Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / 7M Setelah Ramadhan

7M Setelah Ramadhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (mezoomar.deviantart.com)
Ilustrasi. (mezoomar.deviantart.com)

dakwatuna.com – Bulan penuh ampunan sebentar lagi meninggalkan kita; bulan penuh rahmat sebentar lagi pergi; bulan penuh barakah sebentar lagi habis. Apakah kita termasuk orang yang sukses atau merugi. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan emas ini. Tidak semua yang mendapat kesempatan mampu memanfaatkan dengan baik. Tidak semua yang mampu memanfaatkan dengan baik tetap bisa istiqamah baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan. Berikut ini ada beberapa poin yang perlu diperhatikan agar kita di bulan Ramadhan bisa tetap istiqamah dan konsisten dalam beribadah:

  1. Mengevaluasi Amal

Amalan yang baik adalah amalan yang bisa dievaluasi dan terukur. Tiadak akan bisa terukur kalau sebelumnya tidak direncanakan dengan baik. Bagi kita yang sebentar lagi akan ditinggal Ramadhan perlu kiranya mengevaluasi diri. Evaluasi ini sangat penting mengingat manusia tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan dievaluasi agar kita bisa menjadi yang terbaik sebagaimana yang difirmankan Allah: Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapakah diantara kalian yang paling baik amalnya (Qs. Al-Mulk: 2). Supaya amalan kita kedepan bisa lebih baik, evaluasi terhadap amalan-amalan yang telah dilakukan merupakan sebuah keniscayaan.

  1. Memperbarui Niat

Tajdîdun al-niyyah (memperbarui niat) juga tidak kalah pentingnya. Dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan rintangan dan halangan, terkadang ada saat dimana manusia dihadapkan pada titik nadir kejemuan dan kemalasan yang membuatnya rawan tergelincir pada kesalahan-kesalahan. Supaya manusia bisa kembali pada tujuan semula, maka niat perlu diperbarui. Kalau kita mengalami futur di luar bulan Ramadhan, memperbarui niat adalah solusinya. Memperbarui dalam artian mengembalikan niat pada niat posisi awalnya. Ini persis seperti kerja ‘refresh’ dalam komputer: memberi penyegaran bagi kerja komputer.

  1. Mengatur Waktu

Waktu adalah kehidupan. Orang yang tidak pandai mengatur waktu sama saja sedang membunuh dirinya. Sebesar apapun harta yang kita miliki tak akan bisa membeli waktu yang telah hilang. Kalau di bulan Ramadhan kita sudah terbiasa untuk mengatur waktu dalam beribadah, kita juga harus mengatur waku di luar bulan Ramadhan. Supaya tidak cepat bosan dan futur, memang dalam mengatur waktu kita tidak harus langsung secara ketat. Kita mencoba mengaturnya sesuai dengan kemampuan kita, tapi berusaha istiqamah. Misalkan kalau dalam sehari kita tak bisa membaca Alquran sebanyak satu juz, maka cukup dengan setengah juz saja. Demikian juga pada hal-hal yang lainnya yang perlu pengaturan waktu, supaya waktu kita bisa teratur dengan baik.

  1. Memohon Pertolongan Allah

Sehebat-hebat manusia, yang bisa dilakukannya hanyalah usaha. Orang tidak bisa menentukan hasil dari usahanya. Sebagai muslim dalam menjalankan usaha, Alquran memberikan pelajaran penting agar kita meminta tolong kepada Allah ta`ala. Dala surat al-Fatihah secara tegas biasa kita ucapkan: wa iyyâka nasta`în(dan hanya kepada-Mulah, kami memohon pertolongan). Di luar bulan Ramadhan kita harus memohon pertolongan Alla ta`ala agar dimudahkan dalam menjalankan amal seperti di bulan Ramadhan.

  1. Melakukan Amalan Sedikit Tapi Rutin

Mulailah dari sedikit. Jika yang sedikit sudah bisa rutin, baru kemudian menambahnya dengan amalan yang lain. Ini adalah prinsip dari sebuah keistiqamahan. Sedikit tapi rutin inilah, yang membuat amalan yang di mata kebanyakan orang remeh dan kecil, tapi bernilai besar menurut pandangan Allah ta`ala. Kita tentu tahu sahabat yang bernama Bilal bin Rabbah. Sewaktu masih hidup di dunia, terompahnya sudah terdengar di surga. Apa anda mengira Bilal beramal sebagaimana Abu Bakar dan Umar? Tidak. Sewaktu ditanya, Bilal menjawab: “Setiap aku selesai bersuci. Aku melaksanakan shalat dua rakaat”. Hanya itu saja, tapi bernilai luar biasa karena istiqamah. Bilal tahu betul bahwa sebaik-baik amalan di mata Allah ialah yang paling rutin meski sedikit, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.

  1. Menjalankan Amal Secara Bertahap

Bertahaplah dalam beramal. Kehendak dan keinginan manusia tidak ada pangkalnya, sedangkan kemampuan manusia amat terbatas. Hanya orang yang melakukan sesuatu secara bertahap yang akan mampu sampai finish. Banyak sebenarnya orang yang diberi kemampuan oleh Allah ta`ala melebihi orang-orang pada umumnya. Tetapi karena tidak mampu mengontrol keinginginannya yang ingin cepat-cepat sukses, tanpa mengindahkan prinsip kebertahapan, akhirnya jatuh di tegah jalan. Prinsip kebertahapan ini bukan saja berlaku dalam, syari`at, dan dakwah, ia juga berlaku pada teknis pelaksanaan sesuatu. Dari kehidupan manusia saja kita di ajarkan untuk bertahap. Tidak ada manusia yang dilahirkan langsung berdiri dan tertawa, yang ada ialah manusia yang tumbuh berkembang sesuai dengan sunnatullah. Di dalam kebertahapan, tersimpan kesuksesan.

  1. Mendekatkan Diri dengan Orang-orang Shalih

Yang tidak kalah pentingnya ialah kebaikan itu akan tumbuh berkembang dengan baik ketika didukung dengan lingkungan yang baik. Mendekatkan diri dengan orang-orang yang sholih merupakan keniscayaan jika kita menginginkan amal kita tetap terpelihara. Ini bukan berarti kita tidak boleh bergaul dengan orang yang buruk, karena sebagai muslim kita tetap mempunyai kewajiban untuk berdakwah. Kuncinya ke dalam kita mencari penguatan dengan bergaul bersama orang-orang sholih, ke luar kita tetap berdakwah tanpa harus terwarnai dengan sikap buruk orang yang kita dakwahi. Rasulullah sudah mencontohkannya. Beliau ketika pertama kali dakwah hanya sendirian. Yang beliau lakukan ialah mencetak orang-orang shalih. Menciptakan suatu kondisi yang bisa disebut sebagai ‘keshalihan kolektif’ sehingga meungkinkan pertumbuhan orang-orang shalih di sekitarnya. Jadi, mendekatkan diri dengan orang shalih tidak bertentangan dengan bergaul dengan orang yang tidak shalih dalam kerangka dakwah.

Semoga dengan tujuh poin tadi kita bisa mawas diri dan mampu menjaga amalan-amalan di bulan Ramadhan untuk kemudian ditransfer pada bulan-bulan yang lain di luar bulan Ramadhan. Wallahu a`lam bi al-Showab.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Anggota Manajemen Penulis Indonesia.

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization