Topic
Home / Berita / Opini / Catatan Gerakan Sedekah Nasional: Yusuf Mansur Bertemu Puspo Wardoyo

Catatan Gerakan Sedekah Nasional: Yusuf Mansur Bertemu Puspo Wardoyo

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Pertemuan Ust. Yusuf Mansur dengan Pak Puspo Wardoyo di Jakarta (darso)
Pertemuan Ust. Yusuf Mansur dengan Pak Puspo Wardoyo di Jakarta (darso)

dakwatuna.com  Pernyataan pengusaha Ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo di dakwatuna.com beberapa waktu lalu atas canangan Gerakan Hari Sedekah Nasional dari Ust. Yusuf Mansur yang memunculkan pro dan kontra, kemudian disusul acara sarasehan dan pertemuan Puspo Wardoyo dengan beberapa ulama, akhirnya bermuara pada pertemuan Puspo Wardoyo dengan Ust. Yusuf Mansur. Pertemuan yang berlangsung atas permintaan Ust. Yusuf Mansur itu dimediasi oleh dakwatuna.com dan Ust. Fauzan Al-Anshari.

Seperti yang saya tulis sebelumnya, Puspo Wardoyo setelah hasil wawancara dengan Puspo Wardoyo dimuat di dakwatuna.com mengenai pandangannya terhadap Gerakan Sedekah Nasional yang dicanangkan Yusuf Mansur, pengusaha nasional itu melakukan serangkaian pertemuan dengan beberapa ulama, di antaranya KH. Mahrus Amin, Habib Rizieq, Ustad Arifin Ilham dan ulama lainnya.

Sebelumnya, Puspo Wardoyo juga mengikuti dialog dengan beberapa pihak, seperti Aksi Cepat Tanggap, Dompet Dhuafa, Tim Pengacara Muslim dan beberapa perwakilan situs berita Islam dalam sebuah sarasehan yang digelar dakwatuna.com di Tebet, Jakarta. Puspo Wardoyo juga diundang oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) DKI Jakarta untuk menyampaikan pandangannya seputar konsep dan aplikasi sedekah Yusuf Mansur.

Bisa jadi, Yusuf Mansur mengetahui semua kegiatan Puspo Wardoyo yang disebut tadi. Sehingga akhirnya dia mau meminta maaf kepada Puspo Wardoyo sekaligus meminta bertemu sebagai langkah untuk tabayyun. Permintaan ini disampaikan Yusuf Mansr langsung kepada Puspo Wardoyo. Kepada penulis juga Yusuf Mansur meminta agar membantu mempertemukannya dengan Puspo Wardoyo.

Bertemu dengan Puspo Wardoyo ini begitu penting bagi Yusuf Mansur sehingga dia merasa perlu meminta bantuan kepada Ustad Yazid di Yogyakarta. Ustad Yazid adalah rekan patungan bisnis Puspo Wardoyo yang juga pelopor Masjid Moderen Jogokaryan, Jogjakarta yang terkenal dengan Angkringan Jogokaryan itu.

Yusuf Mansur berjanji kepada Ustad Yazid, jika bisa mempertemukannya dengan Puspo Wardoyo, maka dia akan membantu pengembangan Angkringan Jogokaryan ke seluruh Indonesia yang pada saat ini baru ada delapan cabang seluruh Indonesia. Begitu pula dengan Ustad Fauzan Al Anshari, Yusuf Mansur berjanji akan membantu pondoknya dengan memberikan modal untuk pengembangan rumah makan yang dikelolanya sebagai investor di Wong Solo Group, jika bisa mempertemukan dirinya dengan Puspo Wardoyo.

Akhirnya, Puspo Wardoyo mau menerima permintaan Yusuf Mansur itu, sehingga pertemuan itu pun berlangsung pada Jumat (29/5) di Kokas (Kota Kasablanka), Jakarta pada sebuah rumah makan di bawah apartemen Cadagrande Puspo Wardoyo.

Pagi harinya sebelum menemui Yusuf Mansur, Puspo Wardoyo bertemu Ustad Arifin Ilham dan KH. Tengku Zulkarnain di Kampung Az-Zikra, Sentul-Bogor. Ustad Arifin Ilham meminta agar Puspo Wardoyo mau menerima Yusuf Mansur sekaligus memberikan maaf kepadanya.

Dalam pertemuan di rumahnya di Sentul itu ini, Ustad Arifin Ilham juga bercerita tentang upayanya menolong Yusuf Mansur ketika dia tertimpa musibah. Musibah yang dimaksud itu adalah ketika Yusuf Mansur akan diproses polisi karena masalah pidana penipuan kepada peserta sedekah yang dilakukannya. Ustad Arifin Ilham membantu memediasi sehingga masalah pengaduan ke polisi itu diselesaikan secara kekeluargaan.

Menurut Ustad Arifin Ilham, dia pernah sampaikan saran kepada Yusuf Mansur untuk menjual salah satu satu asset dia di Sentul berupa tanah selus lima hektar. Tanah seluas itu sudah diminati orang dengan harga Rp.360 milyar. Dengan uang sebesar itu, Yusuf Mansur bisa menggembalikan kaim masyarakat atas kerugian yang mereka alami.

Selain Puspo Wardoyo dan Yusuf Mansur sendiri, turut hadir dalam pertemuan itu Pemred dakwatuna.com, Samin Barkah, Ustad Fauzan Al-Anshari dari Pesaantren Ansharut Tauhid, Ciamis, dan penulis sendiri, serta istri Yusuf Mansur. Pertemuan yang berlangsung penuh keakraban itu berlangsung dari pukul 15.00 hingga jelang Maghrib.

Yusuf Mansur membuka dialog dengan meminta maaf terlebih dahulu kepada Puspo Wardoyo atas kekecewaan pengusaha nasional itu dalam sebuah kerjasama yang pernah mereka bangun dahulu. Yusuf Mansur akui bahwa dia telah mengingkari janji dengan Puspo Wardoyo pada masalah kerjasama promosi dan dakwah.

Kerjasama itu menyangkut sebuah mobil yang dipinjamkan Puspo Wardoyo kepada Yusuf Mansur yang kemudian tidak dikembalikannya selama 10 tahun. Selama itu pula Yusuf Mansur tidak pernah memberikan laporan penggunaan mobil sesuai kesepakatan kerjasama.

“Saya sudah tahu apa kesalahan saya kepada Pak Puspo dan saya meminta maaf atas semua itu”, ungkap Yusuf Mansur sambil menceritakan kembali bentuk kesalahannya.

Pada bagian lain Yusuf Mansur juga menyampaikan otokritiknya, bahwa ada akhlak yang salah dalam dirinya, yakni soal kerjasama. “Awal kemunculan saya di televisi adalah atas jasa Pak Puspo. Beliau telah mensponsori saya tampil di TVRI yang kemudian membuat saya terkenal,” akui Yusuf Mansur. Sedangkan bagi Puspo Wardoyo, kerugiannya selama 10 tahun dan upayanya membuat Yusuf Mansur terkenal adalah konsekwensi yang lain.

Kesalahan Yusuf Mansur sesungguhnya bagi Puspo Wardoyo adalah lebih pada akhlak seorang ustad yang tidak baik serta tentang konsep dan aplikasi sedekah yang didakwakannya. “Masyarakat banyak yang merasa dirugikan dalam berkejasama bisnis dengan antum. Begitu juga dengan ajakan bersedekah, berinfak, wakaf dan aplikasi sedekah yang sesat, yang antum tujukan kepada mereka,” tegas Puspo Wardoyo.

“Kepada umatlah antum harus segera mengembalikan uang dan harta benda mereka. Antum juga harus meminta maaf kepada masyarakat luas yang sudah mempercayai testimoni fiktif yang menyesakan dari antum itu. Antum harus mengganti semua testemoni yang fiktif dan menggantinya dengan kisah yang benar dan nyata. Antum tidak boleh lagi melakukan cara-cara pengumpulan dana seperti yang selama ini dilakukan, seperti menggelar sorban dalam ceramah dan tabligh, menebar stiker, menyebar pamflet, poster dan sarana iklan outdoor maupun indoor lainnya,” demikian Puspo Wardoyo.

Kepada Yusuf Mansur, Puspo Wardoyo meminta agar dia segera mengaudit semua dana sedekah yang masuk, mengumumkan di media massa dan sosial media. “Sehingga masyarakat bisa tau, berapa dana sedekah yang terkumpul dan dipakai untuk apa saja,” begitu saran Puspo Wardoyo.

Puspo Wardoyo selanjutnya menekankan pada bisnis-bisnis yang dibangun Yusuf Mansur yang kemudian bermasalah karena berhubungan dengan pengumpulan dana dari masyarakat. “Cara-cara membangun usaha dengan mengumpulkan uang masyarakat itu tidak benar, kecuali kalau yang dibolehkan undang-undang. Tapi selama ini, buktinya MLM Miracle dan investasi yang antum dirikan ternyata bermasalah dan illegal. Akibatnya banyak masyarakat yang menjadi korban bisnis illegal antum,” begitu Puspo Wardoyo tegas.

Oleh karena itu, Puspo Wardoyo meminta agar Yusuf Mansur jangan lagi membuat bisnis baru sebelum bisnis-bisnis yang gagal itu, dengan ribuan bahkan jutaan korban itu, diselesaikan hak-haknya atau dikembalikan uang mereka.

Puspo Wardoyo lebih lanjut mengatakan, “Jika semua itu bisa antum lakukan, maka saya tidak akan melanjutkan pengaduan penipuan mobil itu ke polisi.”

Puspo Wardoyo juga menjelaskan tentang latar belakang dia mengeluarkan komentar kepada penulis yang kemudian dimuat di dakwatuna.com mengenai gerakan Yusuf Mansur mencanangkan Hari Gerakan Sedekah Nasional.

Yusuf Mansur kemudian berjanji untuk tidak mengulang lagi apa-apa yang disarankan Puspo Wardoyo dan mengakui bahwa banyak hikmah yang dia petik dari opini yang berkembang di dakwatuna.com menyangkut dirinya.

Selain masalah di atas, Puspo Wardoyo juga mengklarfikasi tentang adanya pesan suara WhatsApp dari Yusuf Mansur kepada Pemred Dakwatuna, Samin Barkah. Dalam pesan itu Yusuf Mansur berkata, bahwa Puspo Wardoyo pernah menyuruhnya berpoligami.

“Justru yang benar itu kan antum yang meminta saya untuk mencarikan istri lagi tapi tapi dilakukan secara diam-diam.” tukas Puspo Wardoyo.

Mendengar pernyataan itu, Yusuf Mansur tertawa namun sepertinya merasa malu sehingga dia langsung memegang dan mencium tangan Puspo Wardoyo sambil memberi isyarat agar pembicaraan rencana berpoligami ini jangan diteruskan. Menyaksikan kenyaatan itu, istri Yusuf Mansur yang duduk di sampingnya langsung meninggalkan meja pertemuan tanpa pamit.

Menurut Yusuf Mansur, setelah opini tentangnya dimuat dakwatuna.com, dia membuat daftar nama orang-orang yang harus dia silaturahimi, yang selama ini terlupakan akibat kesibukannya. Dia mulai dari anggota keluarga terdekat, kemudian mulai merajut kembali silaturahim.

Yusuf Mansur dengan mata berkaca dan penuh penyesalan. “Saya akan mendatangi para ulama dan ustadz saya untuk meminta nasihat,” begitu janji Yusuf Mansur.

Pertemuan yang diakui baik oleh Puspo Wardoyo dan Yusuf Mansur sebagai tabayyun itu diakhiri dengan saling memberi nasihat, antara Puspo Wardoyo, Samin Barkah dan Ustad Fauzan Al-Anshari. Di pertemuan tersebut Yusuf Mansur berjanji akan membenahi konsep dan aplikasi dakwah sedekahnya, sehingga sesuai dengan nilai Islam dan regulasi yang berlaku di Indonesia.

Khusus kepada penulis, Yusuf Mansur meminta bantuan agar mulai saat ini, mau mencari dan menemukan orang-orang yang sekiranya merasa kecewa atau tidak puas dengan segala program yang dia lakukan, mulai dari program sedekah, program kerjasama bisnis hingga program-program invetasi. Yusuf Mansur berjanji akan mengembalikan uang, barang maupun asset yang diberikan kepadanya, baik ada bukti penyerahan ataupun tidak. “Ini boleh dibilang amanah dari ana untuk antum, jadi tolong ana dibantu dengan baik,” demikian kata Yusuf Mansur, sambil menjabat tangan penulis. Tampak mata Yusuf Mansur sedikit berkaca.

“Saya merasa bahagia dan lega bisa bertemu Pak Puspo dan Dakwatuna sebagai media di sini. Saya berharap ke depan kita saling mengingatkan sehingga kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi,” pinta Yusuf Mansur sebelum meminta izin untuk kembali ke pesantrennya. (darso/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Lahir di Papela, Kec. Rote Timur, Kab. Rote Ndao. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan Bahagia, Bekasi. Pernah di redaksi Majalah Warnasari (Pos Kota Group) dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization