Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Di Bawah Naungan Alquran

Di Bawah Naungan Alquran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
ilustrasi - (mediaislamia.com)
ilustrasi – (mediaislamia.com)

dakwatuna.com – Alquran sebagai kitab suci umat Islam memiliki arti yang penting dan mendalam bagi umatnya. Alquran tidak hanya sebatas berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi manusia secara keseluruhan. Dalam QS. Al Baqarah 185 dikemukakan,” Bulan Ramadhan di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas terhadap petunjuk itu dan sebagai pembeda …”,. Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa Alquran sebagai petunjuk dalam berbagai hal kehidupan manusia termasuk berkaitan dengan iptek. Banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang digeluti non muslim justru menjadikan Alquran sebagai sumber ilmu dan keterangan yang lengkap dalam memacu laju perkembangan iptek. Saat ini, di negara barat (Eropa dan Amerika) forum diskusi dan kajian Alquran sangat marak dilakukan sebagai sarana untuk mendapat keterangan Ilahiyah yang lengkap dan sempurna. Tak jarang di antara mereka yang justru mendapatkan hidayah dan kembali pada fitrah semula dengan memproklamirkan kembali keislaman mereka.

Hal ini hendaknya menjadi perhatian bagi kita untuk kembali mengevaluasi diri kita tentang sejauh mana peran dan pengaruh Alquran dalam kehidupan nyata. Apalagi tanggal 17 Ramadhan sudah menjelang, merupakan hari yang istimewa bagi umat Islam. Pasalnya pada hari itu diperingati sebagai hari turunnya Alquran yang lebih populer dikenal dengan Nuzul Alquran. Berbagai kegiatan dalam rangka peringatan hari ini dilaksanakan seperti MTQ, cerdas cermat dan ceramah agama berthemakan seputar Nuzul Quran. Kita berharap agar peringatan hari yang bersejarah ini tidak hanya sebatas seremonial belaka namun makna dan hikmah dari peringatan ini hendaknya membekas sampai ke dalam dada. Bagaimana hendaknya kita dapat merasakan keagungan dan kemuliaan Alquran sehingga dengan demikian hidup akan terasa indah dan nikmat. Hal ini akan terwujud apabila hidup kita selalu berinteraksi dengan Alquran dan merasakan keindahan hidup di bawah naungan Alquran.

Hidup dalam naungan Alquran berarti kita selalu berinteraksi dengan Alquran dalam setiap saat dan kesempatan. Hidup dan kehidupan kita berpedoman pada Alquran dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi dalam menghidupi diri. Kita tidak hanya sekadar mudah melapazkan kalimatnya namun jauh dari itu berusaha memahami dan mengamalkan ajaran Alquran dalam segala aspek kehidupan. Alquran kita jadikan sebagai petunjuk hidup dalam meraih keselamatan dunia dan akhirat.

Sayyid Qutb, seorang ulama kontemporer menyeru kepada kita untuk hidup di bawah naungan Alquran –sebagaimana ia telah hidup di dalamnya- untuk menemukan rahasia, tabiat dan kunci-kuncinya. Dalam bukunya Fi Zhilalil Quran dia mengemukakan, “Hidup di bawah naungan Alquran, bukan berarti mempelajari Alquran dan membacanya serta menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Namun yang dimaksud di sini adalah hidup di bawah naungan Alquran adalah di saat manusia berada di bawah naungannya, dalam berbagai suasana dan kondisi, dalam bergerak, saat lelah, saat bertarung, dan saat sedih serta saat bergembira dan senang. Seperti yang terjadi pada masa awal turunnya Alquran!

Berkaitan dengan hikmah dan nikmat hidup di bawah naungan Alquran, beliau mengemukakan. “ Inilah lingkungan Alquran yang mungkin manusia bisa hidup di dalamnya, merasakan kenikmatan hidup di dalamnya, karena dengan lingkungan demikianlah Alquran turun, sebagaimana dalam lingkungan begitu pula Alquran diamalkan. Bagi siapa yang tidak mau menjalani kehidupan seperti itu, maka dirinya akan jauh dan terkucil dari hidayah Alquran, walaupun mereka tenggelam dalam mempelajarinya, membacanya dan menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya”

Untuk dapat merasakan hidup di bawah naungan Alquran, maka kita harus berinteraksi selalu dengan Alquran. Bagaimana caranya?

Pertama, berinteraksi dengan selalu membaca Alquran. Membaca Alquran merupakan bentuk awal interaksi seseorang dengan Alquran. Dengan membaca Alquran kita akan dapat menemukan berbagai informasi penting yang berguna dalam kehidupan nyata. Sungguh membaca Alquran akan membuka jalinan komunikasi antara kita sebagai hamba dengan Allah sebagai Khalik yang telah menurunkan Alquran sebagai petunjuk pada jalan kebenaran. Agar membaca Alquran lebih bermakna maka kita harus dapat merasakan Alquran itu turun untuk diri kita sebagaimana para sahabat merasakan hal yang sama. Orang yang tertib dan kontinyu membaca Alquran akan memberi bekas yang mendalam pada jiwa dan menjadikannya terang benderang.

Kedua, berinteraksi dengan memahami Alquran. Kita tidak cukup hanya sekadar merutinkan membaca Alquran atau menyenandungkannya dengan suara yang merdu dengan irama yang menyentuh. Akan tetapi kita juga harus mampu untuk memahami ajaran yang terkandung di dalamnya. Menggali dan menelaah mutiara hikmah yang tiada tara dalam menuntun hidup untuk mengapai bahagia. Dalam memahami hikmah Alquran kita tentu perlu memiliki panduan yang jelas dan bimbingan yang intensif dari para ulama yang paham dengan ilmu tersebut. Dengan membaca berbagai karya ulama tafsir dan menghadiri majelis ta’lim maka diharapkan kepahaman kita terhadap Alquran semakin baik dan sempurna.

Ketiga, berinteraksi dengan mengamalkan Alquran. Tidaklah cukup bagi kita memiliki ilmu dan hikmah tentang Alquran saja. Namun mengamalkan ajaran Alquran sangat penting dalam merasakan hidup indah dan nikmat dalam naungan Alquran. Orang yang mampu menjadikan Alquran sebagai petunjuk dalam segala aspek kehidupannya maka dirinya akan tertuntun dan terarahkan dalam menapaki kehidupan yang penuh dengan tantangan. Makanya, perlu tekad yang kuat dan semangat yang membaja dalam mengaplikasi ajaran-ajaran Alquran dalam setiap sisi kehidupan kita. Orang yang hidup sesuai dengan Alquran maka akan memudahkan langkahnya menuju surga dan selamat dari marabahaya neraka yang apinya sangat membara.

Keempat, berinteraksi dengan mendakwahkan atau mengajarkan ajaran Alquran. Islam sebagai agama komunal, tidak hanya mementingkan keselamatan pribadi. Tetapi jauh dari itu di samping dirinya selamat, dia juga berusaha menyelamatkan orang lain. Di samping dirinya shaleh, dia bertanggung jawab juga menyolehkan orang lain. Makanya di sinilah peran kita untuk mendakwahkan dan menyampaikan ajaran Alquran pada umat agar mereka bisa tercerahkan dan terselamatkan dari tipu daya dunia. Dengan mendakwahkan Alquran maka diharapkan masyarakat akan hidup di bawah naungan Alquran.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN �Imam Bonjol� Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A�yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha � Baitul Ilmi�. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa� dan �Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat�. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga �Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa�. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A�yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi�ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.

Lihat Juga

Perlunya Belajar Tafsir Al-Qur’an Bagi Setiap Muslim

Figure
Organization