Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Belajar Dari Penjual Koran

Belajar Dari Penjual Koran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: footage.shutterstock.com)
Ilustrasi. (Foto: footage.shutterstock.com)

dakwatuna.com – Jam bangun kita beda-beda, entahlah apa yang mempengaruhi hal tersebut, yang jelas banyak faktor yang mampu memberikan efek untuk bangun sesuai keinginan kita masing-masing. Anak-anak akan banngun ketika dibangunkan ayah atau ibunya. Remaja akan bangun ketika merasa harus bangun, atau menunggu ibunya memarahinya. Para pekerja akan bangun tepat dengan waktu yang digunakan sebelum berangkat kerja. Aktivitas kita juga bermacam-macam, misalnya dalam sebuah keluarga, ibu akan bangun paling awal untuk mempersiapkan kebutuhan keluarganya, paling spesial adalah anaknya, terlebih apabila ia masuk sekolah. Menyiapkan sarapan, baju, sepatu, gantiin baju, menyisir rambut dan lain-lain. Seorang ayah akan menyiapkan dirinya untuk menjemput rezeki untuk keluarganya. Dia harus bangun tepat waktu agar tidak terlambat, dia membagi waktunya berangkat kerja dan mengantarkan sekolah. Anak-anak akan meyiapkan diri untuk menuntut ilmu dan mendapat nilai bagus.

Saat di perempatan lampu merah, banyak sekali aktivitas yang terjadi di sana, entah ada yang naik motor, mobil, andong, sepeda, atau tak naik apapun. Mereka memiliki destinasi dari perjalanan yanng ia tempuh. Seorang penjual koran menawarkan korannya dengan menyebut semua jenis koran yang ia bawa “KR, jawa pos, tribun, harian joga, kompas, harjo”  dengan lantang sambil menunjukkan salah satu koran dan berjalan mengitari para pengguna jalan yang sedang menunggu lampu hijau. Apa tujuan dia menawarkan semua itu? Ada tujuan yang sangat mulia di balik penyebutan merk koran itu. Membantu kehidupan para wartawan yang beritanya dimuat, membantu penjual kertas untuk mencetak berita, membantu penjual tinta, membantu karyawan yang bekerja dipercetakan koran itu, membantu penjual pakaian, sembako, guru, dan para pembaca berita. Sungguh luar biasa kehidupan penjual koran itu, penjual pakaian akan diuntungkan ketika pegawai percetakan itu membeli pakaian dari gajinya, membantu penjual sembako mendapat keuntungan dengan para wartawan yang membeli sembakonya, para guru yang mampu memberikan ilmunya kepada anak-anak yang bekerja dipercetakan itu, atau mungkin anak penjual koran itu sendiri, dan para pembaca berita sangat diuntungkan, cukup memberikan uang Rp 1500 ia mampu mengetahui apa yang terjadi di suatu daerah tanpa harus datang langsung ke lokasi.

Tak malukah kita dengan penjual koran itu? Sudahkah kita bermanfaat untuk orang lain? Sudahkah kita membahagiakan orang-orang sekitar kita? Sudahkah kita memiliki rasa cinta seperti penjual koran itu yang mampu memberikan perubahan terhadap bangsa dengan mengaktifkan fungsi guru? Jika penjual koran itu memiliki kontribusi yang sangat luar biasa, meski kita tak pernah tahu apakah ia bisa membaca atau tidak, ia mampu mengubah segala hal menjadi baik, sedangkan kita? Sudahkah mampu memberikan perubahan yang lebih baik? Padahal kita bisa membaca meski jarang membaca. Memiliki penghasilan yanng lebih darinya meski jarang membeli korannya. Memiliki jenjang pendidikan yang tinggi meski tak jarang dari kita tidak pernah mengasah ilmu yang telah didapat. Semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang di sekitar kita.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Bekerja di STIKes Surya Global Yogyakarta

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization