Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Ulama dan Ulul Albab

Ulama dan Ulul Albab

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) - liputan6.com)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) – liputan6.com)

dakwatuna.com – Saat ini, umat Islam mengalami penurunan kualitas orang-orang yang berilmu. Banyak orang yang berdakwah dan memberi pendidikan kepada ummat, tetapi sesungguhnya tidak benar-benar menguasai keilmuan Islam itu sendiri. Banyak orang yang berdakwah dengan ayat-ayat Alquran, tetapi tidak menguasai isi ayat tersebut dengan komprehensif dan benar. Di satu sisi, orang-orang yang benar-benar berilmu (ulama) yang ada sekarang sebagian besar adalah orang-orang yang mengetahui ilmu syari’at secara benar, akan tetapi kehilangan sisi lain yang sesungguhnya harus ada dalam diri mereka karena dibutuhkan oleh ummat. Terdapat

dalam Alquran yang berbicara mengenai siapa sesungguhnya mereka yang disebut ulama, melalui sebutan Ulul Albab. sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah : 269. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.”

Di akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa hanya orang-orang yang mempunyai akal sehat atau ulul albab yang mampu mengambil pelajaran. Dengan kata lain, ulul albab adalah golongan orang-orang yang mau mengambil pelajaran dan dengan itu Allah memberi hikmah kepada mereka. Lantas, apa sebetulnya hikmah yang dimaksud dan kaitan ulul albab dengan ulama? Mari kita telaah satu persatu.

Dijelaskan bahwa hikmah yang disebut dalam ayat tersebut adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Ulul albab sendiri secara bahasa berarti orang-orang yang mempunyai akal sehat, yang dengannya Allah memberi mereka hikmah, kemampuan untuk memahami rahasia syari’at agama. Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 juga dijelaskan ciri-ciri ulul albab. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Dari ayat tersebut kita bisa mengambil dua ciri terpenting daripada ulul albab. Pertama, yadzkurunallaha qiyaaman wa qu’uudan wa ‘alaa junuubihim. Mereka sedang, terus, dan akan selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Tiga keadaan yang disebutkan menggambarkan keadaan-keadaan umum yang biasa dilakukan oleh manusia, sehingga permisalan tersebut berarti menggambarkan kebiasaan Ulul albabyang selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun, baik secara sadar maupun tidak, dengan cara apapun. Baik secara lisan, perbuatan, maupun dengan hati. Kebiasaan dzikrullah ini yang akhirnya menumbuhkan jiwa spiritual yang kuat. Jiwa yang berikatan dengan ayat-ayat qauliyah secara erat. Mengingat Allah dengan ayat-ayatNya yang jelas tertera di kitab suci, yang dengan ikatan mereka yang kuat, mereka mampu menguasai ilmu-ilmu syari’at. Kedua, yatafakkaruuna fii khalqis samaawati wal ardhi. Mereka selalu, dan akan terus menerus memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Proses berpikir yang dilakukan oleh Ulul albab adalah proses perenungan yang dalam, yang merenungkan ayat-ayat kauniyyahNya sehingga mampu menghasilkan gagasan-gagasan cemerlang. Sebab dengan memikirkan ciptaanNya, manusia akan bertanya dan mencari tahu bagaimana ciptaan itu dibuat dan apa manfaat yang bisa didapat untuk kehidupan mereka. Dari proses berpikir inilah manusia mampu mengembangkan dasar-dasar ilmu alam (sains) dan menyempurnakan aplikasinya (teknologi) hingga menemui kemajuan peradaban seperti sekarang ini.

Kedua ciri ulul albab tersebutlah yang seharusnya menjadi ciri-ciri utama daripada ulama. Ciri utama daripada orang-orang berilmu yang dibtuhkan oleh umat Islam. Orang-orang berilmu yang akan memberi pencerahan, bimbingan, dan menuntun umat Islam zaman ini menemui kembali takdir kejayaan yang pernah dipergilirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di masa lampau. Ulama zaman ini adalah ulama yang sangat matang pada ciri pertama ulul albab, tetapi kehilangan sisi penguasaan pada ilmu-ilmu non syari’at. Kehilangan penguasaan ilmu sains, baik social science maupun natural science, yang dengan kata lain lemah pada ciri kedua daripada Ulul Albab. Maka wajarlah apabila banyak permasalahan umat kontemporer yang menuntut penguasaan di kedua sisi keilmuan, ilmu syari’at dan non-syari’at, lambat dalam penyelesaiannya, disebabkan sedikitnya ulama yang berkarakter ulul albab tadi. Selayaknya, ulama-ulama yang ada dan membimbing umat saat ini senantiasa saling mengembangkan kemampuan penguasaan kedua sisi keilmuan tadi di antara mereka, melalui komunitas-komunitas dan perkumpulan yang sudah ada, seperti Perhimpunan Ulama Internasional, Majelis Ulama Indonesia (MUI), sembari mengembangkan gagasan dan program-program dalam rangka melahirkan generasi ulama selanjutnya yang menguasai ilmu qauliyy dan kauniyy secara filosofis holistik. Wallahu a’lam.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa sarjana Teknologi Bioproses yang sehari-harinya juga aktif di Lembaga Dakwah Fakultas Teknik Universitas Indonesia, tepatnya sebagai Dewan Pertimbangan Forum Ukhuwwah dan Studi Islam (FUSI) FTUI periode 2015. Memiliki ketertarikan di bidang pemikiran Islam, fiqh dakwah, dan wawasan keislaman.

Lihat Juga

Di Mauritania, Ratusan Tokoh Agama Mendesak Pusat Pendidikan Ulama Dibuka Kembali

Figure
Organization