Topic
Home / Berita / Daerah / Penuturan Ratna Tentang Kematian Anaknya yang Diduga Mati karena Ikuti MOS

Penuturan Ratna Tentang Kematian Anaknya yang Diduga Mati karena Ikuti MOS

Ibu Evan Christoper, Ratna Dumiarti, memegang papan nama yang dibawa anaknya saat MOS di SMP Flora, Bekasi Utara. (kompas.com)
Ibu Evan Christoper, Ratna Dumiarti, memegang papan nama yang dibawa anaknya saat MOS di SMP Flora, Bekasi Utara. (kompas.com)

dakwatuna.com – Bekasi. Seorang siswa di SMP Flora, Pondok Ungu Permai, meninggal dunia setelah dua minggu mengalami sakit di kedua kakinya. Dia adalah Evan Christoper Situmorang (12), anak dari Ratna Dumiarti, warga Sektor 5 Pondok Ungu Permai, Bekasi.

Evan mengalami sakit di bagian kaki setelah berjalan sepanjang 4 kilometer (Km) atas perintah seniornya saat hari terakhir Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya.

“Tanggal 9 Juli itu kan terakhir MOS di SMP Flora. Dia cerita sama saya disuruh jalan kaki dari sekolahnya di Pondok Ungu Blok A ke Perumahan Puri. Lalu, dari sana jalan kaki lagi ke POM bensin Pondok Ungu dan jalan lagi ke sekolah. Itu rutenya memutar dan ada sekitar 4 Km,” kata Ratna, seperti yang dilansir metrotvnews.com, Sabtu (1/8).

Evan mengeluh sakit setelah melakukan jalan kaki tersebut. Ratna mengungkapkan, bahwa kegiatan jalan kaki itu merupakan bagian dari MOS dan merupakan kegiatan ‘Cinta Lingkungan’. Kaki Evan terasa sakit dan keram kebiru-biruan.

“Kaki Evan sakit, Bu,” tuturnya menirukan keluhan anaknya.

Ratna mengatakan, Evan masih tetap ingin masuk sekolah pada keesokan harinya. Bahkan, lanjut Ratna, Evan bercerita bahwa dia sempat bermain futsal di sekolah. Setelah itu, kondisi kakinya semakin bertambah parah. Ratna pun mencoba mengobati Evan dengan berbagai pengobatan. Dia mengajak Evan untuk pijat refleksi dan berobat ke puskesmas.

“Tapi, dia itu enggak pernah mengeluh, tetap sekolah,” ujar Ratna. Rasa sakit itu terus dialami Evan hingga dua minggu. Pengobatan yang dilakukan Evan hanya ala kadarnya.

Selasa (28/7/2015), masih kata Ratna, Evan jatuh di kamar mandi sekolah. Ratna menduga kaki anaknya kembali keram dan tak kuat berjalan hingga terjatuh.

“Setelah itu, saya ditelepon dari sekolah. Bilangnya anak saya kakinya keram, enggak bisa jalan, enggak bisa berdiri. Saya ini juga guru ya, saya langsung jemput anak saya di sekolah,” ujarnya.

Setelah peristiwa jatuh di kamar mandi, Evan tidak masuk sekolah. Ratna kembali mengajak anaknya berobat di puskesmas. Pada Kamis (30/7/2015) sore, tiba-tiba Evan kejang-kejang.

Ratna langsung panik melihat kondisi anaknya. Saat itu, ia mencari bantuan warga sekitar di lingkungan rumahnya yang sedang sepi.

“Kata dokter, ‘maaf Bu, anak Ibu sudah meninggal dalam perjalanan,'” ujarnya. Ratna pun mengaku seperti tidak percaya anaknya sudah meninggal dunia. Namun, suaminya menenangkannya.

“Tapi, suami saya bilang, ‘ya sudah ikhlaskan saja,'” pungkasnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bekasi akan mengecek sekolah SMP Flora terkait kasus kematian Evan. Komisioner Bidang Pengaduan dan Advokasi KPAI Kota Bekasi, Rury Arief Rianto, berencana menemui pihak sekolah untuk melakukan konfirmasi.

“Besok kami akan cek kebenarannya di sekolah,” kata Rury saat ditemui di rumah orangtua korban di Pondok Ungu Permai, Babelan, Bekasi, seperti yang dilansir Kompas.com, Ahad (2/8). (abr/dakwatuna)

Redaktur: Abdul Rohim

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang suami dan ayah

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization