Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Maksiat Si Gemblong

Maksiat Si Gemblong

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Gemblong. Seperti itulah orang-orang memanggilnya. Dia adalah seorang karyawan di suatu perusahaan. Setiap hari dia bekerja dari pagi sampai siang hari. Dia termasuk orang yang rajin shalat. Tak pernah bolong untuk salat berjamaah di masjid. Sebab itulah orang-orang sangat menyeganinya. Hingga pada suatu ketika dia pergi ke tempat pelacuran dan minum-minuman keras. Dia setiap hari pergi ke tempat-tempat itu untuk suatu kebutuhan. Hal itu membuat orang marah dan meremehkannya.

Semenjak itu, tidak ada orang yang mau berinteraksi dengannya. Semua orang membencinya. Tetapi dia tetap melakukan itu hingga tiba akhir hayatnya. Tidak ada yang mau menjenguk dan melayatnya. Itu karena perilakunya dianggap tidak mencerminkan seorang Muslim.

Salah satu kyai terkenal di desa sebelah mendengar kabar itu dan langsung mendatangi rumah Gemblong. Dengan perasaan marah, Kyai itu nylonong masuk sambil marah-marah. Di sana sudah ada sang istri dan kedua anaknya yang duduk dan nangis di samping mayat Gemblong. Kyai langsung bertanya dengan nada tinggi “Kenapa dia seperti ini? Ini gara-gara tindakannya sendiri. Apa benar, suami kamu itu sering ke tempat pelacuran dan tempat penjual minum-minuman keras.” istri Gemblong memandangi Kyai. “Semua yang kyai katakan itu benar. Suami saya sering ke tempat pelacuran dan penjual minum-minuman keras. Tapi, tidak ada niat untuk berbuat buruk sama sekali. Suami saya selalu pergi ke tempat pelacuran untuk memberi uang kepada mereka agar tidak menjual dirinya segera pulang. Suami saya selalu pergi ke penjual minum-minuman keras untuk membeli semua minum-minuman keras. Kemudian suami saya pergi ke kamar mandi untuk membuang semua minum-minuman itu.” jelas istri Gemblong. Kyai langsung menangis, karena tidak menyangka apa yang dilakukan Gemblong. Saat itu pula Kyai menelpon orang-orang yang ada di pondoknya agar segera mengurusi jenazah Gemblong.

***

Mengklaim sesuatu yang belum jelas adalah tindakan yang sembrono. Ada orang ke pelacuran, belum tentu mau “jajan”. Siapa tahu mau berdakwah bil lisan. Ada orang yang rekreasi ke Bali, belum tentu ingin melihat orang yang telanjang. Siapa tahu ingin berkunjung ke tempat-tempat yang berpendidikan. Terlalu cepat mengklaim sesuatu yang belum jelas maksud dan tujuannya. Perlu dipikir ulang. Terkadang seseorang melakukan sesuatu yang seakan-akan buruk. Tetapi bisa jadi itu baik. Sok tahu menyebabkan kesalahpahaman. Kesalahapahaman berlanjut menjadi fanatik dan mengakar. Akhirnya timbullah kebencian.

Sering kali mainstream orang tua melihat remaja yang main HP itu untuk sekadar bermain HP. Padahal, untuk menulis. Sering kali orang awam menganggap anak yang ke Warnet itu melihat film porno. Padahal untuk melihat informasi-informasi terkini. Sering kali Bali itu dianggap isinya orang-orang telanjang. Padahal tidak semua begitu. Orang yang menganggap maksiat, porno, dan telanjang, sebenaranya pikirannya sendirilah yang porno dan telanjang. Internet memang ada pornonya, tapi tidak hanya porno. Bali itu memang ada orang telanjangnya, tapi juga yang lainnya.

Ada benarnya jika sesuatu yang kita lihat salah atau buruk itu memang salah dan buruk. Tetapi tidak sepenuhnya itu benar-benar sama dengan anggapan kita. Maka jangan mengklaim sesuatu dengan cepat dan tidak beralasan. Karena itu akhirnya menjadi fitnah, dan fitnah itu sangat dibenci Allah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Lenyapnya Keimanan

Figure
Organization