Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Benarkah Ini Tentang Dakwah?

Benarkah Ini Tentang Dakwah?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (modifikasi dari foto di: win4000.com)
Ilustrasi. (modifikasi dari foto di: win4000.com)

dakwatuna.com – Kemarin aku dihadapkan pada sebuah pertanyaan yang dapat dengan lugasnya aku jawab.

Untuk apa kamu bergabung di lembaga dakwah fakultas ini? Dakwah, jawabku.

Hari ini aku melihat betapa ucapan lugasku saat itu hanyalah sebuah tulisan di atas air, tak berbekas. Sering aku mendengar orang-orang di lembaga dakwah mendengungkan kata itu. Akan tetapi, sudahkah kata itu benar-benar merasuk dalam diriku?

Hari ini aku berkaca ketika melihat suatu film mengenai kisah sahabat Rasul di masa-masa awalnya memperjuangkan Islam. Mirip dengan film berseri Umar bin Khattab, hanya saja lebih ringkas. Dari film itu aku berpikir, seperti itukah yang dinamakan dakwah?

Tanpa terasa mata ini terasa panas. Benda bening ini mengalir dari sudut mata. Ya Allah, masih jauh perjuangan diri ini bila itulah yang dinamakan dakwah. Sungguh, sangat jauh! Sahabat Rasul benar-benar bersungguh-sungguh dalam memegang teguh agama Allah dan membela Rasul-Nya. Mungkin inilah yang dinamakan totalitas oleh orang-orang zaman sekarang. Mereka benar-benar rela memperjuangkan “jiwa dan raga” mereka demi sesuatu yang mereka anggap benar. Dalam film itu digambarkan Bilal yang sungguh teguh hati mempertahankan keislamannya. Memang fisiknya bukanlah fisik yang kuat. Apalagi dengan berbagai siksa, cambukan, dan beban batu besar yang ada di atas perutnya. Akan tetapi, ia tetap menyatakan keislamannya walaupun fisiknya sudah dalam kondisi yang begitu menyedihkan. Begitu pula yang dilakukan muslim lain, mereka rela menjadikan dirinya tameng agar sang Nabiyullah saw tidak terkena lemparan baru orang-orang di Bukit Taif. Mereka rela mempertahankan agama Allah apapun siksaan yang diberikan oleh orang-orang yang belum terketuk hatinya untuk menerima Islam.

Aku juga melihat bagaimana muslim benar-benar menjadi seperti satu tubuh, ketika ada satu bagian yang sakit, maka yang lain merasakan. Aku melihat bagaimana Abu Bakar rela menebus Bilal dengan harga yang mahal untuk memerdekakannya. Aku melihat bagaimana ia merelakan apa yang ia punya untuk kepentingan Islam. Aku melihat bagaimana seorang muslim dengan hati-hati memapah muslim lain yang telah disiksa, dijemur dalam panas gurun yang menyengat lalu membantu saudaranya itu mengobati luka-luka yang ada.

Ya Allah, jalan dakwah sungguhlah tidak mudah. Sangat jauh apa yang telah aku lakukan bila dibandingkan dengan orang-orang itu ya Allah. Bagaimana mungkin aku dengan mudahnya mengucapkan bahwa aku ada di sini untuk ber’dakwah’ tetapi shalat berjamaah di awal waktu saja susah dilakukan, masih mengerjakan laporan lah, 5 menit lagi lah, dan alasan-alasan kekanakkan lainnya. Bagaimana mungkin aku dengan mudahnya mengucapkan kata dakwah padahal untuk bangun shalat tahajjud saja masih susah, alarm beruntun pun seolah hanya menjadi musik pengantar tidur belaka. Bagaimana mungkin aku mengucap kata dakwah padahal 1 hari 1 juz saja susah, hafalan berapa juz masih terhitung jari, bahkan buku-buku keagamaanpun belum terjamah. Bagaimana mungkin aku mengucap aku ada di sini untuk berdakwah tapi tidak saling menanggung beban saudara seimanku. Astaghfirullah. Ya Allah, begitu berat kata dakwah itu.

Aku malu ketika melihat diriku yang masih penuh kekurangan ini mendengungkan kata dakwah. Pengorbananku sangat tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang sahabat Rasul lakukan. Dan kemarin aku sudah mengatakan bahwa aku ada di sini untuk dakwah. Lalu, aku mulai bertanya pada diriku sendiri, siapkah aku dilempari batu ketika mempertahankan agama ini? Batu-batu yang ada di zaman ini bisa jadi bukan dalam bentuk fisik batu, tetapi bisa jadi dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang dilemparkan untuk membelokkan pandangan orang mengenai Islam. Bisakah aku mempertahankan agama ini di tengah perang pemikiran yang kian bergejolak? Atau jangan-jangan aku akan tergelincir oleh pemikiran-pemikiran itu? Sudah cukupkah ilmu yang aku punya untuk menghadapi segala macam pertanyaan dan penyataan dari orang-orang yang berbeda pemikirannya dengan orang Islam? Ya Allah, siapkah aku membela agama-Mu apapun yang akan terjadi, dengan segala kemungkinan terburuk seperti apa yang sahabat-sahabat Rasul rasakan di awal kenabiannya? Siapkah aku? Pertanyaan ini bisa jadi akan terus berdengung dalam otakku. Memacuku untuk terus belajar, terus belajar, dan terus memperbaiki diri untuk menjadi lebih memahami lagi Islam. Memacuku untuk kian memantaskan diri akan tugas setiap orang Islam yang ada di dunia ini; dakwah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Peserta PPSDMS Nurul Fikri Regional III Yogyakarta.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization