Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Wanita Ini Rela Pulang Pergi Bangkok Solo Bawa Air Susu Ibu Demi Kai

Wanita Ini Rela Pulang Pergi Bangkok Solo Bawa Air Susu Ibu Demi Kai

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Gunakan coolerbox ukuran kabin jika berniat on board, untuk menyimpan ASI dan blue ice. (Dokumentasi Indy)
Gunakan coolerbox ukuran kabin jika berniat on board, untuk menyimpan ASI dan blue ice.
(Dokumentasi Indy)

dakwatuna.com – Kalau dulu kita mengenal Risa Fajarwati yang membawa cooler box berisi ASI pulang pergi Jakarta-Wates selama lebih dari setahun di akhir pekan dengan menggunakan kereta api, sekarang kita wajib mengenal perempuan inspiratif satu lagi. Tidak lagi ratusan kilometer yang ditempuh melainkan ribuan kilometer dengan menggunakan moda transportasi udara melewati batas negara.

Wanita kelahiran Solo 27 tahun lalu ini bernama lengkap Nindya Nindita Sari, biasa dipanggil Indy. Ia adalah mahasiswa pascasarjana yang mendapatkan beasiswa dari Kasetsart University Bangkok, Thailand. Indy harus meninggalkan anak pertamanya di Solo karena usianya yang belum tiga bulan membuat sang anak tidak boleh terbang.

Jarak yang jauh tidak melemahkan keinginannya yang kuat untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemenuhan imunitas kepada Kai, panggilan Kaigiri Malik Lathiif. “ASI adalah makanan terbaik buat Kai,” kata Indy.

Kai merupakan buah pernikahannya dengan Isworo Pambudi yang sedang bekerja di Singapura. Sebulan sekali Indy terbang dari Bangkok menuju Solo dengan membawa cooler box berisi 45 liter ASI Perah (ASIP). Tentu banyak pengalaman yang ia dapatkan.

Indy pernah ditolak oleh maskapai penerbangan domestik untuk membawa peralatan ASIP ke kabin buat menyimpan ASIP selama penerbangan. Terpaksa Indy harus check in bagasi. Akhirnya cooler box pecah dan tak optimal menyimpan ASIP. Pihak maskapai meminta maaf dan berkenan memberikan ganti rugi.

“Menurut Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/43/III/2007 tentang Penanganan Liquid Aerosol Gel dalam Penerbangan, di Pasal 3 ayat 2 tertulis susu bayi dikecualikan dari pemenuhan persyaratan cairan, aerosol, dan gel yang dibawa ke kabin,” papar Indy. Jadi, boleh dibawa ke kabin, lanjutnya lagi.

Demi si buah hati mahasiswa Master of Food Sciensce and Technology ini juga rela membawa ASIP dari Bangkok pukul sembilan malam, lalu transit dan begadang semalaman di Bandara Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2) pada malam tahun baru 2015. Indy harus terbang ke Solo besok paginya dengan membawa ASIP seberat 20 kilogram.

Di KLIA 2 ia mendapatkan kemudahan dengan menitipkan cooler box-nya dalam pendingin milik sebuah restoran Indonesia. “Pokoknya jangan sungkan untuk menitipkan ASIP di freezer cafe, pesawat atau di mana pun,” katanya memberi tips.

Dengan membawa ASIP yang begitu banyak kadang ia terpaksa merelakan ASIP-nya masuk dalam bagasi dengan mendapat perlakuan khusus. ASI dan ice gel pack dimasukkan dalam kotak stryofoam. Kemudian kotak itu dimasukkan ke dalam tas ukuran paling besar. Setelah itu di sekeliling kotak diberi beberapa bantal busa sebagai perlindungan. Dengan pengaturan seperti itu, Indy merasa aman memasukkan ASIP-nya ke bagasi.

“Alhamdulillah semua ini juga didukung suami,” kata Indy. Tak sekadar memberikan semangat, suaminya yang berada jauh dari Indy juga ikut serta berlelah-lelah membawa ASIP.

Suatu saat, persediaan ASIP di Solo sedang kritis sekali dan akan habis pada hari Sabtu pagi. Suaminya sudah menjadwalkan pulang dari Singapura ke Solo untuk menengok anak. Kebetulan ada salah satu teman Indy mau pulang ke Yogyakarta. Indy meminta tolong untuk bisa menitipkan ASIP. Tapi secara mendadak teman Indy batal membawakan ASIP ke Indonesia karena takut nanti tidak boleh dibawa ke kabin.

“Akhirnya Kamis pagi suami saya harus merubah rute penerbangannya. Ia yang harusnya Jumat malam ke Jakarta dan Sabtu pagi ke Solo, terpaksa terbang ke Bangkok hanya untuk menjemput ASIP seberat 10 kilogram,” lanjutnya.

Gara-gara suaminya harus membawa ASIP ke Indonesia, kantor dan petugas Garuda Indonesia di Singapura sampai dimintakan bantuan untuk bisa meloloskan ASIP ini ke dalam kabin. Karena suaminya bersikeras tidak pernah akan melepaskan cooler box ini ke dalam bagasi. Sampai-sampai ketika malam hari dan suaminya sudah di Bangkok, petugas Garuda Indonesia menelpon suaminya untuk memastikan keberangkatannya besok hari. Dan nanti kalau sampai ada apa-apa di Changi, akan dibantu oleh petugas darat GIA.

Pada saat di Don Mueang, Bangkok, cooler box sempat dibuka oleh petugas bandara untuk meyakinkan mereka saja. Di Changi, Singapura, petugas hanya menanyakan apa isi cooler box. Dari sang petugas suaminya mendapat informasi bahwa ASIP-nya masih banyak yang beku. Sedangkan saat di Cengkareng, petugas hanya tersenyum dan tidak menanyakan apa-apa begitu mengetahui isi cooler box itu adalah ASIP. Akhirnya perjalanan ASIP selama 13 jam itu berakhir juga di Solo. “Alhamdulillah semua ASIP sampai dalam keadaan kondisi masih sangat bagus,” tutup Indy.

Kegigihannya membawa ASIP cerminan perjuangan seorang ibu. Indy punya pesan yang dibagi buat ibu-ibu, “As long as you can, please serve your gold liquid for your lovely one. It is the best investment for their health, no matter how hard you have been work. Today we have easily handy tools to serve it.”

Setelah beranjak besar dan cukup aman dalam penerbangan, Kai dibawa ke Bangkok. Kai sekarang sudah berada di pelukan ibunya untuk melanjutkan mendapatkan ASI Eksklusif genap dua tahun. Indy pun tak perlu lagi berlelah-lelah membawa cooler box yang berisi ASIP.

Indy memberikan cinta tanpa syaratnya buat Kai. Memberikan salah satu hak paling dasar buat anaknya sebagaimana Konvensi Hak Anak-anak PBB tanggal 20 November 1989: mendapatkan makanan yang adekuat dan perawatan kesehatan. Begitulah seharusnya menjadi orang tua. Mengutip Sutjiningsih, “Karena anak-anak kita adalah bagian dari generasi muda dan pewaris pelestarian cita-cita perjuangan bangsa di masa mendatang.” (Riza Almanfaluthi/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Pemerhati Dunia Islam.

Lihat Juga

Doa 1000 Santri TPQ untuk Rohingya

Figure
Organization