Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Guru yang Penuh Semangat

Guru yang Penuh Semangat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ydsf.org)
Ilustrasi. (ydsf.org)

dakwatuna.com – Lima purnama telah kulalui di daerah pengabdianku, Desa Bojongmanik Kec. Sindangresmi Kab. Pandeglang Banten. Terlalu banyak hal menarik yang tak mampu kutuangkan satu per satu. Aku mengajar di MI Muhammadiyah Bojongmanik, sekolah yang terletak di antara lingkungan yang mayoritasnya Muhammadiyah. Ada 7 orang guru yang mengajar di sekolah ini, 6 orang guru perempuan dan 1 orang guru laki-laki. Tapi ada satu orang guru yang membuat saya bangga, bangga dengan pengajaran yang ia berikan kepada siswa-siswanya. Namanya Ibu Kamila, itulah nama sapaannya di tengah para guru dan siswa. Guru yang bernama lengkap Siti Kamila ini adalah seorang guru yang mengajar di MI Muhammadiyah Bojongmanik setelah ia lulus SMA. Walaupun dia lulusan SMA tapi cara dia mengajar lebih baik dari lulusan sarjana pendidikan. Dia mulai resmi mengajar di MI Muhammadiyah Bojongmanik sejak 11 juli 2012 silam. Di dalam kelas ia sesekali menjelaskan materi pelajaran dengan bantuan alat peraga. Aku melihatnya di balik jendela luar ruang kelas. “Mantap ini guru!” pikirku. Ternyata pendidikan yang ia terima di sekolah langsung ia praktikkan untuk siswa-siswanya.

Dia mendedikasikan waktunya untuk siswa-siswanya, tidak jarang dia sangat disenangi oleh siswa-siswanya. Walaupun dia tergolong guru yang paling muda tapi mengalahkan semangat para guru-guru lain.

Suatu hari, dia mengajakku untuk latihan TAPAK SUCI bersama saat sore hari, “Bu, bade ngiring yu’ latihan tapak suci!”, Ajaknya. Saya hanya mengiyakan karena saya juga penasaran dengan latihan ini, karena memang sebelumnya saya belum pernah liat. Sikap welcomenya padaku, membuatku tidak merasa sendiri di tanah pengabdianku. Dia bersedia menjadi temanku, dan dia juga salah satu guru yang mudah saya ajak untuk mulai membenahi sekolah. Seorang guru yang asyik diajak untuk sharing. Terbukti saat saya mulai mendisplay kelas model saya dengan berbagai hiasan. Saya menaruh berbagai tanaman air yang digantungkan di setiap ruas-ruas kelas, kelas yang tadinya polos kini sudah meriah dengan tanaman-tanaman yang akan memberikan sirkulasi udara saat kepengatan menghampiri, memasang gantungan jendela yang kububuhi dengan kata-kata afirmasi yang akan memudahkan siswaku untuk membacanya saat gantungan ikan itu tertiup angin. Tak lama kemudian, dia juga ikut untuk mendisplay kelasnya dengan memasang asmaul husna yang di tulis di kertas origami di seluruh dinding atas kelasnya. Bangga melihatnya bisa memahami pentingnya mendisplay kelas.

Bulan kedua, saya memerintahkan siswa untuk membuka sepatu saat masuk ke dalam kelas hingga saya menetapkan aturan kelas dan papan motivasi untuk siswa. “Papan motivasi ini tujuannya apa Bu?!” Tanyanya. “Papan motivasi ini digunakan untuk memberi apresiasi kepada para siswa terhadap kemajuan yang berhasil mereka capai di dalam kelas, papan motivasi ini juga berfungsi sebagai bentuk hukuman kepada siswa yang melanggar aturan, dengan memberikan stiker-stiker kepada siswa mereka akan termotivasi untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.” Jelasku.

“Oh begitu yah bu?!” timpalnya.

Selang beberapa hari kemudian, diapun membuat aturan kelasnya. Sangat bangga dan terharu melihatnya, dia mampu belajar dengan cepat.

Suatu hari dia curhat kepadaku mengenai keinginannya untuk kuliah, tapi karena keterbatasan orang tuanya dalam hal ekonomi membuatnya mengurungkan niatnya untuk kuliah.

Dia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya masih menginjak usia sekolah dasar sekaligus diajar oleh kakaknya sendiri di kelas 4. Pekerjaan orang tuanya tidak tetap yang membuatnya sedikit berkecil hati karena tidak bisa kuliah.

“Kan banyak beasiswa neng kalau mau kuliah, neng bisa manfaatin hal tersebut!” Kataku sambil menyemangatinya. Dia hanya tersenyum kecil mendengar kata-kataku.

Suatu hari tiba masa akhir semester siswa-siswaku, mereka dipersiapkan untuk melakukan berbagai latihan yang akan ditampilkan saat perpisahan sekolah.

Dengan tangannya yang gesit dia menarik secarik kertas untuk menuliskan nama-nama siswa yang akan dipilih untuk latihan.

“Kita mau latihan apa aja ini?” Tanyaku.

“Banyak, anak-anak saat mau kenaikan latihan berbagai penampilan. Apa ibu punya usul?” Tanyanya balik.

“Gimana kalau kita menampilkan berbagai jenis tarian? Saya memiliki berbagai video yang mungkin saja bisa kita praktikkan.” Jawabku.

“Oh iya kalau gitu!” Timpalnya.

Keesokan harinya anak-anak setelah jam ke empat berakhir, anak-anak latihan di kantor sekolah mulai dari senam pinguin, qosidah, marawis, dll. Dia melatihnya dengan penuh semangat, saat pulang sekolahpun tak lama setelah beristirahat dia juga punya jadwal untuk mengajar mengaji anak-anak Madrasah Diniyah yang ada di kampungnya. Dan terkadang pula dia harus kembali ke sekolah untuk melatih anak-anak pramuka ataukah kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Semangat yang ia punya sungguh sangatlah tinggi, berada di tengah-tengah guru yang kurang aktif tidak membuatnya untuk turut melebur di dalamnya.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization