebab krisis. “Krisis yang terjadi tahun 1997 dan 1998 disebabkan faktor keuangan yang bercampur dengan faktor politik. Sejak 2011, penurunan pertumbuhan perekonomian Indonesia disebabkan jalur perdagangan. Sedangkan keadaan yang terjadi saat ini (tahun 2015) bisa dipicu keduanya (keuangan dan perdagangan),” paparnya.

Menyikapi perkembangan tersebut, menurut Gubernur BI Agus Martowardojo, Bank Indonesia telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Bank Indonesia akan mengoptimalkan bauran kebijakan dan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas lainnya,” kata Agus dalam keterangan pers yang dikutip dari dreamco, Rabu (12/8/15).

Agus menilai, perkembangan rupiah dalam beberapa hari terakhir ini terutama disebabkan oleh perkembangan global. Ia menyebutkan, pasar masih bereaksi terhadap keputusan pemerintah Tiongkok yang melakukan depresiasi mata uang Yuan.

Langkah tersebut, lanjut Agus, dilakukan Pemerintah Tiongkok untuk mempertahankan kinerja ekspornya, yang menurun drastis sebesar 8,3% (yoy) pada Juli 2015, yang merupakan penurunan terbesar dalam 4 bulan terakhir. (sbb/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization