Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bukan Profesi Biasa

Bukan Profesi Biasa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ydsf.org)
Ilustrasi. (ydsf.org)

dakwatuna.com – Teringat beberapa hari silam, ketika saya dan seorang sahabat yang juga rekan kerja sedang kilas balik tentang teman-teman kami yang karirnya terlihat sukses dan nampak ternama. Kemudian sahabat ini berkata:

“Kita mah bukan siapa-siapa ya, bu..”

“Cuma seorang guru saja” lanjutnya.

—–

Lalu entah mengapa setelah itu saya selalu terpikirkan kata-kata sahabatku itu. Benarkah profesi seorang guru itu bukan profesi apa-apa?

Sambil terpikirkan hal tersebut, saya jadi teringat suasana ketika saya upgrading di sekolah. Pada saat itu hadir seorang pembicara, seorang pengajar senior dari suatu SDIT. Beliau membahas tentang berharganya sebuah ilmu dan berharganya seorang guru. Di sesi itu beliau bercerita bahwa pada saat Negara Jepang terkena bom di wilayah Hirosyima dan Nagasaki, yang lebih dulu ditanya oleh pemerintahnya adalah berapa orang guru yang masih hidup. Begitupun pada zaman sahabat Rasulullah, ketika seorang anaknya sudah bisa membaca lancar surat Al Fatihah, ayahnya bersegera menghampiri sang guru dan diberinya hadiah.

Dalam konteks ini, saya tidak bermaksud membahas bahwa seorang guru harus dibayar mahal loh.. ataupun seorang guru harus dihargai secara berlebih-lebihan, Tidak! Namun dalam hal ini yang jadi pertanyaan, benarkah seorang guru adalah suatu profesi yang remeh temeh? Benarkah profesi guru merupakan profesi yang biasa-biasa saja?

Jika Pemerintah Jepang saja ketika awal kehancuran Jepang setelah tekena bom langsung mengidentifikasi berapa jumlah guru, berarti ada suatu yang istimewa dari profesi ini. Hal itu menandakan untuk membangun kembali suatu bangsa perlu juga ada yang membangun sumber daya manusianya, yakni guru.

Bahkan dalam Islam profesi ini begitu berarti hingga ketika seorang guru mengajarkan suatu kebaikan, saat itu pula Allah, malaikatNya, penduduk langit dan bumi, semut di sarangnya serta ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuknya.

“Sesungguhnya Allah, para malaikat Nya, penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” HR at-Tirmidzi.

Dan seorang guru bukan hanya guru, yang mengajarkan suatu ilmu lalu selesai. Tetapi seorang guru juga adalah:

  • Seorang pembelajar di mana seorang guru pun dituntut untuk memperbarui wawasannya sebagai bekal pengajaran untuk peserta didiknya.
  • Seorang administrator yang harus melengkapi beberapa administrasi yang berkaitan dengan pengajaran seperti rencana pembelajaran, program tahunan, program semester, dll.
  • Seorang pembimbing yang mengarahkan kebaikan kepada peserta didiknya. Dan tak ayal seorang guru laksana orang tua peserta didik di sekolah yang pastinya juga menginginkan hal yang terbaik dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif siswa.
  • Seorang supervisor yang melakukan monitoring terhadap perkembangan peserta didik baik perkembangan sikap maupun kebisaannya ketika belajar di kelas.
  • Seorang manajer, sang pengelola kelas. Dalam hal ini juga guru diharapkan dapat melihat minat dan bakat peserta didik agar kelak mereka mampu berkembang sesuai bakat dan minatnya
  • Seorang observer, pengamat perkembangan peserta didik di sekolah.
  • Seorang konselor, atau teman diskusi ketika orang tua murid butuh masukan atau ada permasalahan tentang peserta didiknya yang harus diatasi.
  • Seorang motivator dan inspirator yang mampu membangkitkan semanagat siswa untuk melakukan berbagai hal kebaikan serta menjadi role model (contoh) yang menginspirasi terhadap kebaikan tersebut.

Bahkan di beberapa kesempatan guru juga adalah seorang pengkisah, seorang penulis soal, dan seorang seniman.

Begitu multitasking-nya peran seorang guru, hingga saya rasa profesi ini bukan profesi biasa. Dan semoga seorang guru juga bisa Allah mampukan untuk menjadi guru terbaik untuk peserta didiknya. Seorang guru yang ketika di depan menjadi teladan (Ing ngarso sung tulodo), ketika di tengah bisa membangkitkan semangat (Ing madya mangun karso), dan terus memberikan dorongan moral dan semangat bagi peserta didiknya (Tut wuri handayani).

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization