Topic
Home / Narasi Islam / Life Skill / Tips Murajaah ala 10 Bintang Alquran

Tips Murajaah ala 10 Bintang Alquran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Seorang guru mengajari hafalan Al-Qur'an (ilustrasi/inet)
Seorang guru mengajari hafalan Al-Qur’an (ilustrasi/inet)

dakwatuna.com – “Kun bil Qur’aani Najman” Jadilah Bintang bersama Alquran. Begitulah motto hidup salah seorang putra dari pasangan Ustadz Mutamimul ‘Ula dan Ustadzah Wirianingsih, Saihul Basyir. Tak ayal jika akhirnya pemuda yang masih sangat belia ini mampu menorehkan banyak prestasi bersama Alquran. Ia berhasil menyelesaikan setoran hafalan Alquran di usia 12 tahun dan menjuarai berbagai Musabaqah Hifdzil Quran mulai dari tingkat nasional hingga internasional.

Dalam sebuah acara wisuda huffadz yang diselenggarakan oleh Markaz Tahfidz Utrujah, Ustadz Basyir, demikian ia dipanggil saat itu, berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalamannya yang ia dapat selama menghafal Alquran.

Dalam sesi yang dipandu oleh Ustadzah Sarmini, pimpinan Markaz Tahfidz Utrujah, Ustadz Basyir menjelaskan setidaknya ada 2 metode murajaah yang ia terapkan. Metode ini merupakan ide dan gagasannya pribadi yang lahir dari pengalaman yang telah ia jalani.

Pertama, metode jangka pendek. Yang dimaksud disini adalah metode murajaah untuk program harian. Ada 3 cara yang ia gunakan. Murajaah mandiri, setoran kepada musyrif (pembimbing) minimal 5 halaman dan setoran kepada teman minimal setengah juz. Untuk murajaah mandiri, ia memberikan contoh sebagai berikut. Jika seseorang memiliki hafalan mutqin 25 juz, maka sebaiknya ia menyelesaikan murajaah 25 juz itu dalam 1 pekan tanpa melihat. Dan 5 juz yang tersisa terus diulang dengan membacanya setiap hari. Demikian juga yang telah dilakukan oleh pemuda kelahiran 21 Januari 1996 itu.

Kedua, metode jangka panjang. Metode ini ia terapkan sebagai persiapan untuk lomba-lomba dan ujian hafalan dengan mengulang dan memperhatikan ayat-ayat musytabihat. Kemudian sesekali dilanjutkan dengan simulasi tes hafalan. Kedua metode ini ia jalani ketika ia mengenyam pendidikan di pesantren Darul Quran Mulia Bogor.

Sebelum memulai 2 metode tersebut, hafidz yang menyukai surah Yusuf, Al-Isra’ dan An-Nuur ini mengaku telah menjalani “1 juz 1 hari selama 1 bulan”. Ia melakukan ini setelah selesai menggenapkan hafalan 30 juz dan tengah menjalani proses murajaah pertama. Dalam 1 hari, ia membaca dengan tartil 1 juz yang sama hingga minimal 3 kali. Ia konsisten melakukan ini hingga menyelesaikan 30 juz dalam 30 hari.

Untuk saat ini, ia membiasakan diri untuk murajaah dengan menghafal 2 juz dalam 1 hari. Waktu yang ia pilih adalah ba’da Shubuh dan ba’da Maghrib. Ia berusaha komitmen dengan target harian yang telah ia canangkan. Bahkan ketika ia tidak mampu melakukan murajaah dalam 1 hari, maka ia akan menjadikannya sebagai hutang untuk hari selanjutnya. Dan begitu selanjutnya hingga target 2 juz per harinya terpenuhi.

“Bahkan, Umar bin Khattab saja menjadikan perjalanan dari Madinah ke Baitul Maqdis sebagai waktu untuk murajaah hafalan. Maka saya pun berusaha untuk melakukannya. Jika saya tidak menyelesaikan murajaah di 2 waktu utama tadi, maka saya akan murajaah di waktu-waktu selingan. Bisa jadi di atas motor, angkutan, ataupun sebelum tidur. Bagi saya, tidak ada alasan untuk tidak murajaah” Demikian ungkap mahasiswa LIPIA itu.

Selain itu, ia menganjurkan untuk mengikuti berbagai lomba tahfidz. Karena itu adalah salah satu sarana utama untuk murajaah hafalan. Berpasangan dengan teman pun cara lain yang bisa diandalkan.

Ketika ditanya tentang faktor yang menyebabkan ia terus bersemangat dan konsisten untuk terus menghafal Alquran. Ia menjawab, “Merasakan keagungan Alquran yang tidak lain adalah perkataan Allah merupakan kunci sukses saya bisa istiqomah menghafal. Selain itu, orang tua, saudara, teman dan lingkungan juga punya andil penting dalam hal ini.”

Ia mengaku telah merasakan berbagai kenikmatan selama menjalani rutinitasnya bersama Alquran. Dan hal itu juga yang membuatnya semakin tidak ingin meninggalkan kebersamaannya dengan Alquran.

Menghafal bagi orang dewasa

Menghafal 30 juz Alquran adalah impian bagi semua muslim. Bagaimana tidak ketika Allah menjanjikan mahkota kemuliaan bagi kedua orang tua para huffadz. Namun, menghafal Alquran sepenuhnya pun bukanlah wajib ‘ain, melainkan wajib kifayah. Maka janganlah kita terburu-buru untuk menyelesaikan hafalan. Apalagi bagi kita yang telah melampaui masa kanak-kanak. Menghafal Alquran di waktu dewasa memang tergolong mudah, karena kita bisa mengondisikan diri dengan baik. Namun, hafalan kita juga lebih mudah hilang saat itu. Oleh karena itu, Ustadz Basyir sangat menganjurkan kita untuk memperkuat hafalan yang sudah ada. Ketika kita sudah sepenuhnya hafal, baru kita beralih dan menambah hafalan baru.

“Lebih berguna hafalan yang sedikit tapi lengket, daripada hafal 30 juz tapi tidak ada yang lengket sama sekali.”

Menghafal dan murajaah bagi mereka yang sibuk

“Anda serius atau tidak menghafal Alquran?” Itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh Ustadz Basyir ketika membahas hal ini. Tidak banyak yang ia utarakan mengenai hal ini, karena menurutnya yang terpenting adalah komitmen kita untuk menghafal. Alquran tidak bisa diduakan. Kita harus meluangkan waktu untuk menghafalkannya. Membaca 1 juz Alquran dengan tartil kurang lebih hanya memakan waktu 40 – 60 menit. Waktu 1 jam tidak ada artinya dibanding dengan 24 jam yang kita miliki dalam 1 hari. Ketika kita memiliki niat dan azzam yang kuat, Insya Allah segala hambatan dapat teratasi dengan mudah.

Semoga bermanfaat!

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 2.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi LIPIA. Anggota Komunitas Islam Menulis.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization