Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Yang Datang Kader PDIP bukan kader PKS

Yang Datang Kader PDIP bukan kader PKS

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: itrademarket.com)
Ilustrasi. (itrademarket.com)

dakwatuna.com – Perjalanan yang harus ditempuh untuk bersilaturahim dengan teman lama sekitar setengah jam dan laju kecepatan motor di bawah 40/jam. Ini termasuk kecepatan rata-rata bagi wanita dan rendah bagi para laki-laki. Menyempatkan diri berkunjung mumpung masih di kampung sebelum balik ke kota yang penuh dengan individualisme. Cuaca pun mendukung perjalanan ini, yang biasanya jam 10.00 ini masih terasa dingin dengan kabut yang tak begitu tebal di Bukit Barisan yang mengelilingi kota sakti. Beginilah dinginnya daerah pegunungan tertinggi di Sumatera.

Tidak heran orang-orang tinggal daerah pegunungan kebanyakan berkulit bersih dan sering menggunakan baju tebal. Perjalanan yang dikelilingi pemandangan indah. Desa yang selalu menyuguhi keindahan menakjubkan. Pesona alamnya menggerakkan hati untuk dzikir, betapa dunia ini penuh keindahan yang perlu disyukuri dengan menjaga kelestariannya. Sayangnya, masih banyak manusia yang tidak mau merawatnya. Padahal bila alam sudah rusak yang dirugikan tetap manusia. Tanpa alam manusia mungkin sudah kelaparan, susah untuk bertahan hidup dan harus membeli oksigen. Pada akhirnya manusia menjadi tidak seimbang dalam kehidupan karena hampir seluruh kebutuhan manusia berasal dari alam.

Tak terasa keterpesonaan pada alam menyingkat waktu perjalanan. Meskipun sempat terkena macet, karena adanya pasar tumbah (pasar kaget). Silaturahim adalah ajang mengingat kembali kisah klasik masa lalu, apalagi yang dikunjungi adalah teman lama sudah jarang bertatap muka. Meskipun dalam connection (sosial media, BBM, WA) selalu berkomunikasi. Seolah-olah berkomunikasi melalui jaringan tidak seindah, seheboh, seromantis dan segila saat bertatap muka. Seperti dirasakan saat silaturahim dengan teman-teman lama dalam bingkai ukhuwah. Berbagai cerita diutas, dari basa-basi hingga garing. Terkadang tawa pun lepas tanpa sungkam, seolah-olah terdengar tawa orang banyak padahal hanya beberapa orang akhwat. Mumpung masih zona akhwat jadi tidak perlu menahan ketawa. Waktu pun tidak terasa sehingga suara azan Zhuhur berkumandang, makanan maupun minuman pun lahap tanpa terasa hingga tetes terakhir dan terkadang diselingi suasana sunyi untuk melanjutkan pembicaraan.

Kenapa silaturahim ini begitu garing? Di mana teman yang dikunjungi adalah teman yang sudah menikah tahun lalu. Semoga selalu dibumbui cinta, rindu, sayang dan dicurahkan rahmat dari Pemilik kehidupan. Kebetulan jodohnya orang yang dikenal. Ingin mendengar secara langsung bagaimana pertemuan laki-laki tersebut yang telah menjadi teman yang halal dalam suka dan duka. Insya Allah jika diberikan amanah oleh Allah untuk menjadi ibu dan siap melahirkan serta mendidik generasi penerus dakwah dengan cinta di bawah tuntunan Islam.

Uniknya dalam ngombrol tanpa kesudahan itu, akhirnya terlontar juga pertanyaan yang lumrah ditanya siapa pun. Kamu kenal di mana si abangnya? Dulu punya keinginan mendapat pasangan hidup dari kader PKS? Koq sekarang berbeda!!! Secara diplomatis, calon ibu muda menjawab bahwasa semua sudah diatur Allah dan akhirnya bertemu dengan abang ini. Jawaban diplomatis tersebut pada dasarnya sangat benar, tidak bisa dielak. Jika sudah jodoh datang, maka semua kriteria-kriteria yang diinginkan akan hilang begitu saja.

Tanpa sadar akhwat yang menemani bersilaturahim menyaut, “Lah kalau kader PKS tidak berani dan tidak pernah muncul” untuk mengajak serius, sedangkan secara gentelment ada kader PDIP datang mengutarakan niat baik, mau tidak mau harus diterima. Apalagi sudah sering ditanya lingkungan, orang tua dan usia sudah matang, maka seharusnya melangkah ke sana. Pernyataan tersebut memang benar.

Selama ini banyak akhwat ingin menikah dengan kader PKS, tapi kebanyakan kader PKS nyalinya masih ciut. Tidak diketahui di mana keberadaannya. Mungkin sedang mempersiapkan bekal untuk ke sana dan tidak tahu kalau akhwat PKS sudah dinikahi kader partai lain. Seperti kisah awal calon ibu muda ini, sudah mengutarakan pada mamanya ingin mendapat pasangan dari kader PKS. Orangtuanya menantangnya untuk membawa kader PKS ke rumah. Dikenalkan pada keluarga, ada yang datang tapi ketika bertamu ke rumah akhwat, dia diam seribu bahasa, akhirnya orangtuanya jadi negative thinking.

Suatu saat datanglah laki-laki bukan kader PKS dengan ramah, secara terus-menerus ngombrol (ambil hati orang tua tersebut), sehingga meluluhkan hati bunda akhwat dan orangtua akhwat secara langsung meminta pada kader partai lain untuk menikahi anaknya. Calon ibu muda tersebut masih sempat protes, menolak keinginan orangtua dan masih tetap ingin kader PKS.

Apa yang membuat dirimu menolak lamaran laki-laki ini. Padahal selama ini engkau mencari yang paham agama, pendidikan dan ini sudah ada di depan mata dari pada menunggu yang tidak jelas. Atau gara-gara dia bukan kader PKS? Bahkan selama ini sudah memberi waktu, sudah mengatakan pada murabbimu untuk membawa ikhwah PKS ke rumah dan para ustadzah hanya bertanya kapan. Tidak pernah memberi solusi. Itu pernyataan tegas orangtua akhwat tersebut. Mendengar penjelasan ibu muda yang sedang hamil 4 bulan tersebut, termenung sembari tersenyum-senyum. Penjelasan mamanya sudah benar dan sudah memberi waktu kepada kader PKS, tapi tak kunjung datang.

Ditinjau dari perspektif Islam bahwa orang-orang yang dilarang dinikahi sebenarnya tidak ada poin larangan menikah dengan kader yang berbeda partai selama masih satu aqidah, tidak satu persusuan, dan tidak mushaharah. Mari kita melihat laki-laki yang dilarang dinikahi antara lain

  1. Laki-laki yang haram dinikahi karena nasab (keluarga)

Laki-laki yang haram dinikahi dari nasab adalah yang disebutkan oleh Allah Taala dalam surat An-Nur 31:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka,…”.

Ayah (bapak-bapak), anak laki-laki, saudara laki-laki, baik sekandung, sebapak atau seibu saja, anak laki-laki saudara (keponakan) dan paman, baik dari bapak atau pun dari ibu.

  1. Laki-laki yang haram dinikahi karena persusuan. … Juga ibu-ibumu yang menyusui kamu serta saudara perempuan sepersusuan …” (An-Nisa’ : 23). Bapak persusuan (Suami ibu susu), Anak laki-laki dari ibu susu, Saudara laki-laki sepersusuan, baik kandung maupun sebapak, atau seibu dulu. Keponakan sepersusuan (anak saudara persusuan), bail persusuan laki-laki atau perempuan, juga keturunan mereka. Paman persusuan (Saudara laki-laki bapak atau ibu susu)
  2. Laki-laki yang haram dinikahi karena mushaharah. Siapakah laki-laki yang haram dinikahi wanita dari sebab mushaharah yaitu Suami, Anak Tiri (Anak Suami Dari Istri Lain), Ayah Mertua (Ayah Suami), Ayah Tiri (Suami Ibu Tapi Bukan Bapak Kandungnya), Menantu Laki-Laki (Suami putri kandung)
  3. Sebab diharamkan sementara di antaranya: (1) Laki-laki yang sedang ihram. tidak boleh bagi laki-laki yang sedang ihram untuk melakukan akad nikah dengan seorang wanita sedangkan dia masih berihram, (2) Laki-Laki kafir. Tidak halal laki-laki kafir menikahi wanita muslimah, dan (3) Haram bagi budak laki-laki untuk mengawini tuan perempuannya

Selama ini kenapa banyak akhwat PKS ingin dinikahi dari kader yang sama. Kemungkinan karena sama-sama dibina dalam lingkaran ukhuwah dalam rangka memahami pemahaman agama, merasa nyaman berinteraksi, pola pemikiran sudah hampir serupa, tujuan hidup ada kesamaan, banyak beranggapan kader PKS rata-rata humble, berpendidikan, sabar, tidak merokok, ingin mengikuti jejak teman-teman yang lain dan ingin memiliki imam yang paham dengan agama sehingga bisa menjadi panutan. Bukan berarti kader partai lain tidak seperti itu. Atau bisa jadi selama ini otak sudah di brainwash bahwa harus menikah satu pergerakan, bisa jadi bukan.

Bila memandang dari sisi positif, ada hikmah ketika kader PKS menikahi kader lain, yaitu dapat dijadikan lahan dakwah, mengajak untuk mengenal pergerakan dakwah PKS, dan menambah anggota baru PKS. Namun nyatanya ketika kader PKS menikah dengan pergerakan lainnya malah terwarnai bukan mewarnai. Misalnya jarang berkumpul lagi di lingkaran ukhuwah dengan alasan sibuk atau alasan lainnya, mulai copot kaos kaki dan lama-lama kerudung yang panjang tinggal seperempat. Bisa jadi itu alasan utama karena takut terwarnai. Padahal proses menjadi wanita berkerudung panjang tidaklah gampang perlu pertimbangan di sana-sini, apalagi sempat dapat tantangan dari orangtua maupun lingkungan dan untuk mendapat hidayah itu tidak semudah dikatakan.

Akhirnya saya menulis artikel ini. Tentu pembaca akan paham makna dari tulisan ini. Bukan maksud menyentil tetapi memberi kesadaran atau open your mind bagi ikhwah untuk berani bersilaturahim kepada orang tua akhwat. Ketika sudah bersilaturahim, ambil hati dan luluhkan hati kedua orang tuanya. Jangan diam seribu bahasa. Insya Allah hal itu akan mempermudah langkah mendapatkan putrinya. Rata-rata akhwat sangat tidak tega untuk membantah dan mau mengikuti keinginan orangtuanya terutama ibu. (sholiat/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization