dakwatuna.com – Gaza. Penyeberangan Rafah yang menjadi satu-satunya penghubung darat Jalur Gaza dengan dunia luar, hingga kini masih ditutup oleh rezim kudeta Mesir. Kondisi ini memaksa 90.000 orang Palestina terkatung-katung nasibnya di perbatasan tidak bisa keluar Jalur Gaza karena pihak Mesir tidak membuka perbatasan.
Seperti yang dilansir laman felesteen.ps, Kamis (21/5/2015), Abu Subhah, penanggungjawab perbatasan di Jalur Gaza mengatakan, sudah selama 85 hari penyeberangan ditutup oleh pihak Mesir. “Ini merupakan penutupan terpanjang yang dilakukan Mesir di tahun ini,” jelas Subhah dengan penuh kecewa.
Subhah menambahkan, saat ini 90.000 orang Palestina yang berkepentingan untuk keluar Jalur Gaza karena alasan kemanusiaan, diantara mereka ada yang butuh mendapatkan perawatan medis di Mesir, para jamaah Umrah, para pelajar dan mereka yang memiliki kepentingan mendesak lainnya.
Mesir sebagai satu-satunya negara yang berbatasan dengan Jalur Gaza, paska kudeta militer terjadi, bukan memberikan solusi terhadap permasalahan yang menimpa Gaza, namun justru turut menambah penderitaan mereka dengan menutup penyeberangan Rafah. (msy/fps/dakwatuna)
Redaktur: Muh. Syarief
Beri Nilai: