Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Masih “Ceker Ayam”

Masih “Ceker Ayam”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Perjuangan siswa SD menuju sekolah - (kompas.com)
Perjuangan siswa SD menuju sekolah – (kompas.com)

dakwatuna.com – SDN 12 Kuala Mandor B. Sekolah ini berada di daerah Kalimantan Barat Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Mandor B Desa Kubu Padi. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang dikategorikan sebagai sekolah yang tertinggal. Perjalanan dari Kota Pontianak menuju sekolah ini harus melaui jalur air sungai Kapuas selama 5-6 jam lamanya, adapun jalur darat bisa ditempuh 3 sampai 4 jam jika cucaca panas, kalau hujan sudah dipastikan tak ada yang berani melalui jalur darat dikarenakan kondisi jalan yang sangat hancur.

Setiap pagi para siswa dan siswi SDN 12 Kuala Mandor sampai disekolah pukul setengah 7 pagi. Ada yang berjalan kaki berkilo kilo meter, ada juga yang naik sepedah, ada yang menggunakan sampan kecil dan mengayuhnya hingga 20 sampai 30 menit lamanya, juga ada yang berjalan kaki berkilo-kilo meter dan harus menaiki sampan untuk sampai kesekolah. Tak ada kata “Lelah” bagi mereka.

Perbedaan suku di Kecamatan Kuala Mandor B khususnya Desa Kubu Padi ini sangat beragam, mulai dari Suku Dayak, Madura, Melayu juga Bugis. Warga hidup saling berdampingan, termasuk anak-anak di Desa ini yang bersekolah disekolah yang sama. Di bulan pertama saya masih proses penyesuaian diri dengan para siswa dan siswi di SDN 12 Kuala Mandor B, sambil terus saya mengamati tingkah laku mereka agar saya bisa tahu hal-hal apa saja yang harus saya lakukan di sekolah tersebut.

Dari hasil pengamatan selama satu bulan penuh, membandingkan antara kondisi hujan dan panas. Ternyata bersekolah tanpa alas kaki sudah menjadi kebiasaan siswa dan siswi di sekolah ini. Kondisi tanah Kalimantan memang kurang baik apalagi jika sudah mulai musim hujan. Tetapi bagi saya itu bukan alasan untuk para siswa dan siswi untuk tidak menggunakan sepatu. Menggunakan sepatu adalah salah satu kewajiban warga sekolah. Peraturan menggunakan seragam yang lengkap dan rapih sudah ada dalam peraturan sekolah hanya saja aplikasinya saja kurang ditekankan sehingga bersekolah tanpa sepatu menjadi kebiasaan yang kurang baik bagi para siswa dan siswi di sekolah tersebut.

Di bulan kedua saya mulai memberi arahan mengenai berseragam yang lengkap juga rapih ke sekolah, karena mengubah pembiasaan itu tidak mudah dan melalui proses yang cukup lama. Tentu hal ini tidak mudah diwujudkan tetapi konsistensi para guru lah yang akan mampu mewujudkan kebiasaan-kebiasaan baik ini muncul. Meski sulit, namun sebagian besar siswa dan siswi sudah menunjukkan perubahannya pada bulan ketiga.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Guru Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan 7.

Lihat Juga

Redam Kenaikan Daging Ayam, DPR Desak Pemerintah Efisienkan Rantai Distribusi

Figure
Organization