Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Pentingnya Pembinaan Kader

Pentingnya Pembinaan Kader

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

majelis-halaqah_webdakwatuna.com – Berbicara tentang dakwah kampus adalah berbicara tentang kegiatan mulia berupa dakwah dalam lingkup kampus. Ada yang berpersepsi bahwa dakwah kampus merupakan kumpulan orang-orang atau mahasiswa bercelana cingkrang, berjenggot panjang, kucel dan lain sebagainya. Atau jika ia perempuan akan terpatri dalam persepsi seseorang, wanita berjilbab besar yang hampir menyentuh tanah, kalau jalan nunduk kayak orang nyari uang jatuh, dan tak mau bergaul dengan lawan jenis. Masih ada yang berpikir demikian? Semoga tidak kawan. Itulah persepsi lama, persepsi orang yang masih belum tahu menahu tentang dakwah kampus, kecuali sedikit saja. Mungkin kita perlu membenahi pola pikir kita, jika kita masih memiliki persepsi demikian.

Tak akan membahas lebih jauh tentang hal itu. Yang akan saya paparkan di sini adalah pentingnya pembinaan kader (baru) dalam suatu lembaga, khususnya lembaga dakwah kampus. Di mana orang-orang di dalamnya merupakan mereka yang berusaha menjadi baik dengan cara berkumpul dengan orang baik. Yang berusaha menjadi orang yang senantiasa terjaga dalam kebaikan, dengan berusaha mengikuti para pemimpinnya dalam berbuat kebaikan. Yang menginginkan pembelajaran organisasi, dengan melihat pemimpinnya berdiskusi dan beradu opini. Di antara mereka, ada yang masuk dengan latar belakang aktivis di sekolahnya, namun ada pula yang dari lingkungan pesantren, bahkan ada yang masuk hanya dengan alasan sertifikat penambah nilai. Beragam orang dengan beragam karakter dan latar belakang. Oleh karena itu, pembinaan dengan pemahaman karakter menjadi salah satu jalan menjaga mereka dengan lebih efektif.

Aktivis, yang saya pesepsikan sebagai mereka yang mewakafkan diri dalam jalan dakwah kampus. Merupakan orang-orang yang telah ikhlas tanpa bayaran, mau dengan sukarela menapaki jalan terjal nan berliku ini. Mereka dengan semangat menjalankan setiap aktivitas yang diembankan kepadanya. Namun kadang ada terlupakan oleh para pemimpin dalam lembaga ini. Adalah kondisi batin, ruhiyah para kader yang mulai terabaikan. Ekploitasi fisik dan fikir maksimal tanpa nutrisi ruhiyah yang optimal. Sungguh tak adil.

Perlu kita ingat, yang para aktivis (baru) inginkan dalam lembaga ini adalah pembelajaran keagamaan dan keorganisasian. Maka, ketika hanya sisi keorganisasian yang diasah, sementara sisi kerohanian dibiarkan, maka pembentukan kader EO (Event Organizer) itu telah berhasil. Namun, para pemimpin ini sebenarnya telah gagal, telah gagal membina jiwa kader yang jelas menjadi dasar kelemahan semangat, penyebab mudahnya para aktivis futur dalam masalah, ngilang di tengah jalan, atau yang lain. Mudah galau-galau-an, mudah menyebar isu negatif dan terpengaruh isu tersebut, dan kadang dengan mudahnya berdebat dengan sesama yang tak ada artinya. Itu yang lebih jauh.

Bagaimana mau menyampaikan dakwah ketika diri sendiri tak ada suplai ilmu tentang dakwah dan atau keagamaan itu sendiri. Bagaimana mau menyampaikan kalau tak ada bahan dalam pikiran. Bagaimana mau mengubah orang jika tak mau mengubah diri sendiri.

Perlu kesadaran kedua belah pihak, pemimpin maupun para kader baru yang sedang dipimpin. Kader harus berinisiatif mencari sedangkan pemimpin aktif dalam memberi. Namun sekali lagi, penekanan tetap kepada para qiyadah (ada yang menyebutnya demikian untuk para pemimpin). Mengapa? Karena pemimpinlah yang lebih tahu medan dakwah, mereka yang berpengalaman, dan mereka yang tahu mau dibawa kemana lembaga tersebut sehingga harus mengarahkan kader kemana. Sehingga pemimpin tahu, seharusnya ke manakah para kader itu diarahkan. Karena memang salah satu bukti pemimpin itu sejati adalah kemampuan melahirkan pemimpin setelahnya. Kaderisasi berjalan. Pembinaan adalah salah satu jalannya. Pembinaan adalah jalanmu membentuk duplikatmu, bahkan orang yang lebih baik darimu, wahai para pemimpin. Pembinaan adalah amal bagimu, menjadi pemberat timbangan baikmu, insya Allah. Kalau saja pemimpin terdahulu tak melakukan fungsi ini, mungkin kondisi kita berbeda. Jika Rasulullah tak membina para Sahabat, yakinkah kita Islam akan mendunia? Jika dulu H.O.S Tjokroaminoto tak membina Bung Karno, belum tentu Indonesia merdeka pada tahun 1945, meskipun itu tetap menjadi kehendak Allah Subhanah Wata’ala.

Dakwah tanpa pembinaan bagaikan keluarga bahagia tanpa anak. Tak ada yang meneruskan, tak ada yang mewarisi ideologi keluarga itu. Oleh karena itu, teruslah bergerak, teruslah menebarkan semangat kebaikan dan perbaikan. Selalu ingat bahwa “Barangsiapa yang menolong agama-Nya, maka Dia akan menolongmu dan mengukuhkan kedudukanmu” dan tetaplah dalam barisan teratur, yang senantiasa dicintai oleh Allah SWT. Serta jadikan pembinaan sebagai salah satu langkah membuat perubahan. Insya Allah

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa ITS Surabaya. Peserta PPSDMS Nurul Fikri Angkatan VII (2014-2016).

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization