Topic
Home / Narasi Islam / Humaniora / Turut Membantu Ekonomi Keluarga, Bocah Kelas IV SD Berjualan Kue di Sekolah

Turut Membantu Ekonomi Keluarga, Bocah Kelas IV SD Berjualan Kue di Sekolah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Heriyanto)
Ilustrasi. (Heriyanto)

dakwatuna.com – Catatan pengabdianku di tanah badak, sering membuatku kagum pada kekuatan dan semangat anak-anak dalam menuntut ilmu, sebagian besar mereka yang bergelar murid harus berjalan kaki ke sekolah` dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh, belum lagi tuntutan ekonomi keluarga yang memaksa mereka harus berhenti di tengah jalan dan menerima takdir untuk menghirup udara segar pagi hari di tengah sawah dalam usianya yang masih muda, semua harapan yang telah dipupuknya sejak dulu harus sirna. Seiring berjalannya waktu, roda kehidupan terus berputar di atas kondisi ekonomi yang terus mencekik, hal ini menjadi ancaman bagi mereka, hidup dengan dua pilihan, memaksa diri untuk terus melanjutkan sekolah di atas desakan ekonomi keluarga atau berhenti di tengah jalan dan mengorban harapan yang sejak dulu dipupuk. mereka tidak ingin mengorbankan cita-cita hanya karena alasan ekonomi, sehingga berbagai cara yang dilakukan agar sekolahnya tetap bisa dilanjutkan.

Seperti nasib seorang siswi kelas IV ini, namanya Suntini, di sekolah teman-temannya sering memanggil dengan panggilan Tini, kedua orang tuanya masih hidup. Dia adalah anak pertama dari 2 bersaudara adiknya saat ini masih duduk di baNgku kelas 3, sehari-hari kedua orang tuanya bekerja sebagai petani ladang, musim kemarau seperti ini mereka tidak lagi bekerja karena tanah ladang mulai kering dan sudah tidak bisa ditanami apapun apalagi padi. Komplek tempat tinggalnya dikelilingi sawah dan pohon-pohon yang rindang dan hanya terdapat beberapa rumah saja, setiap hari Tini harus berjalan kaki dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh ke sekolah, namun jarak bukanlah alasan baginya untuk tidak masuk sekolah. Selain tini masih banyak lagi siswa-siswi lain yang nasibnya hampir sama dengan Tini bahkan rumahnya lebih jauh lagi. Namun keadaan ini tidak menyurutkan langkah Tini dan para siswa lainnya untuk memacuh langkah ke sekolah.

Di sisi lain para siswa ini termasuk tini harus menghadapi arus yang cukup keras, yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari keluarga maupun kondisi lingkungan tempat tinggal, namun yang sangat mempengaruhi kondisi pendidikan mereka adalah faktor ekonomi keluarga, seperti halnya yang dialami Tini, dia berasal dari keluarga yang kurang mampu namun dia punya tekad untuk tetap melanjutkan pendidikannya dengan cara apapun, hidup di tengah keterbatasan ekonomi keluarga tidak membuatnya menyerah, justru hal itu sebagai pemacu semangatnya untuk tetap belajar, walaupun terkadang urat malunya harus diputuskan untuk membantu keluarga dengan berjualan kue di sekolah, dengan statusnya kini sebagai pelajar dan penjual kue namun tidak pernah dianggapnya sebagai hal yang hina karena dia sadari kondisi ekonomi keluarga yang menuntunya melakukan itu. Dia menuturkan bahwa semua yang dilakukannya pantas selama itu halal, walaupun sebelumnya dia tidak pernah membayangkan akan melakoni profesi ini di samping tugasnya sebagai seorang pelajar, hal ini dilakukannya agar ia tetap dapat melanjutkan sekolah di tengah-tengah lemahnya kondisi ekonomi keluarga.

Desakan ekonomi mengharuskan Tini untuk turut membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, pekerjaan yang bisa dilakukan Tini adalah menjual kue di sekolah, sebelum masuk kelas ia biasanya duduk di depan kelas sambil memangku kue dagangannya, tidak jarang dia datang ke sekolah lebih awal, sisa waktu sebelum masuk kelas dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjajakan kue jualannya, namun jika jualannya masih tersisa terkadang dia kembali duduk pada jam istirahat di tempat yang sama sambil di kelilingi teman-teman sekelasnya. Bahkan di tengah-tengah kesibukannya menjalani Ujian kenaikan kelas (UKK) masih sempat untuk berjualan kue di sekolah, kadang dia sengaja datang lebih awal ke sekolah sebelum kegiatan UKK berlangsung, dengan harapan dia dapat menjajakan kuenya sebelum masuk kelas, ketika kegiatan UKK akan dimulai dia masuk kelas disertai kue jualannya di pinggang lalu diletakkan di samping ia duduk, ketika jam istirahat seperti biasanya ia kembali duduk di tempat yang sama untuk menawarkan kue-kue jualannya ke teman-temannya.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Relawan Pendidikan, Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (SGI-DD).

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization