Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bunga Salju

Bunga Salju

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (netatama.net)
Ilustrasi. (netatama.net)

dakwatuna.com – Sepanjang malam terus terjaga.  Mata pun enggan terpejam dan terus menatap cahaya di langit-langit kamar. Alunan musik “Yuki no Hana” seolah-olah mengiringi deletan mata yang terus menerawang jauh.

Bunyi alarm menyadarkan lamunan. Pertanda waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

Namun bayangan Pohon Bunga Sakura yang diselimuti salju putih memanjang di langit-langit kamar. Menggubris niat untuk bangun dan lanjut menatap bunga sakura yang tetap indah meski bulir-bulir putih itu menimbunnya.

Pohon-pohon berbunga elok itu menghimpit jalan setapak tak berujung yang juga ditutupi oleh salju putih. Rasa penasaran menghantui jika tidak menelusuri dan menikmatinya. Kanan kiri dipenuhi dengan pesona pemandangan salju yang menggambarkan ketenangan.

Sungguh! Bunga salju turun. Terus menerus. Seperti berguguran dari atas langit. Mengubur tapak sepatu manusia yang telah menjamahnya. Membuat tempat tersebut asri kembali.

Wajah menengadah ke atas. Menatap langit yang tidak mendung namun bunga salju terus berguguran di langit. Bulir-bulirnya menerpa wajah. Kesejukannya memberikan ketenangan. Wangi musim dingin tercium harum seperti aroma terapi. Ingin rasanya berjalan terus selamanya.

Angin berderik menuntun daun dan bunga melambai, seolah lambaian perpisahan. Sejentik tersadar, butir-butir air mata pun mulai menetes satu persatu. Makin deras. Dan kini terus menerus.

Perlahan-lahan terlihat samar. Hingga kembali seperti semula, sebuah cahaya di langit-langit kamar.

Bunyi alarm berdering kembali. Membuatku benar-benar terbangun dari semua kesemuan yang baru saja melintas.  Tidak lama kemudian suara Adzan Subuh berkumandang.

Di dalam doa  tak sengaja terucap tekad untuk mencari kepastian di kemudian hari, bahwa tangisan itu bukanlah tangisan seseorang yang lemah  akan ketakutan sesuatu yang belum bisa diraihnya.

***

“Siapapun boleh bermimpi bukan? Siapapun tanpa terkecuali. Bermimpilah, karena dengan bermimpi, karena dengan cita-cita, karena dengan harapan, karena dengan sebuah asa manusia atau bahkan makhluk hidup akan hidup dengan sebuah senyum kebahagiaan atau bahkan tangis kepiluan demi menata hidup agar sesuai dengan apa yang selama ini diangankan. BUKAN karena mereka yang beruntung bisa dengan mudah mendapatkan semua yang mereka mimpikan, TAPI mereka yang telah bekerja keras sehingga semuanya terlihat mudah dan penuh keberuntungan. Pun tidak lepas dengan doa kepada Sang Pemurah Rezeki, yakni Allah SWT.“

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang perempuan yang sedang mengenyam pendidikan D3 di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) semester 4.

Lihat Juga

Tangan Ribamu Mengikis Keadilan dan Kesejahteraan

Figure
Organization